2 : Bohong Halal?

117 14 24
                                    

Melupakanmu tak kan mudah bagiku,
Selalu ku coba namun aku tak mampu.
Membuang semua kisah yang telah berlalu.
Disudut relung hatiku yang membisu,
Ku merindukanmu.

-Marvin Adhyastha-

💭

KAFE malam itu terlihat sangat ramai oleh pengunjung, terutama kalangan remaja yang didominasi oleh para wanita. Tidak lain dan tidak bukan, tujuan mereka berkujung ke kafe malam hari ini adalah menyaksikan salah satu band terkenal yang sudah biasa mengisi malam minggu di Kafe Abnomali yang berlokasi di bilangan Jakarta Selatan.

Kafe yang sudah berdiri sejak lama dengan gaya dekorasi ala vintage serta perpaduan gaya classy membuat kesan Kafe Abnomali sangat cocok untuk menjadi tempat tongkrongan kids jaman now.

Struggle Band

Itulah nama untuk satu kelompok pemusik muda yang masih berstatus pelajar, memiliki talenta musik yang ahli, serta paras wajah yang memikat banyak wanita. Terutama Marvin Adhyastha, si vokalis tampan yang menjadi elu-eluan para kaum wanita.

Tidak heran, Marvin Adhyastha memang memiliki paras yang lebih unggul dari teman-temannya yang lain. Bukan berarti Ariel si bassist, Chandra si gitarist dan Radit si pianist jelek. Tidak! Kalian salah jika memiliki presepsi seperti itu, mereka berempat sangatlah tampan. Melebihi kadar ketampanan remaja pria yang ada di Jakarta mungkin, namun diantara keempatnya Marvinlah yang paling unggul.

Marvin juga merupakan kapten futsal di SMA Alexis, murid pintar yang selalu menduduki peringkat satu pararel di sekolah, aneh? Terdengar mungkin seperti itu. Marvin sebenarnya tidak pernah mendengarkan penjelasan guru yang mengajar di kelasnya sama sekali. Kegiatannya tidak jauh dari tidur di kelas, ngerokok di kantin, main bola di lapangan, nonton video bokep di kamar mandi atau bahkan main kartu remi di gudang bersama ketiga teman kampretnya yang lain Kekurangan Marvin memang hanya satu, pembuat onar.

Paras, otak serta suara Marvin memang patut di unggulkan dan diacungkan jempol, namun si biang kerok tetaplah biang kerok. Marvin sangat senang menjaili teman-temannya.

Marvin sangat senang mengejek gurunya atau memberi sedikit pelajaran kepada gurunya. Menurut Marvin, hal itu adalah keasyikan sendiri baginya. Melihat semua orang yang menjadi sasarannya memencak-mencak sebal karena ulahnya, selalu membuat Marvin tertawa. Setidaknya dengan hal itu Marvin bisa sedikit melupakan beban masalah yang sebenarnya ia tahan dan ia hadapi sendirian.

"Semangat ya, kamu jangan lupa senyum. Tapi jangan tebar pesona juga!" suara itu menginterupsi Marvin yang sedaritadi terpaku pada sosok gadis di hadapannya.

Dengan gemas serta balasan senyum, Marvin mencubit pipi gembil Ressya, "Iya bawel, pacar aku kok bawel banget ya sekarang?"

Alih-alih menjawab Ressya yang mendengar balasan Marvin dengan ejekan malah melipat kedua tangannya di dada, membentuk tekukan wajah dan alis yang bertautan pertanda bahwa dirinya sedang ngambek.

"Ih pacar aku ngambek? Chan liat deh pacar gue masa ngambek, lucu banget ya mukanya minta dicium!"

"Berisik!"

"Tuh kan Chan gue bilang apa, bibir pacar gue monyong-monyong gitu kalo lagi ngambek. Jadi makin pengen nyium ih gemes!"

Tiba-tiba satu gatakan berhasil mendarat mulus di kepala Marvin, "Ah sakit by!"

"By by kamu pikir aku babi? Udah gak usah sok-sok manis kayak gitu aku masih ngambek sama kamu!"

"Tapi kan Ca--" kalimat Marvin terputus ketika Ariel yang baru saja masuk ke dalam ruang tunggu band mereka dan menginterupsi semua kegiatan di dalam ruangan tersebut.

Left UnsaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang