Part 3. Angry

12.2K 1.2K 53
                                    

Samuel Jasper masih sedari tadi hanya berbaring santai di kasur Lily sambil memainkan ponselnya.

Tetapi iris mata biru lelaki berumur lima belas tahun itu sesekali menatap kakak perempuannya yang lagi-lagi membawa sebuah dress berwarna hitam kali ini.

"Bagaimana menurutmu kalau yang ini?" Tanya Lily meminta pendapat.

"Kau mau ke acara pemakaman?" Sam kembali bermain ponselnya. Tanpa memperdulikan Lily yang mendengus kesal. "Lagipula kenapa kau selalu memakai baju warna hitam?"

"Tidak selalu, Sam. Hanya kadang-kadang."

"Sama saja."

"Baju hitam membuatku terlihat lebih langsing."

Mendengar itu sontak Sam menaikkan kedua alisnya dan sontak tertawa meremehkan. "Kau bahkan tidak gendut, Lily. Kau terlalu kurus, seperti papan dan dadamu juga kecil."

"Sam!" Lily melotot marah kearah Samuel.

Sedangkan Samuel kembali tertawa. "Akhirnya, kakakku ini menaksir seorang lelaki di sekolahnya."

"Bagaimana kau bisa tahu?" Lily tersipu dan kemudian duduk di samping Sam.

"Terlihat dari kelakuanmu." Sam tersenyum lagi. "Aku ini juga lelaki. Jadi aku tahu kelakuan wanita yang sedang jatuh cinta."

Lily sontak tertawa sambil mengacak rambut Sam, membuat Sam memprotes kelakuan kakaknya ini.

"Kau ini masih lima belas tahun, Sam."

Samuel menggerang kesal karena Lily masih juga mengacak rambutnya. "Yang penting aku sudah punya pacar. Tidak seperti kau."

"Lihat saja, sebentar lagi aku akan punya pacar." Cibir Lily.

Lalu Lily kembali berjalan memasuki walk in closet.

Sam kemudian sedikit berteriak, "kau bagus bila memakai baju warna merah muda."

"Itu terlalu, girly!" Protes Lily.

Dan setelah satu jam memilih baju serta berdandan, Lily memilih sebuah dress rumahan berwarna putih untuk bertemu Dean di rumahnya hari ini.

•••

"Silahkan masuk, tuan. Miss Lily masih ada di kamar. Biar saya panggilkan terlebih dahulu."

Dean tersenyum seraya mengangguk kecil pada pelayan tersebut.

Pelayan tersebut mengantarkan Dean ke ruang tamu untuk menunggu Lily sembari beberapa pelayan lainnya membawakan troli berisi beberapa macam teh agar Dean bisa memilihnya dan pelayan tersebut meraciknya langsung dihadapan Dean.

Lalu disusul sebuah troli berisi beberapa macam cake.

Dean tersenyum canggung, dia merasa sebagai raja di rumah Lily. Walaupun sebenarnya dia cuma tamu disini.

"Mr Dean?"

"Oh hai," Dean langsung meletakkan cangkir teh yang dia pegang. "Kau cantik sekali."

"Hah?" Lily bahkan merasa salah tingkah mendapat pujian dari Dean. Dia tidak menyangka bahwa waktu satu jam yang dia gunakan untuk berdandan langsung mendapat pujian secepat ini dari Dean. "Thanks."

Dean mengangguk kecil, "kita mau latihan disini saja?"

"Bagaimana bila di halaman belakang saja?" tawar Lily.

Lily Love Story [TERBIT DI APLIKASI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang