Part 3 - Secret Sister

33.3K 462 3
                                    

"Shit! Stoped!"

Seorang cewek tengah meronta dan berusaha melepaskan diri dari cowok yang berhasil mengunci kedua tangannya. Beberapa saat yang lalu ia datang dan cowok itu langsung menyeretnya ke dalam kamar dan membantingnya ke tempat tidur. Cewek manis berwajah blasteran dan bermata biru itu nampak sangat kesal karena cowok yang ada dihadapannya sekarang berani bersikap kurang ajar padanya.

Cowok itu menatapnya tajam.

"I said stoped! You hear me??!" katanya lagi sedikit membentak sambil berusaha melepaskan tangannya dari kuncian tangan cowok itu, namun tenaganya tak sekuat yang ia pikir.

"Kenapa? Takut? Bukannya ini yang lo inginkan? Sekarang ada waktu yang pas buat kita berdua. Gimana? Kita mulai sekarang?" kata cowok itu dingin.

"Crazy boy! Rino lepas! Aku cuma dateng buat ngasih tau kamu. Mamamu bakalan dateng!"

Cowok itu, Rino, langsung menghela napas begitu mendengar kata mama disebut. "Terus apa urusan lo? Mau dia dateng apa tidak itu terserah dia. Buat apa lo repot-repot kesini kalo bukan sengaja mau nemuin gue?"

"Kupikir hubunganmu sama mamamu gak baik, aku cuma mau memperingatkanmu kalau mamamu mau bawa pergi adikmu." Jeane berkata sambil menatap balik Rino.

"Apa??" Rino terkejut mendengar pengakuan Jeane. Ia melepaskan kuncian tangannya dan beranjak turun dari tempat tidurnya. Ia melangkah menuju jendela dan sesekali menerawang keluar. "Gak bisa. Dia gak bisa nglakuin ini!"

Jeane kemudian duduk di tepi ranjang. "Aku tau kamu gak pernah mau angkat telponku makanya aku langsung kesini."

"Dan lo pikir dengan lo ngasih tau apa yang akan dilakuin Mama itu bisa ngerubah sikap gue ke lo?" ucap Rino sarkastis.

"Rino..."

"Gara-gara lo keluarga gue hancur, Jeane! Gara-gara bokap lo yang berhasil ngerubah nyokap gue, gue sama adik gue jadi berasa nggak punya orangtua lagi! Sejak bokap gue meninggal, nyokap gue jadi suka keluar malem pulang pagi sejak kenal bokap lo itu! Bokap lo itu gak bener!"

"Rino!!" bentak Jeane sambil menampar Rino. Ia merasa tersinggung dengan ucapan Rino yang menjelek-jelekkan ayahnya. Mungkin benar ayahnya seperti itu, tapi tidak seharusnya juga dia berkata seperti itu kepada ayah tirinya.

"Apa yang kulakukan?? Dan apa salahku? Selama ini aku menerima mamamu, kamu dan adikmu dengan baik. Aku senang tapi kamu selalu membenciku. Mungkin memang papaku yang jahat tapi kamu melampiaskannya ke aku?"

"Lo sama aja. Lo pikir gue nggak tau kalo lo juga suka sama gue!" sahut Rino berusaha membuat Jeane terpojok.

Jeane berdiri dan melangkah mendekati Rino. Rino mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Tolong jangan begini. Aku tahu kamu sedang emosi. Kita ini saudara dan kamu adalah kakakku sekarang.

Rino mengembalikan pandangannya ke wajah Jeane. Ia benar-benar sangat muak dengan cewek satu ini. Entah kenapa ia jadi sangat benci dengan Jeane padahal cewek itu tidak pernah menyakitinya.

"Secara hukum iya, tapi tetep lo bukan adik kandung gue. Lo bukan anak kandung dari nyokap gue. Kita gak ada hubungan darah. So..." Jemari Rino mulai membelai menelusuri wajah manis Jeane.

Jeane bergidik melangkah mundur. Semakin mundur Rino makin mendekatinya dan akhirnya ia kembali terduduk di tepi ranjang milik Rino.

"What are you doing, Rino? I'm... i'm your sister," ucapnya terbata.

Rino tersenyum miring dan refleks mendorong Jeane terlentang di ranjang. Ia kembali berada diatas Jeane dan memuaskan diri mengamati wajah polos yang sekarang sedang panik itu.

"Lo suka sama gue, kan, Jeane?" tanya Rino masih dengan tatapannya yang ganas.

"A-apa?"

"Jawab!" bentak Rino untuk yang kesekian kalinya. "Ayo jawab lo suka sama gue, kan? Lo nggak pernah bisa jauh dari gue dan ngebiarin gue hidup tenang. Ini yang lo mau kan? Dari dulu. Gue tau semuanya, Jeane."

"You wrong, Rino. Nggak kayak gitu...,"

"Salah gimana? Nggak kayak gitu gimana, hmm?"

Sebelum Jeane sempat menjawab, Rino sudah lebih dulu melumat bibir pink milik Jeane. Tangannya mulai bergerilya kesana-kemari mengikuti napsunya. Dan Jeane tampak kewalahan menerima pagutan-pagutan Rino. Cewek itu ingin menolak tapi akal sehatnya lenyap seketika tergantikan rasa nikmat yang diberikan oleh Rino padanya. Ia tau saat ini Rino hanya ingin melampiaskan kebenciannya itu terhadapnya. Kebencian terhadap kehancuran keluarganya.

Sekarang, tubuh Jeane terpampang jelas tanpa busana. Si cowok dengan napsu menggebu melahap dua payudara si cewek blasteran itu. Meremasnya dengan gemas, menjilatinya, mengulumnya, bahkan memelintir putingnya yang mencuat indah. Jeane terhanyut, namun perasaan kecewa itu masih ada di hatinya. Bisa-bisanya Rino melakukan ini terhadapnya. Disaat hubungan mereka sudah menjadi keluarga. Meskipun bukan kakak kandung, tapi ia adalah kakak tirinya sekarang. Dan hubungan terlarang ini salah.

"Now, i'll give you more," kata Rino berbisik di telinga cewek manis itu. "Ini yang lo mau, kan, Jeane?"

Jeane menggeleng keras dan Rino dengan sengaja membuka kedua kaki Jeane lebar-lebar dan menyatukan dirinya dengannya. Ia meringis menahan perih yang teramat sangat karena cowok itu menghentaknya dengan keras.

"Stupid!! You hurt me!" umpat Jeane dengan memeluk bantal dan membenamkan wajahnya disana sambil menahan perih.

"Later, you will feel better," kata Rino sambil memaju-mundurkan pinggulnya pelan-pelan untuk membiasakan diri karena di dalam sana sangat sempit. Ia merasakan sesuatu yang menjepitnya dengan kuat.

Jeane mulai terbiasa dengan gesekan demi gesekan didalam kemaluanya. Perlahan ia mulai menikmatinya.

"Lo... not virgin?" tanya Rino sedikit curiga.

"Kamu... dua minggu lalu kamu yang meniduriku saat malam-malam aku datang ke sini," aku Jeane.

Rino mengernyit. "Pintar sekali lo ngeboong."

"Kamu mabuk saat itu, ingat?"

Rino pernah meniduri Jeane sebelumnya? Ia sama sekali tak ingat. Ingat dia pernah minum di rumah pun tidak. Tapi itu bukan masalah, yang terpenting ia sudah membalas sakit hatinya selama ini, bukan?

"Katakanlah gue memang bejat. Kalau gue nggak bisa ngebales bokap lo, setidaknya gue bisa ngebales anaknya. Lo baru tau gimana gue, kan? Kayak ginilah gue." Rino semakin menggerakkan pinggulnya dengan cepat, beberapa kali merubah posisi kaki si cewek untuk merasakan sensasi kenikmatan lebih lagi.

Maaf, Jeane, batin Rino. Ia harus melakukan ini supaya Jeane balik membencinya dan tidak akan pernah menemuinya lagi.

Tak lama, akhirnya mereka mencapai orgasme.

Keduanya merebahkan diri sebentar lalu Rino bergegas bangun dan berganti pakaian.

"Pakai baju lo terus keluar dari sini," kata Rino sambil memakai kembali kemejanya lalu meninggalkan Jeane sendirian di kamar.

Jeane memunguti pakaiannya. Airmatanya mulai menetes. Sebegitu bencinya Rino terhadapnya sehingga dia harus melakukan ini untuk membalas setiap dendam kepada ayahnya.

Sementara di luar, Rino duduk di ruang tamu. Merenungi perbuatannya barusan.

"Apa yang gue lakuin? Tapi dia pantes nerima ini," gumam Rino sambil mengacak rambutnya. Frustasi.

"Kak Rino gue mau ngomong sesuatu sama lo!"

Tiba-tiba terdengar suara yang tak asing di telinganya dan dari luar terlihat Evdo berlari kemudian memasuki rumah. Rino terkejut dengan kedatangan Evdo yang bersamaan dengan keluarnya Jeane dari dalam kamarnya yang berjarak agak dekat dengan ruang tamu.

Begitu pula Evdo yang tak kalah terkejutnya melihat Jeane kembali datang ke rumahnya.

"Jeane? Lo... di sini?"

My Friend, My Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang