“Zayn,” panggil Louis sambil menaiki papan skate-nya dan siap melaju. “Kamu siap?”
Zayn mengangguk.
Louis dan Zayn melaju sangat cepat dengan papan skate mereka di sepanjang lorong kampus dan membuat orang-orang terkejut. Orang-orang pun berlarian untuk segera minggir karena mereka takut tertabrak. Louis sempat menjatuhkan tumpukan kertas yang dibawa oleh Mr. Leto, dosen mereka yang sangat aneh dengan frame kacamata berwarna hijau cerah. Zayn pun sempat melakukan high five dengan orang-orang yang berdiri di sepanjang lorong kampus.
Tiba-tiba, seorang seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak sedang berdiri di hadapan mereka dan tidak mau minggir. Louis dan Zayn segera berhenti dan hampir saja menabrak laki-laki itu.
“Louis... Zayn...” kata laki-laki itu sambil menghela napas panjang. “Kalian tidak mau mengecewakanku sebagai ketua BEM* di kampus ini, kan?!”
“Liam,” kata Zayn sambil menepuk pundak laki-laki itu yang bernama Liam. “Aku mohon padamu untuk berhentilah berbicara menggunakan kata-kata baku, oke? Kamu tidak sedang berpidato sekarang, Liam! Kamu sedang berdiri di hadapan dua teman idiotmu!”
Liam menghela napas panjang lagi. “Baiklah. Maaf, Zayn. Aku hanya takut mengecewakan orang-orang yang telah memilihku sebagai ketua BEM. Jadi, aku harus berperilaku baik, contohnya berbicara dengan sopan.”
“Liam cari ribet mulu.” sahut Louis. “Mereka memilihmu karena mereka tahu kalau kerjamu itu bagus dalam kegiatan sosial—atau mungkin mereka memilihmu karena kamu adalah ‘Liam dari boyband One Direction’.”
“Ada apa dengan ‘Liam dari boyband One Direction’?”
“LIAM, BERHENTILAH BERBICARA DENGAN KATA-KATA BAKU PLEASE!”
“Dari skala 1 sampai 10, seberapa bencinya kau mendengarku berbicara dengan kata-kata baku, Zayn?”
“Uhm... Liam... Sepertinya kita sudah berbicara diluar topik. Aku kira kamu menegur kami karena kami melaju terlalu cepat hingga membuat orang—“
“100, PROFESSOR WEIRDO!”
“Zayn, aku hanya menanyakan dari skala 1 sampai 10—bukan sampai 100.”
“BAGAIMANA KAMU BISA MENGATAKAN HAL ITU DENGAN NADA RENDAH DAN SANTAI, SEDANGKAN AKU MEMARAHIMU DENGAN NADA TINGGI SEPERTI SEDANG MENYANYIKAN LAGU 'YOU AND I'?!”
“Lads, bisakah kita menunda perkelahian ini? Kalian tahu jika di kampus ini masih ada insider, kan?! Si tukang update account?!”
Liam terdiam sambil menatap Zayn setelah mendengar perkataan Louis tadi. Louis benar. Meski mereka sudah bisa menjalani kehidupan normal, mereka tetap saja tidak bisa lolos dari yang namanya insider.
“Maaf, Liam.” bisik Zayn.
“Tidak apa-apa, Zayn. Eh, aku baru sadar kalau yang jadi sass master sekarang bukan Louis, melainkan Zayn.”
“HEY!” pekik Louis.
“Liam, aku tadi udah minta ma—“
“Aku hanya bercanda, lads. Tenanglah.”
Zayn memutar bola matanya. “Yuk kita lanjutkan debat kita di kelas nanti.”
Liam menepuk jidatnya, lalu terdiam. “Oke. Baiklah. Tapi, aku meminta sebuah persyaratan yang harus kalian berdua taati.”
Louis memutar bola matanya. Sepertinya dia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Liam.
“Jangan berulah lagi dengan papan skate kalian selama di area kampus, oke?”
YOU ARE READING
Back to Normal Life [SLOW UPDATE]
FanfictionLiam, Louis, Niall, Zayn, dan Harry memutuskan untuk vakum dari dunia musik. Mereka ingin melanjutkan kehidupan normalnya, yaitu sebagai remaja biasa yang pergi berkuliah dan bersenang-senang selayaknya para remaja lainnya. © 2014 by sorryitspersonal