Chapter 26 (Revisi✔️)

6.3K 701 168
                                    

"Serius, seharusnya kita tidak kemari." Suara Theo berubah pelan dan bergetar tatkala kakinya melangkah lebih jauh ke dalam hutan perbatasan. Entah apakah ini bisa disebut sebagai sebuah keberuntungan atau bukan karena mereka bertiga berhasil lari dari istana tanpa sepengetahuan siapapun.


"Serius? Kau menjadi seorang yang pengecut sekarang?" cibir Philip, enggan menghentikan langkahnya ketika sang adik justru tertinggal di belakang.


"Bukan begitu, Philip, tapi aku mendengar sesuatu."


"Ya, aku juga mendengarnya." Eric menimpali. Sejak awal dirinya begitu percaya diri bahwa para rusa bersembunyi di dalam hutan, maka tidak heran jika si kembar menuruti perkataannya.


"Kau juga?"


"Ya. Aku mendengar gigimu yang bergetar ketakutan." Lantas keduanya tertawa remeh menertawakan Theo, tapi sungguh Theo tidak main-main ketika ia merasa bahwa dirinya mendengar sesuatu. Lebih tepatnya seperti suara raungan harimau di kejauhan. Bahkan matanya tidak henti-hentinya menyapu ke sekeliling untuk mengantisipasi jika ada hewan buas di dekat mereka.


"Eric, aku melihatnya!" Philip menekan jeritannya ketika ia menangkap seekor rusa di balik pepohonan dari ekor matanya yang menyipit tajam. Dengan cepat dia meraih anak panah dan menarik busurnya menuju sasaran, namun nampaknya Dewi Fortuna belum berpihak, mereka masih harus mencari jauh lebih dalam ketika rusa itu berhasil lolos.


Otomatis ketiganya terus berjalan lebih jauh, dan lebih jauh lagi. Ada beberapa hal yang berbeda dari hutan perbatasan yang sekarang dengan beberapa tahun yang lalu. Suasananya kini menjadi lebih gelap dan mencekam serta dipenuhi oleh tanaman-tanaman liar yang membuat siapa pun kesulitan untuk berjalan apalagi berlari. Pohon-pohon yang menjulang tinggi juga memberi kesan yang lebih menakutkan dari apa yang seharusnya.


Selang beberapa saat kemudian, Theo yang awalnya tidak begitu percaya diri pun mulai mendapatkan nyalinya kembali setelah Eric berhasil meyakinkannya bahwa suara-suara yang ia dengar hanyalah halusinasinya belaka. Tidak ada yang salah dari suasana hutan yang semakin lama semakin sunyi dan sepi, tetapi ketiganya tidak tahu bahwa sesuatu telah menunggu mereka disana.


"Shush..." Eric mendesis. Tepatnya ketika burung-burung gagak mengepakkan sayap mereka ke udara secara bersamaan, sesuatu muncul dari balik bebatuan dan menimbulkan keterkejutan yang luar biasa setelah mereka mendengar suara raungan hebat yang menerkam.


"Jangan ada yang bergerak!" Peringat Eric tanpa melepaskan pandangannya dari singa gunung yang berdiri sepuluh meter dari hadapannya, dan percaya padaku bahwa tak satu pun dari Theo ataupun Philip yang mampu menggerakkan kedua kaki mereka!


"Eric, kupikir kita harus lari." Philip mulai merengek.


"Tidak, bodoh! Jika kau berlari maka dia akan mengejarmu."


"Tapi dia begitu dekat! Aku takut!"


"Philip! Berhenti berbicara dan diam di tempatmu."


The Love Affairs [Sequel to: The Secret Affairs] - REVISI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang