Chapter 18. Yakushi Kabuto

762 62 18
                                    

"Fuu!"

"..."

"Fuu!"

"..."

"FUUU!"

"Eh? Y-ya? Ada apa, Yugito?"

"Kenapa kau malah membatu begitu. Ayo cepat, kita kehilangan Hinata. Tadi bocah pirang itu lari ke sana bersama Hinata," Yugito berusaha menarik Fuu yang dari tadi diam mematung di pinggir jalan.

"Yugito, aku pernah cerita tentang anak yang memiliki kalung aneh, kan?" tanya Fuu dengan wajah serius. Yugito berhenti menarik Fuu dan menatap temannya itu.

"Ya, memangnya kenapa?"

"Anak itu adalah dia! Dia yang Hinata kejar!"

"A-apa? Apa dia berbahaya?"

"Entahlah yang pasti kita harus cari tahu siapa anak itu sebenarnya. Aku bisa menabraknya dan sekarang dia bisa mendengar suara Hinata. Aku tidak yakin, tapi apa jangan-jangan dia itu iblis?"

.

Konoha Village

.

"Huaaaa! BERHENTI MENGGANGGUKU! MENJAUH DARIKU!" teriak Naruto sambil terus berlari ke arah rumahnya. Di belakangnya, Hinata ikut membuntuti dengan tak kasat mata.

"Tunggu, Naruto-kun. Aku tidak tahu lagi harus minta tolong pada siapa. Aku butuh bantuan Sai, tapi dia tertidur. Syukurlah kau bisa mendengarku. Aku butuh bantuanmu," jelas Hinata. Naruto pun tampak berhenti berlari tepat di depan rumahnya. Kemudian pemuda itu berbalik. Memang tidak ada siapa-siapa di depannya.

"Jadi kau benar-benar Hinata? Kau bukan hantu?" tanya Naruto dengan ragu.

"Aku benar-benar Hinata. Tapi teman-temanku menyebutku hantu sih..."

"WAAAAA! HANTUU!" pekik Naruto kemudian kembali berlari ke dalam rumahnya. Ia membuka pintu yang terkunci kemudian berlari ke dalam kamarnya dan menutupnya rapat-rapat. Berharap kalau hantu yang sedari tadi mengejarnya tidak bisa masuk.

"Haah... haah..." Nafas Naruto tak beraturan. Setelah lebih tenang ia pun berjalan menuju ranjangnya.

"Naruto-kun!"

Sebuah suara tepat di telinganya, membuat Naruto melompat ke tempat tidur.

"Jangan ganggu aku!"

"Jangan takut, Naruto. Aku tidak tahu lagi harus meminta tolong pada siapa. Hanya Sai dan kau yang bisa mendengar suaraku. Aku benar-benar Hinata!"

"Jadi... kau benar-benar Hinata? Kalau begitu buktikan padaku!"

"Bukti?" Hinata berpikir sejenak, "Ah, iya! Kau ingat saat kita kecil. Kita pernah bertemu di kuil. Apa kau ingat?"

"Dikuil?" Naruto mencoba mengingat masa lalunya. Saat ia kecil, ia memang sering datang ke kuil untuk mengambil makanan. Dia juga pernah bertemu dengan seorang anak seusianya. Tapi Naruto tidak ingat wajahnya. Yang pasti anak kecil itu pernah membuat Naruto kecewa.

"Apa kau anak kecil yang tidak pernah datang menemuiku lagi?" Naruto yang sejak tadi heboh kini menunjukkan sisi seriusnya. Ia hanya bisa menatap lurus ke depan, padahal Hinata ada di sisinya.

"Aku minta maaf. Aku sangat ingin menemuimu. Tapi semenjak hari itu ayahku memperketat penjagaan di Mansion. Aku tidak di izinkan keluar dan aku tidak punya kesempatan untuk kabur." Hinata menjeda sebentar, "aku tidak menyangka kalau kau akan benar-benar menungguku."

Jika saja Naruto bisa melihat Hinata, pipi gadis itu pasti kini mulai bersemu merah.

"Aku menunggumu karena kau bilang kau ingin menjadi temanku. Aku selalu datang ke kuil itu setiap hari. Dan aku berhenti datang ke sana saat aku sudah masuk sekolah."

Konoha VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang