Bab 17 - Gagalnya Sebuah Rencana

2.3K 61 5
                                    

"Evdo, gimana kabar kamu di sana, Nak? Lama tante nggak hubungin kamu."

Saat ini Evdo tengah melakukan voice call melalui aplikasi WhatsApp dengan seorang wanita berusia 45 tahun yang tak lain adalah mama Saira. Dia menerima panggilan itu ketika sedang bersantai di ruang tamu sambil bermain game. Dan cowok itu dengan senang hati mau berbicara pada wanita yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri.

"Baik, Tante," jawab Evdo senang karena sudah dua bulan lebih dia tak mendengar suara mama Saira. "Tante sama Om apa kabar? Kok lama nggak hubungin aku? Udah lupa ya?"

"Ih, mana mungkin lupa. Nggak dong. Tante sama om di sini baik, cuma lagi sibuk aja, Do. Maklum usaha tante lagi rame-ramenya di sini."

"Oh, syukurlah, Tante. Semoga banyak rejekinya ya," ucap Evdo tulus.

"Amin. Rino gimana? Baik-baik aja kan?" tanya mama Saira lagi.

Evdo menganggukkan kepalanya meskipun tahu mama Saira tidak melihatnya. "Kak Rino baik kok. Dia lagi sibuk sama kuliahnya biar bisa lulus lebih cepet terus kerja."

Terdengar embusan napas di seberang sana. "Kalian itu memang anak-anak yang tegar ya. Tinggal sendiri, ngurus apa-apa juga sendiri. Tapi kalau kalian butuh bantuan soal biaya, bilang sama tante ya sebisa mungkin akan tante bantu."

"Makasih, Tante. Tapi tabungan kami udah cukup kok buat sampai lulus kuliah nanti. Kalau soal keuangan kami masih aman. Jadi makasih tawarannya," tolak Evdo sopan.

"Tetep aja jangan sungkan ya kalau memang ada apa-apa nantinya. Kamu sama Rino kan udah tante anggap kayak anak tante sendiri, jadi kalau ada apa-apa sama kalian tante juga yang sedih nantinya."

"Iya, Tante. Tante tenang aja. Masih aman kok."

"Oh, ya. Gimana perkembangan Saira di sana? Dia nggak ada masalah kan di kampusnya?"

"Nggak kok, Tante. Kuliahnya baik-baik aja. Dia juga sering ngerjain tugasnya dengan baik."

"Baguslah kalau begitu. Kadang tante masih suka kepikiran sama tuh anak, apalagi sekarang om sama tante nggak bisa sering-sering pulang. Tolong bantu tante buat jagain dan ngawasin Saira ya, Do. Barangkali ada orang yang jahatin dia. Tante suka ngeri sama berita-berita di tivi itu kalau ada mahasiswa yang stres karena dibully atau dijahatin sama temen sekampusnya," ujar mama Saira agak cemas.

Evdo terdiam sejenak. Tiba-tiba terlintas di pikirannya akan ajakan Saira ke SMA mereka dengan seorang cowok yang adalah kakak kelas mereka saat itu. Lalu sebuah cengiran terpancar di wajahnya. Entah mengapa timbul niat di hatinya untuk membicarakan hal ini kepada mama Saira.

"Emm... kalau soal jagain Saira kayaknya aku nggak punya hak deh, Tante," kata Evdo kemudian yang dia yakini saat ini pasti mama Saira telah mengerutkan keningnya.

"Lho, kenapa gitu?" tanya mama Saira dengan nada serius.

"Yaa... karena sekarang ada seseorang yang berusaha deketin dia. Dan kayaknya sih Saira sendiri juga suka sama orang itu. Menurut aku aja sih, Tan."

"Ah, siapa, Do? Saira nggak pernah cerita apa-apa sama tante."

"Ada senior kita waktu SMA. Namanya Oland. Dia ketemu Saira beberapa hari yang lalu."

"Oh, terus?"

"Ya terus mereka janjian. Besok mereka mau pergi ke SMA lama kita," terang Evdo sambil tersenyum diam-diam.

"Ke SMA? Ngapain?"

"Ya mana aku tahu."

"Emang kamu nggak diajakin?"

My Friend, My Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang