Part 41.2 - The Truth (Blessed)

7.7K 1.2K 308
                                    

Playlist 1: Daniel Caesar - Blessed 


Satu bulan kemudian,

Lily membiarkan jendela kamarnya terbuka, membiarkan udara pagi menyibakkan tirainya perlahan-lahan.

Claire tadi mengajaknya sarapan bersama dengan para pasien yang lain. Tapi Lily menolaknya, karena pagi ini dia ingin di kamar sendiri. Membuka macbooknya untuk melihat ada Letter Of Acceptence –surat penerimaan dari Columbia University atau tidak.

Seharusnya tadi malam, tapi Lily memilih tidur dan sengaja ingin membukanya pagi ini.

Kemudian ketika Lily membuka email, jantungnya seolah berhenti berdetak ketika ada sebuah surel dari Columbia University.

Dengan tangan bergetar Lily membuka surel itu dan menemukan kalimat paling besar pada surel itu bertuliskan; Letter Of Acceptence Columbia University

Dear students,

Congratulations! You have been selected for admission to Columbia University in the City of New York.

"GODNESS!" Lily memekik keras dan membekap mulutnya sampai kursinya hampir saja terjengkang kebelakang karena dia tersentak kaget.

Tapi kemudian Lily kembali mengontrol dirinya, menarik napas panjang dan menghela napasnya. Kemudian dia melirik ke bawah—kearah perutnya, lalu mengusapnya pelan. Teringat ada diri kecilnya yang akan memiliki nyawa disana.

Namun tak lama kemudian, pemikiran realita datang begitu saja. Bahwa percuma saja Lily senang, berteriak, atau apapun itu.

Nyatanya, tidak ada Columbia University untuknya dan tidak ada tempat untuknya di New York. Juga tidak ada kesempatan bagi dirinya untuk berkuliah di awal semester dan menjadi mahasiswa baru.

Karena dia sedang hamil dan akan melahirkan tujuh bulan lagi.

Kemudian Lily menutup wajahnya denga kedua telapak tangannya, dia menundukkan kepalanya, membiarkan dirinya kembali terisak dan merasakan sesak di dadanya untuk kesekian kalinya.

Tapi sebelum tangisannya makin kencang, Lily mengusap air matanya dengan kasar. Membaca surel yang dia terima, kemudian tersenyum tipis. Lalu dia memilih untuk menghapus email itu.

Hilang sudah seluruh harapannya.

Sampai kemudian, di sela-sela tangisannya, ponsel Lily berbunyi. Ada satu pesan dari Max.

Daddy: Bagaimana hasilnya? Kau akan terbang ke New York, kan? :)

Lily Jasper: Aku gagal.

Hanya itu yang bisa Lily balas, kemudian dia mematikan ponselnya agar dia tidak mendengar ponselnya berbunyi lagi. Mungkin Max akan membalasnya dengan kata-kata semangat, atau Sam juga akan menanyakan kabar yang sama.

Untuk apa? Toh, Lily di terima di Universitas impiannya. Namun semua itu hanya tidak mungkin karena kehamilannya.

"Lily?" Pintu kamar villa Lily terbuka, menampilkan sosok Claire dengan pakaiannya yang santai.

Lily menatap Claire sejenak, lalu memalingkan wajahnya sembari mengusap air matanya. Tapi semua itu seolah gagal, air matanya tak mau berhenti. Dan dia makin terisak sampai seluruh tubuhnya bergetar di dalam pelukan hangat Claire.

Dan tak lama kemudian, Lily menceritakan semuanya pada Claire. Semuanya, tanpa terkecuali. Karena Claire selalu berjanji akan merahasiakan seluruh perasaannya dari Max, Shayla, Sam, maupun Edward.

Lily Love Story [TERBIT DI APLIKASI DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang