***"Hahahaha" kini tawa seluruh murid di kelas pecah, pasalnya mereka menertawakan lukisan Rivo, pria yang berdiri di depan kelas itu tanpa rasa malu ataupun merasa bersalah sedikit pun malah memperlihatkan cengir kuda nya.
Bu Retno melepas kacamatanya lalu memijat pangkal hidungnya , bagaimana bisa ia punya murid seperti Rivo ?
"Rivo jadi ini hasil karya kamu selama 2 jam tadi ? Ini yang kamu nama kan lukisan ?" tanya bu Retno lalu memakai kembali kacamatanya " 2 orang manusia berbentuk lidi, dengan bagian kepala lebih besar daripada badannya ?" bu Retno menunjuk kembali hasil karya milik Rivo
Lagi-lagi tawa anak-anak pecah, bahkan Alwin terlihat terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya " Hahaha... Yaallah kok temen gue goblok banget yaa ?" Ucap Alwin di sela-sela tawanya.
"Alwin! Diam kamu! Kamu itu sama saja seperti Rivo, menggambar pohon kelapa tapi buah nya durian. Mau kamu apa Win ?!" tegur Retno kini Alwin ikut di tertawakan, sedangkan Alwin seketika menghentikan tawa nya
"Maneh teh gelo ya Win ? hahaha" ejek Icha dengan tawa tak lepas dari mulutnya
"Eh... Diam lo curut !" jawab Alwin ketus, lalu ia melirik sinis ke arah Icha
"Yee... Lo tuh curut !" Icha menghentikan tawanya kemudian melotot ke arah Alwin, namun pria itu malah membalas dengan menjulurkan lidahnya.
"Sudah...sudah.. Rivo kamu itu udah kelas sebelas, sebentar lagi akan naik ke kelas duabelas-"
"Iyalah bu masa naik kelas lima belas kan, gak mungkin bu" potong Rivo, bu Retno segera menjewer kuping Rivo
Dan hal itu juga kini mengundang tawa anak-anak, sebenarnya kejadian seperti ini bukan pertama kali, tapi sudah sering Rivo alami, tapi dia tidak pernah jera. Dulu saat Retno menyuruh siswa/siswi nya mengejarkan soal esai sebanyak 20 nomor Rivo mengisi seluruh pertanyaan dengan jawaban "saya tidak tau bu, maaf ya bu"
Alhasil ia di hukum membersihkan wc di lantai kelas sepuluh."Ibu belum selesai ngomong Rivo! Kamu ini harusnya lebih bisa membuat gambaran yang lebih bagus! Bahkan anak kelas 3 SD aja gambarannya lebih bagus dari kamu, kalau begini ibu mau kasih nilai berapa ?!" Omel Retno setengah emosi, ia melepas jeweran nya dan duduk di kursi guru, pasrah, muridnya yang satu ini memang sulit di atur
"Bu... Ini bukan tentang nilai, tapi tentang usaha saya bikin tugas dari ibu" jawab Rivo dengan bangganya
"Banyak alasan kamu Rivo!" Retno menghela napas kasar " Duduk sana! Bisa-bisa darah tinggi saya lama-lama" perintah Retno dan mengalihkan pandangannya pada buku paket miliknya
"Kan ibu tinggal turunin aja bu kalau darahnya tinggi" ucap Rivo dengan entengnya, Linka meringis kecil mendengar ucapan pria itu
Dengan emosi yang sudah di ubun-ubun Retno memekik "RIVO ALTERIO JAVAS! DUDUK!"
Rivo panik dan segera beranjak menuju bangku nya, daripada ia mendapat omelan lebih dari ini lagi
"I-iya bu iya"
Setelah Rivo duduk kembali, kelas menjadi hening tidak ada lagi yang berani mengeluarkan suaranya
"Lin..Lin... Kamu mau tau gak? Lukisan dua orang manusia yang aku buat itu, aku sama kamu lohh" bisiknya pada Linka saat ia sudah duduk manis di samping Linka, pandangan Linka teralihkan ke arah Rivo
"Lo kira gue busung lapar! Kepala gue lebih besar dari badan gue, hah?!" Sewot Linka dan mencubit lengan kanan Rivo
"Aaww.... Ish! Bukan gitu, jadi maksudnya, itu tu aku sama kamu selalu berdua dan selalu bahagia" jelas Rivo sambil mengusap lengannya yang terkena cubitan
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTWORK
Teen FictionApa jadinya jika kalian bertemu dengan cowok yang suka gombal ? Suka tebar pesona ? Dan pastinya playboy ? Kesal kan ? Ilfeel juga kan ? Itulah yang di rasakan Linka saat bertemu Rivo Bagaimana mereka bisa bersatu ? Atau bisakah mereka bersama ? It...