Part 11. Spend My Time With You

8.2K 976 27
                                    

Sama seperti sore hari yang Dean lalui dalam satu tahun terakir, dia menghabiskan harinya dengan duduk di sebuah kursi. Ditemani setumpuk pekerjaannya.

Bau antiseptik rumah sakit memenuhi indra penciumannya di kamar ini dan suara pendeteksi detak jantung yang berbunyi bip bip bip secara teratur.

Sesekali tatapan lembut Dean melirik ke alat itu, lalu Dean memejamkan matanya dan menghela napas.

Lega, karena dia masih selalu mendengar detak jantung Liliana setiap detiknya. Walaupun wanita itu masih tak mau bangun juga.

Dean kemudian melepaskan kacamata bacanya dan memasukkan lembaran-lembaran kerjanya kedalam tas. Kemudian Dean duduk di kursi yang ada di samping ranjang Liliana. Digengganmnya tangan putih nan pucat itu, hanya desiran hangat yang begitu kecil dapat dirasakan oleh Dean.

"Bau antiseptik ini menganggu sekali, ya?" Ucap Dean sambil tersenyum. "Kau bosan dengan bau ini tidak? Atau, kau tidak bosan tidur terus? Bukankah kau selalu bilang kalau kepalamu akan pusing bila tidur lebih dari enam jam? Tapi ini sudah lebih dari beberapa bulan kau tidur."

Dean lalu menghela napasnya lagi. "Aku akan keluar dulu. Mau membelikanmu bunga Lily putih seperti biasa."

Tidak ada jawaban.

Dean kemudian melepaskan genggaman tangannya dari tangan Liliana, lalu berdiri dan melangkah membuka pintu.

Satu kali hentakan pelan, pintu ruangan Liliana terbuka dan bersamaan dengan itu, ada seorang gadis yang berdiri tepat didepan pintu.

Lily Jasper kemudian mengangkat pandangannya dan tersenyum kecil. "Hai."

Dean mengangguk kecil, terlalu terkejut.

"Ini," Lily kemudian menyodorkan sebuket bunga Lily putih. Pas sekali karena Dean hendak keluar dan membeli bunga kesukaan calon istrinya. "Untuk Liliana. Semoga bunga ini adalah bunga kesukaanna."

"Ini... memang bunga kesukaannya." Dean kemudian berdeham sambil meraih buket bunga yang disodorkan oleh Lily. "Terimakasih."

Lily mengangguk sambil tersenyum dan kemudian dia membenarkan letak tas gitarnya. "Hari ini jadwalmu untuk mengajariku gitar."

Dean lalu mengernyit dan kemudian mengangguk. "Iya. Tapi, bukankah nanti malam? Jadwal les-nya nanti malam."

"Aku mau sekarang." Lily lalu mengulum bibirnya. "Disini saja boleh?"

***

"Kondisi Liliana sedang dalam keadaan yang stabil hari ini. Jadi tidak apa-apa latihan di sini." Dean melangkah terlebih dahulu, membuka jalan untuk Lily masuk ke kamar rawat inap Liliana.

Lily mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian tatapan matanya menelusuri isi kamar Liliana yang cukup besar ini.

Ada sebuah meja makan bundar, kulkas kecil, lalu ada dua buah sofa. Satu sofa hanya untuk duduk dan satunya lagi bisa digunakan untuk kasur.

"Duduklah dimanapun yang kau mau, Lily." Ucap Dean sambil mengambil vas bunga yang ada di nakas. "Aku akan mengisi air untuk vas agar bunga darimu segar."

"Okay." Lily tersenyum sambil melihat punggung Dean yang masuk ke kamar mandi.

Lily kemudian duduk di sebuah sofa dan melepas tas gitarnya. Walaupun sempat marah dengan Dean, tapi entah kenapa ketika berbicara dengan lelaki itu, rasa kesalnya seolah hilang.

Karena itulah cinta, kau bisa marah pada orang yang kau cintai karena masalah sepele. Tapi ketika kau bertemu dengan orang itu, kau akan berpikir dua kali untuk tidak marah padanya. Karena dengan keberadaannya disekitarmu saja sudah membuat kau bahagia.

Lily Love Story [TERBIT DI APLIKASI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang