Chapter 29 (Revisi✔️)

7.4K 710 92
                                    

Cahaya lampu temaram menimbulkan siluet dua orang bocah yang sedang duduk berimpitan di atas dinding kastil. Kendati itu cukup menyeramkan dan sangat berbahaya, Daisy justru merasakan adanya kesenangan sekaligus adrenalin yang mengalir deras di seluruh pembuluh nadinya. Bayangkan saja, dia dan Arthur berada di salah satu sayap kiri kastil yang sepi dan mereka nekat memanjat dinding kastil dan duduk disana. Jika mengukur ketinggiannya, mungkin ada sekitar 30kaki, tapi aku tidak mau membayangkan bagaimana jadinya jika sampai ada yang terpeleset atau bahkan terjatuh.

Kedua bocah itu menghabiskan waktu dari matahari terbenam hingga hampir larut malam hanya untuk mengobrol dan bersenda gurau. Entah apa saja yang mereka bicarakan, yang jelas keduanya kini sama-sama saling memahami satu sama lain. Daisy bahkan tercengang ketika Arthur menceritakan bagaimana kisah orang tuanya yang dulu begitu penuh dengan lika-liku, ditambah lagi mengetahui keadaan yang ada sekarang—kian membuatnya merasa tidak percaya dan dia bertanya-tanya akan takdir Tuhan yang selanjutnya.

"Apa ibumu masih sering menangis?"

Arthur menundukkan kepalanya, "Tidak. Tapi aku tahu dia masih sering bersedih dalam hatinya."

"Bagaimana kau tahu?"

"Matanya. Tatapan ibuku belum pernah sesedih dan sepilu ini."

"Apa kalian tidak pernah mencoba untuk... pergi dari istana?"

Arthur tergelak. Mengangkat lurus dagunya, dia menatap ke dalam mata hazelnut milik Daisy. "Kau pikir kami bisa pergi kemana? Kurasa ibuku sudah lelah dengan pelarian. Sebelum aku terlahir ke dunia hingga aku berumur tujuh tahun, kami terus berlari dari kejaran Raja dan Ratu Ironshire. Ditambah lagi ayahku sudah tidak ada, kami tidak akan memiliki harapan untuk lari dari sini."

"Well, harapan itu akan selalu ada, Arthur. Kau hanya perlu menentukan waktu yang tepat. Di mana ada kesempatan, di situ akan selalu ada jalan." Yakin Daisy dengan senyumannya.

Bocah laki-laki itu pun tidak bisa membohongi dirinya lagi. Daisy sudah mengucapkan hal yang sebenarnya, tapi dia bertanya-tanya dalam hati, mengapa gadis ini seakan begitu peduli akan kehidupannya? Seluruh dorongan dan kata-katanya yang memotivasi membuat Arthur keheranan. Mengapa dia seolah mendukung dirinya dan Amanda lari dari istana? Sudah tahu itu dilarang!

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Daisy menyela lamunan Arthur, dan untungnya ini sudah malam sehingga dia tidak perlu menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Bukan apa-apa. Aku hanya berpikir kau memiliki sepasang mata yang indah. Apa itu turunan dari ayahmu atau ibumu?"

Wajahnya semakin bertambah merah saja sekarang!

Daisy tersipu malu. "Ibuku. Seluruh keturunan anggota kerajaan Scandinova memiliki mata seperti ini, dan ibuku menurunkannya pada anak-anaknya—kecuali adikku, Edward. Dia satu-satunya yang memiliki mata hijau seperti ayahku."

Oh, memang bukan sebuah kebetulan jika keturunan anggota kerajaan Scandinova memiliki sepasang mata berwarna coklat yang menawan. Dimulai dari Zayn, Demi, Eleanor, bahkan Kendall. Arthur mengerti sekarang.

"Kau sudah mengantuk?" tanya Arthur memperhatikan Daisy yang sedari tadi menahan dirinya menguap. Gadis itu mengangguk pelan.

Kontan, dengan lihai Arthur memutar tubuhnya dan turun dari dinding kastil sebelum membantu Daisy. Keduanya berjalan masuk beriringan, dan berpisah di tikungan lorong yang membawa mereka ke kamar masing-masing.

Malam itu secara tidak disadari, Daisy terlelap dalam tidurnya dengan sudut bibir yang terangkat ke atas. Dan yang lebih mencengangkannya lagi, Arthur datang dalam mimpinya yang dipenuhi nuansa keindahan dunia. Well, tidak ada kata terlalu muda untuk jatuh cinta, karena pada dasarnya cinta senantiasa datang pada setiap insan ketika mereka terlahir ke dunia, bukan?

The Love Affairs [Sequel to: The Secret Affairs] - REVISI ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang