Chapter 18 (Revisi✔️)

7.8K 712 182
                                    

Matahari telah meninggi di ufuk timur, Kendall terlihat sedang duduk manis di ruang baca sambil menyesap tehnya dan berbincang-bincang dengan Jasmine, membicarakan soal pernikahan yang akan dilangsungkan minggu besok. Mungkin karena pada dasarnya Jasmine sama sekali tidak tertarik dengan pernikahannya sendiri, ia merasa pembicaraan ini hanya membuang-buang waktunya. Padahal jika melihat bagaimana usaha Kendall dalam membantu Jasmine agar nantinya ia bisa menikmati pesta, Jasmine seharusnya bisa lebih menghargai Kendall disini.

"Kau berlagak seperti kau menerima pernikahan ini. Jelas-jelas kau tidak menyukaiku, Yang Mulia."

Kendall tersedak mendengar pernyataan Jasmine yang menohok, bahkan tangannya sampai bergetar ketika menaruh cangkir beserta alasnya di atas meja. Kendall mendongak, menatap Jasmine lekat-lekat lalu menarik napasnya dalam-dalam.

"Bagaimana mungkin kau berpikir seperti itu?" Kendall berusaha menaruh nada geli dalam suaranya.

"Aku melihat dari mimik wajahmu yang masam, kau terpaksa melakukan ini semata-mata agar suamimu terkesan mengetahui istrinya bersikap baik terhadap calon selirnya, mengapa kau masih berpura-pura?"

"Tuan Putri, kau tidak mengerti dengan apa yang kau ucapkan."

Jasmine menutup mulutnya rapat-rapat. Matanya melirik ke arah buah stoberi di atas piring beserta coklat leleh yang bersanding di sebelahnya. "Jadi, kau benar-benar tidak keberatan?" ia kembali menatap Kendall sekarang.

Wanita yang duduk di sebrangnya itu menggeleng pelan pertanda keragu-raguan masih menyelubunginya. "Aku hanya ingin suamiku bahagia, itu saja. Lantas mengapa aku harus keberatan?"

Jasmine tergelak karena baginya ucapan Kendall sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Jasmine pun menyeringai, tidak bisa membohongi bahwa ia cukup terhibur dengan perbincangan yang dimilikinya dengan Kendall saat ini. Ia terkesan, tapi juga merasa jengkel pada waktu yang bersamaan. Pikirannya berkata bahwa Kendall adalah wanita paling munafik yang pernah ia temui.

"Jadi, kau tidak pernah berpikir bahwa aku merebut suamimu?"

Kendall menelan ludah. Pernah sesekali pemikiran semacam itu melintas di benaknya, tapi kurasa perebut-suami-orang bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Jasmine. Mungkin serigala-berbulu-domba lebih cocok untuknya! Sayangnya, belum ada satu pun di antara anggota kerajaan yang menyadari hal ini.

Kendall tersenyum samar, jari-jarinya meraih satu buah stroberi di atas meja dan mencelupkannya ke dalam coklat leleh. "Aku mencoba untuk tidak bersikap munafik mengenai pemikiranku, tentu aku pernah berpikir seperti itu. Tapi kurasa kau bukan tipe wanita seperti itu. Bukan begitu, Tuan Putri?"

Kendall tersenyum lagi, kali ini lebih lebar, sebelum akhirnya ia melahap penuh buah stroberinya.

"Baguslah. Mungkin setelah ini kita bisa berteman?" tawar Jasmine, menjaga nada suaranya agar terdengar tulus dan sopan. Namun, nampaknya Kendall sedikit bimbang sekarang. Apakah Jasmine sedang mengada-ngada?

"Tentu. Mungkin kita bisa mencobanya, aku yakin suamiku akan menyukai hal itu."

Jasmine terkekeh geli, menyuarakan kepuasan hatinya akan kata-kata Kendall. "Suamimu. Hmm, dan besok ia akan menjadi suamiku juga. Senang bisa berbincang-bincang denganmu, Yang Mulia. Hamba permisi dulu kalau begitu." Jasmine mengambil satu buah stroberi kemudian bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja, meninggalkan Kendall yang membeku di tempatnya seorang diri.

Puas rasanya bisa menonton perubahan wajah Kendall yang cukup signifikan.

***

Amanda masih menaruh rasa ketidak percayaannya pada Zayn yang menyebutkan bahwa suaminya telah pergi untuk selama-lamanya. Ia berkata bahwa dirinya tidak akan percaya pada omongan Zayn kecuali ia bisa melihat mayat Liam dengan mata kepalanya sendiri. Well, jangankan Amanda, seluruh anggota kerajaan saja bertanya-tanya dan terkaget akan berita kematian Liam!

The Love Affairs [Sequel to: The Secret Affairs] - REVISI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang