Harry’s POV
Baiklah. Inilah saatku dan Niall untuk mendobrak suasana menjadi lebih meriah. Aku sempat melihat Liam dan Niall berpelukan sebelum Niall naik ke atas panggung. Sedangkan aku, siapa yang harus aku peluk? Aku butuh seseorang untuk menyemangati penampilan pertamaku sebagai vokalis band punk rock seperti ini.
Tiba-tiba, ada seseorang menarik pundakku dan membuatku berputar ke arahnya. Louis.
“Semoga berhasil.” dia membisikki telingaku, lalu menepuk pundakku.
Louis, aku sedang membutuhkan sebuah pelukan.
Aku hanya mengangguk menanggapi perkataan Louis barusan. Aku segera meraih mic yang dipegang oleh panitia dan naik ke atas panggung.
Aku memaklumi penampilan pidato Liam tadi tampak sedikit kacau karena dia sangat gugup. Pemandangan dari atas panggung ini memang berhasil membuatku juga merasa gugup, jarak antara penonton dan panggung sangat dekat sekali. Tidak ada pagar yang membatasi antara penonton dengan panggung. Kali ini aku menyalahkan panitia acara, bahkan Liam sebagai ketua panitia acara, karena tidak menyiapkan pagar untuk membatasi antara penonton dengan panggung.
Sebelum aku menyambut para penonton, aku menghela napas dan meyakinkan diriku bahwa penampilanku akan baik-baik saja. “Selamat siang, Connecticut!”
Para penonton bersorak membalas sapaanku barusan. Aku melihat ke arah mereka semua dan merasakan semangat mereka membara meskipun terik matahari cukup panas di siang ini. Tunggu, ini bukan musim panas, kan?!
“Aku senang sekali karena aku bisa tampil di sini bersama dengan band-ku. Tidak, kami adalah sebuah band.” aku menggaruk kepalaku pelan. Apakah aku baru saja membuat para penonton kebingungan dengan apa yang aku katakan barusan? Harry, kamu pengacau! “Sebenarnya, nama band kami adalah OMZ. OMZ adalah kepanjangan dari Oh My Zayn—seperti kalian menyingkat OMG, yaitu kepanjangan dari Oh My God.”
Ya, Harry! Kamu benar-benar seorang pengacau! Aku benar-benar berhasil membuat para penonton kebingungan dengan apa yang aku katakan barusan. Suasana hening berlangsung cukup lama, hingga aku bisa mendengar Zayn yang sedang berdiri di samping panggung bertanya pada Louis, “Kenapa mereka harus menggunakan namaku? Aku hanya seorang manajer bagi mereka!”
Harry, hentikan kekonyolanmu ini!
“Tapi, karena Liam sudah terlanjur memperkenalkan kami dengan nama Go Kill Them, kami memutuskan untuk menggunakan nama tersebut.”
Aku menoleh ke arah Niall yang sedang berdiri tepat di belakangku dengan gitar elektriknya. Dia mengangguk. Aku tidak tahu apa yang dia maksud dengan anggukan kepala itu, mungkin yang dia maksud adalah ‘Usaha yang bagus, Harry. Ayo kita mulai penampilan kita sekarang sebelum kamu mengacaukan suasana lagi dengan kata-kata konyolmu.’.
“Kalian siap?” tanyaku pada Niall dan personil band lainnya.
Mereka semua mengangguk.
Tuhan, kumohon ijinkan aku untuk menampilkan yang terbaik saat ini juga.
“1... 2... 3... GO!”
Niall langsung memainkan bagian intro dan para penonton pun berteriak histeris—maksudku para perempuan.
When the cold and the dark collide
There'll be nothing left for us to hide
And as we search for the other side
We will be fighting another war inside
As the white flags begin to fly
YOU ARE READING
Back to Normal Life [SLOW UPDATE]
FanfictionLiam, Louis, Niall, Zayn, dan Harry memutuskan untuk vakum dari dunia musik. Mereka ingin melanjutkan kehidupan normalnya, yaitu sebagai remaja biasa yang pergi berkuliah dan bersenang-senang selayaknya para remaja lainnya. © 2014 by sorryitspersonal