Chapter 9. Hilangnya Shisui

859 71 28
                                    

"Minato, akhirnya kau datang," terdengar suara seorang wanita yang menggema di ruangan tersebut. Di susul oleh suara langkah kaki yang terburu-buru mendekati Minato yang datang berkunjung.

"Maafkan aku," ucap Minato lembut sambil membelai wajah istrinya melalui celah-celah jeruji besi. Wanita berambut merah itu menggeleng, "Tak apa, bagaimana kabar anak kita?"

"Dia baru saja masuk Ho Akademi dua hari yang lalu, dia baik-baik saja."

"Syukurlah, kau menjaganya dengan baik, Minato. Ngomong-ngomong tahun depan, ia akan merayakan ulang tahunnya yang ke 17 ya?"

"Benar, tak terasa ya, anak kita sudah mulai dewasa."

"Bagaimana dengan kalungnya?"

"Aku masih belum menemukan cara memperkuat kalung tersebut. Tapi apapun yang terjadi, aku pasti akan melindunginya. Kau tidak usah khawatir ya."

.
.
.

Cringg...cring..cring.

Suara gemerincing lonceng terus memenuhi dapur. Sai mencoba mengabaikannya dan terus melanjutkan aktivitasnya. Ia memasukkan beberapa bunga ke dalam botol kemudian menuang air panas setelahnya.

"Hmm, benda apa ini?" sebuah suara mengagetkan Sai, ia pun berbalik dan melihat seorang gadis berambut panjang sedang meneliti lonceng yang terus berbunyi.

"Itu lonceng pendeteksi hantu," sahut Sai.

Set.

Hinata yang kaget segera meIihat ke sumber suara. Ternyata di sana ada seorang pria berambut hitam tengah tersenyum sambil memegang botol minum. Pria itu pernah Hinata temui saat di stasiun kereta. Pria dengan hawa dingin di sekitarnya.

"Siapa kau?" tanya Hinata kaget, ia tidak menyadari keberadaan pria itu tadi.

"Namaku adalah Sai," jawabnya sambil tersenyum. Hinata menatap manik hitam pemuda itu. Biarpun pria itu tersenyum tapi matanya terasa datar dan tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Braaak!

Seseorang membuka pintu dapur dengan kasar. Muncullah seorang pria berambut silver klimis memasuki dapur.

"Loncengku berbunyi! Itu artinya disini ada hantu!" seru Hidan sambil mendekati lonceng miliknya tersebut. Sai menggulirkan manik hitamnya ke seluruh penjuru dapur. Tapi ia tidak menemukan hantu apapun, "Tidak ada hantu disini."

"Jangan sok tahu! Loncengku ini 99,99% akurat!" ucap Hidan. Kali ini giliran Hinata yang mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

"Tapi disini memang tidak ada hantu, aku tidak melihat apapun," ucap Hinata.

"Hantu itu memang tidak kelihat- eh? Pein bilang kau bisa melihat hantu. Masa kau tidak lihat sih kalau ada hantu di tempat ini?" tuding Hidan.

"Ah, sudahlah aku kan mau ke toilet," ucap Hinata kemudian berjalan menuju toilet yang letaknya memang ada di dapur. Berbarengan dengan Sai yang beranjak menuju keluar dapur sambil membawa minumannya. Sedikit demi sedikit suara lonceng tersebut mulai memelan hingga tak terdengar lagi.

"Loh? Kenapa loncengnya berhenti?" gumam Hidan. Ia pun membawa lonceng tersebut menuju teman-temannya. Ternyata Naruto dan yang lainnya sedang membagi kamar tidur.

"Baiklah, karena di rumahku hanya ada 4 kamar dan 1 kamar milik ayahku jadi kita hanya bisa tidur di kamarku, kamar Sai dan kamar tamu. Untuk kamar tamu silakan pakai untuk Konan-senpai dan Hinata-chan. Sementara itu Aku, Sasuke dan Itachi-Nii akan tidur di kamarku. Nah sekarang silakan tentukan 2 orang yang akan tidur di kamar Sai dan sisanya tidur di sofa dan matras di ruang tv," jelas Naruto.

Konoha VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang