Part 5 - Menghilang

20.6K 359 4
                                    

Saira berkali-kali melihat layar ponselnya yang menunjukkan nomor Evdo. Nomor itu tidak aktif. Sejak semalam juga tak ada satupun chat-nya yang terkirim. Dan sekarang hari Minggu. Biasanya cowok itu akan datang pagi-pagi sekali untuk mengajaknya jogging bareng. Dan sekarang sudah pukul 10.10, sudah terlalu siang untuk berjogging. Evdo belum terlihat sama sekali.

"Kemana ya dia? Tumben-tumbenan? Samperin aja, deh," gumamnya sambil berjalan keluar dari dalam kamarnya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai kesana karena jarak rumah mereka memang berdekatan. Sesampainya di sana Saira mulai celingukan karena rumah itu nampak sepi. Iseng, ia mencoba membuka pintu rumah yang ternyata terkunci itu. Tak ada seorangpun di rumah.

Biasanya dia ngabarin kalo dia pergi, batin Saira.

"Kak Rino...! Do...! Kalian di dalem?!" panggil Saira, barangkali mereka memang ada di rumah dan sengaja mengunci pintu.

Tak ada jawaban. Mereka memang pergi. Tapi ke mana?

Akhirnya Saira kembali berjalan pulang ke rumahnya. Terlihat sedikit kekecewaan di raut wajahnya. Tidak seperti biasanya kakak beradik itu pergi diam-diam. Mereka sudah seperti keluarga sendiri. Kemanapun mereka pergi, Saira pasti akan tahu. Tapi kali ini tidak.

Saat ia hendak membuka pintu pagar rumahnya, tiba-tiba ada seorang pengendara bermotor yang berhenti di dekatnya.

"Saira, kan?" tanya orang itu.

Saira mengangguk. "Siapa ya?"

Akhirnya seseorang itu melepas helmnya yang ternyata setelah dibuka adalah seorang cowok berambut coklat, berkulit agak putih, dan berhidung mancung.

"Gue Oland. Kakak kelas lo waktu SMA."

Saira berusaha mengingat. "Yang dulu pernah jatuh pas tanding basket itu?"

Oland tertawa. Ternyata Saira masih mengingatnya. "Yaps."

"Aahh... ini beneran lo? Nggak nyangka ketemu lagi. Udah lama, ya, nggak ketemu," kata Saira heboh. "Eh, masuk dulu, dong. Masa ngobrol dijalan begini."

Akhirnya Saira membukakan pintu pagar rumahnya dan memersilakan Oland masuk. Mereka memilih duduk di kursi teras.

"Gimana kabar lo sekarang? Kuliah dimana?" tanya Oland setelah melepas jaket kulitnya.

"Deket sini aja. Kabar gue baiklah. Lo sendiri gimana?" tanya Saira balik.

"Baik. Tadi gue muter-muter buat berkunjung ke temen-temen SMA. Mumpung gue di rumah. Ternyata pada berubah, ya. Pada cakep-cakep sekarang, hehe."

Saira tersenyum geli. "Terus lo sekarang kuliah dimana?"

"Gue di Aussie, ngambil seni musik disana."

"Gila lu, keren juga, ya. Hebat," kata Saira yang lagi-lagi heboh mendengar teman lamanya berceloteh.

"Terus gimana kabar Evdo? Rumahnya masih di sebelah situ bukan, sih?"

Ekspresi wajah Saira agak berubah ketika Oland menyebut nama Evdo. Ia jadi teringat kembali kemana sebenarnya cowok itu pergi?

"Ra?" panggil Oland menyadarkan Saira.

"Eh?" Saira terkesiap. "Iya masih disitu, kok, rumahnya. Cuma sekarang orangnya lagi nggak di rumah, jadi nggak bisa mampir deh lo," kata Saira sambil nyengir kuda.

Oland mengangguk mengerti. "Lo sama dia masih pacaran? Kan udah lama banget kalian barengan sampe-sampe dulu nggak ada yang berani deketin lo."

Saira tertawa geli mendengarnya. "Nggaklah. Kita cuma temenan, gimana ya, udah terlalu sering bareng, sih, jadi nyamannya ya gini aja."

My Friend, My Dark LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang