Chapter 4. Kesatria Tuhan

1K 80 5
                                    

Fugaku terlihat frustasi saat ini. Diatas meja kerjanya, terdapat 3 laporan yang tidak bisa diterima oleh akal sehatnya. Saat ini ia sedang membandingkan hasil laporan kematian Tekka dengan dua laporan lain yang kasusnya tak jauh beda bahkan sama dengan kasus kematian Tekka. Di tambah lagi dua laporan sebelumnya pun memiliki marga yang sama dengan Tekka.

"Bagaimana bisa kau menyimpulkan bahwa Tekka juga bunuh diri?!" bentak Fugaku pada orang yang sedari tadi berdiri dihadapan meja kerjanya.

"Kenyataannya memang seperti itu. Kamarnya terkunci dari dalam, bahkan kuncinya pun masih menggantung di pintu. Dan tidak ada satu pun jendela yang terbuka. Semua terkunci dari dalam. Berdasarkan saksi pun tidak ada yang melihat ada orang masuk ke rumah Tekka selain keluarganya," jelas Inabi.

Selama seminggu ini, Inabi melakukan penyelidikan bersama timnya untuk mencari bukti pembunuhan pada kematian Tekka. Tapi hasilnya tetap nihil. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan. Tapi tetap saja, banyak hal janggal jika kematian ini disimpulkan sebagai bunuh diri. Mulai dari sikap Tekka yang ceria setiap hari hingga hasil otopsi yang menyatakan bahwa Tekka tewas karena kehabisan darah dan tidak ada pembuluh darah di lehernya yang putus. Tekka hanya menyayat lehernya dan membiarkan dirinya mati kehabisan darah. Bukankah itu terlalu menyakitkan untuk ukuran bunuh diri?

Ditambah lagi dua kasus sebelumnya yang sama-sama terjadi pada klan Uchiha, mereka ditemukan bunuh diri dengan menyayat lehernya sendiri, persis seperti Tekka.

Fugaku berdiri dari tempat duduknya, dan mulai melangkah menuju pintu keluar kantor polisi.

"Fugaku-sama! Anda mau kemana?" Tanya Inabi yang kebingungan. Fugaku tidak menjawab, hingga ia menghilang di ujung gerbang kantor polisi.

.

-Konoha Village-

.

Naruto, Sakura dan Sasuke turun dari kereta. Sakura berjalan dengan wajah ceria, sesekali ia bersenandung ria membuat Naruto tersenyum lebar melihatnya. Mereka pun berpisah di depan rumah Sakura.

"Sampai jumpa, Sasuke, Naruto!" Sakura melambaikan tangannya kemudian memasuki halaman rumahnya.

"Sampai jumpa, Sakura!" balas Naruto. Sementara Sasuke hanya diam. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan pulang.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan, Dobe?!" Tanya Sasuke yang membuat cengiran khas Naruto memudar.

"Apa maksudmu?"Naruto kebingungan dengan maksud Sasuke.

"Sebenarnya Sakura tidak lulus, kan?"Naruto tercekat mendengar tuduhan Sasuke.

"Bagaimana kau tahu?!"

"Mudah saja, yang pertama, kau bukan tipe orang yang gampang menyerah. Aku melihatmu sudah sampai di depan madding, tapi kau kembali dan mengaku tidak menemukan nama Sakura. Itu hal yang tidak mungkin. Kau pasti akan terus mencari nama Sakura selama apapun kau berdiri disana...."

"...." Naruto terdiam mendengar penjelasan Sasuke

"Yang ke dua, kau bilang akan pergi ke toilet. Tapi yang ku lihat kau malah pergi ke lorong tempat madding...."

"...."Naruto mulai gelisah.

"Yang ke tiga-"

"Baik! Baik! Aku menyerah! Kau benar, Sakura memang tidak lulus!" ucap Naruto akhirnya. Dia memang tidak pandai menyimpan rahasia, apa lagi dari Sasuke. Kadang Naruto heran, kenapa Sasuke bisa tahu segalanya?!

"Apa yang sudah kau lakukan?" tuding Sasuke. Naruto mengambil nafas berat. Sepertinya ia sudah mengambil keputusan yang sangat berat.

*FLASHBACK*

Konoha VillageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang