Part 19. Peanut Butter Love

7.6K 1K 60
                                    

Begitu petikan gitar Lily terhenti, dia seolah tertegun begitu suara tepuk tangan menggema. Seolah semua penonton yang menyaksikan puas dengan nyanyian Lily.

Sampai kemudian beberapa teman Lily yang memainkan drama mulai kembali berimprofisasi dan kini saatnya Lily untuk kembali turun dari panggung.

Dengan senyum merekah dan jantung yang masih berdegup kencang karena masih belum bisa percaya dengan apa yang dia lakukan karena baru saja menyanyi didepan banyak orang, lalu dengan itu berarti dia juga bisa melawan phobia-nya akan takut keramaian saat masih kecil dulu.

"Lily! Kau sangat hebat tadi!" Sheina merentangkan tangannya lebar-lebar, menyambut Lily dan menarik kedalam pelukan gadis itu.

"Shein!" Lily bahkan tidak tahan untuk tidak memekik senang.

Dia kini bahkan tertawa didalam pelukan Sheina, tertawa sampai tanpa sadar setetes air mata mengalir ke pipinya.

Sheina kemudian melepaskan pelukannya, kemudian Sheina mengedikkan kepalanya. Melirik ke belakang, membuat Lily mengikuti lirikan Sheina dan mendapati Mr Dean tersenyum dibelakang Sheina.

"Mr Dean..." Lily melangkah kearah Dean.

Dean tertawa kecil dan mengulurkan tangannya. Hendak memberi selamat, "penampilan yang hebat."

"Terimakasih." Lily menyambut uluran tangan Mr Dean. Namun kemudian dirinya dibuat terpekik kecil ketika Dean menarik dirinya kedalam pelukan lelaki itu.

Dean bahkan kini mengusap rambut Lily, membuat Lily sedikit merasa nostalgia. Teringat kenangan singkat ketika dia begitu jatuh hati pada Dean dan suka akan pelukan lelaki itu.

Namun kini, Lily tahu bahwa perasaannya benar-benar berubah. Dia dan Dean sudah saling mengungkapkan perasaan. Dan kini mereka tahu, mereka masih saling menyayangi. Namun dalam konteks yang berbeda. Yaitu sebatas kakak yang menyayangi adiknya.

"Aku selalu percaya kau bisa bermain gitar dengan baik. Dan ayahmu selalu percaya bahwa setidaknya kau akan menyanyi dihadapan banyak orang." Ucap Dean sampai membuat Lily tertawa dalam pelukannya.

"Dan aku juga percaya, bahwa belajar gitar bersama Dean akan membuatku tampil dengan lebih baik diatas panggung." Balas Lily.

Dean sontak terbahak dan melonggarkan pelukannya. Lalu dia mengacak sedikit rambut Lily. "Ada yang ingin bertemu denganmu."

Lily mengernyit penasaran, sampai kemudian Dylan muncul sambil mendorong seorang wanita yang duduk di kursi roda.

"Liliana!" Lily bahkan sampai memekik bahagia dan langsung berlari kecil menghampiri Liliana.

"Aku menontonmu tadi." Liliana sekarang memeluk Lily. "Kau benar-benar memiliki suara yang indah, Lily."

"Terimakasih, oh astaga... aku begitu senang penampilan pertamaku bisa dilihat dengan orang-orang yang aku sayangi." Ucap Lily.

"Termasuk aku juga berarti. Sebagai orang yang kau sayangi." Ucap Dylan sambil memberikan Lily sebuket bunga mawar merah yang kontras pada cahaya belakang panggung yang cukup remang ini. "Aku sampai bingung mau memotretmu atau melihatmu secara langsung. Kau seolah-olah menghipnotis semua penonton dengan suaramu, Lily."

Lily bahkan kini tersipu malu sambil menerima bunga dari Dylan. Membuat Liliana, Dean dan Sheina menggoda mereka habis-habisan.

"Terimakasih juga, Dylan. Kau sudah menyiapkan bunga ini daritadi?" Tanya Lily.

Sheina kemudian mendecak. "Dia bahkan memintaku menemaninya untuk memilih bunga untukmu."

Lily sontak terbahak dan Dylan mengumpat pelan sambil melotot pada Sheina.

Lily Love Story [TERBIT DI APLIKASI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang