Pukul 3 sore.
Saatnya ekstrakurikuler sepak bola.
Liam dan Zayn menonton Harry dan Niall yang sedang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola. Liam telah menyelesaikan rapat BEM siang tadi. Jadi, dia bisa menonton latihan sepak bola sore ini bersama Zayn.
“Mau soda?” tanya Zayn datang menghampiri Liam sambil menawarkan sodanya.
“Tidak terima kasih, Zayn.”
Zayn langsung duduk disamping Liam. Dia malah menonton Liam—bukannya menonton Harry dan Niall yang sedang latihan sepak bola. Liam tampak sangat galau dan tidak fokus dengan apa yang seharusnya ia tonton sekarang. “Apa yang sedang kamu pikirkan, Liam?”
“Tidak ada. Aku hanya memikirkan ke mana Louis pergi. Dari tadi dia belum menampakkan lubang hidungnya, eh, maksudku batang hidungnya.”
“Liam, aku tahu kalau kamu berbohong.”
“Bagaimana kau tahu? Kau bukan seorang jin bernama Adil, salah satu tokoh utama dalam serial televisi Genie in the House!”
Zayn menaikkan alis kanannya. Dia masih menunggu kebenaran dari Liam.
“Baiklah, aku tahu kalau kau mengikuti perkumpulan agama Islam. Jadi, aku tahu kalau kau mampu membaca pikiranku sekarang.”
Zayn masih menaikkan alis kanannya, menunggu kapan Liam mengungkapkan kebenaran tentang apa yang dia pikirkan sekarang.
“Aku yakin kalau kau diajarkan untuk mampu membaca pikiran orang di dalam perkumpulan agama Islam itu, Zayn. Itu benar-benar fantastis! Kau harus mengajarkan padaku suatu hari nanti, Zayn.”
“Sudah selesai?”
“Apanya? Aku tidak melakukan apapun kecuali memujimu tadi, Zayn.”
Zayn menepuk jidatnya. “Liam, sekali lagi... BERHENTILAH BERBICARA DENGAN KATA-KATA BAKU! Dan, aku masih menunggu kebenaran darimu. Aku akan bertanya sekali lagi padamu, Liam. Apa yang kamu pikirkan?”
Liam menggeram kesal. “Oke, baiklah! Iya, aku memang sedang memikirkan sesuatu! Apa kau puas?”
"Belum juga. Kamu masih saja belum menjawab pertanyaanku tadi. Kamu hanya mengakui kebodohanmu—bukannya mengungkapkan kebenarannya. Jadi, aku masih belum cukup puas.”
Liam menghela napas panjang. “Jadi begini, besok lusa akan diadakan acara lelang di kampus ini. Kita harus menjual apapun seperti pakaian bekas, barang bekas lainnya, dan beberapa cemilan yang enak.”
“Niall bakalan jadi pelanggan pertama yang membeli cemilan enak tuh.”
Liam tertawa lemah. Dia sudah tidak punya cukup energi untuk tertawa karena dia lelah sekali mengurus persiapan acara lelang yang akan diadakan besok lusa. “Masalahnya bukan itu, Zayn.”
“Lalu?”
“Rektor meminta kami untuk menampilkan performer yang seru tahun ini. Menurut beliau, acara lelang tahun lalu sangat buruk hanya karena performernya kurang seru.”
“Rektor yang payah.”
“Sssssst...” Liam menaruh jari telunjuknya tepat di depan bibir Zayn. “Bagaimana jika rektor mendengar ucapanmu tadi? Kau sungguh tidak sopan, Zayn!”
Zayn memutar bola matanya. “Bisakah kita melanjutkan topiknya? Aku sangat tidak ingin mendengar komentarmu yang selalu menggunakan kata-kata baku itu.”
“Jadi, masalahnya adalah aku benar-benar tidak tahu siapa performer yang akan tampil di acara lelang tahun ini. Bahkan anggota BEM lainnya pun juga tidak tahu. Kita hanya memiliki sedikit waktu untuk mencari performer yang tepat diluar sana, Zayn.”
“Kamu bisa menyuruh Cara Delevingne untuk menjadi pembawa acara atau—“
“Sudah kulakukan, Zayn. Pembawa acara lelang tahun ini memang Cara Delevingne.”
Zayn yang dari tadi menyeruput sodanya langsung menyemburkannya ke depan. Untungnya, tidak ada orang yang duduk tepat di depan Zayn.
“Tenanglah, Zayn. Aku tidak sedang membahas Marvel Comics sekarang.” canda Liam. Meski menurut Liam kelakuan Zayn tadi sangatlah lucu, tetapi dia masih saja tertawa lemah.
Zayn mengelap mulutnya dengan sapu tangan yang biasa ia bawa dalam saku celananya. Dia lalu terdiam karena sedang berpikir. “Bagaimana kalau kamu menyuruh Harry dan Niall untuk tampil sebagai performer acara lelang tahun ini? Aku dengar mereka berdua punya band beraliran punk rock bersama dengan teman-teman kampus lainnya dan menurutku itu keren.”
“Apa?! Mereka berdua?! Mereka berdua punya band beraliran punk rock?! Itu terdengar sama sekali 'bukan-Harry-dan-Niall'!"
“Iya, aku tahu. Kamu ingat kan kalau sebelum mengikuti audisi X Factor, Harry punya band beraliran punk rock dengan teman-teman sekolahnya?! Kalau tidak salah, nama bandnya adalah White Eskimo. Harry ingin memiliki band beraliran punk rock seperti dulu. Sekarang, dia bisa mewujudkannya dengan gitaris handal favorit kita yang bernama Niall! HOREEEEE!”
Kali ini, Liam yang terdiam karena sedang berpikir.
“Horeeeee.” Zayn bersorak datar pada dirinya sendiri. Dia merasa jengkel terhadap Liam karena dia tidak merespon apa yang diperkenalkan oleh Zayn tadi, yaitu ‘seorang gitaris handal favorit mereka yang bernama Niall’.
“Apakah mereka sudah siap untuk tampil didepan orang-orang?”
Zayn mengangkat bahunya. “Entahlah. Kamu bisa menanyakan pada mereka nanti.”
Liam menatap kearah langit yang cuacanya sedang agak mendung. Dia berkomat-kamit seakan sedang memohon kepada Tuhan. Sepertinya ia memang sedang memohon. “Baiklah, Zayn. Semoga ini pilihan yang tepat.”
***
[A/N]: "Ziam" ada di mulmed!
PLEASE COMMENT + VOTE!! It means a lot for me thanks xx
YOU ARE READING
Back to Normal Life [SLOW UPDATE]
FanfictionLiam, Louis, Niall, Zayn, dan Harry memutuskan untuk vakum dari dunia musik. Mereka ingin melanjutkan kehidupan normalnya, yaitu sebagai remaja biasa yang pergi berkuliah dan bersenang-senang selayaknya para remaja lainnya. © 2014 by sorryitspersonal