Chapter 1 - Lagi

40 3 0
                                    

Terpaku.
Aku memandangnya tanpa henti.
Tanpa berkedip Sedetikpun. Tak ku sangka, aku bisa berada disini, di tempat yang sama dengannya, melihatnya tertawa lepas dihadapan wanita lain. Sungguh. Bagaikan mimpi aku bisa bertemu dengannya - Lagi. Perasaan ku berkecamuk. Aku tak percaya aku merasakan sakit bagai ribuan pisau menghujam jantungku -Lagi, namun hati kecilku pun seolah olah merasakan kebahagiaan tak terkira di saat yang bersamaan. Aku tak mengerti perasaan seperti apa ini.

Ku pikir dengan berpindah tempat tinggal-Dengan meninggalkan Kanada - Aku mampu dan pasti melupakannya. Tapi apa yang ku dapat?
Hanya dengan menatapnya dari kejauhan seperti ini saja, seolah-olah mematahkan gairah ku untuk melupakannya. Aku merasa lemah dihadapannya. Ya.. Aku selalu lemah karenanya.

Tiba-tiba ponselku bergetar,Mengalihkan pandangan ku dari 'nya'.

LIYA CR
Aku membawakan mu catatan untuk kelas selanjutnya.kemari sebelum si Killer itu mendahului mu.
aku berada di kelas sekarang.

Belum sempat ku membalas, ku lirik jam di ponsel ku .

Aku baru menyadari 20 menit lagi Dosen ter-killer di kelas ku -Mr.Denver- akan memasuki ruangan dan aku tidak ingin terlambat masuk kelas nya-untuk kesekian kali !

Oh Tuhan..
Seandainya ada akses lain menuju kelas pasti sudah ku tempuh , bahkan bila aku harus memanjat dinding layaknya spiderman. Tanpa berpikir lebih lama lagi,
ku putuskan untuk melintas melewati 'masa lalu ku' yang sedang tertawa dan bercanda gurau dengan Amanda, teman sekelas ku. Bagaimana bisa mereka berkenalan? sejak kapan? ah sudahlah..
Aku mengumpat Amanda dalam hati karena kesal.Dan aku menyesalinya 5 detik kemudian.

Dia tidak tau apa yang dia perbuat Lian,maafkan dia . Gumam ku dalam hati. Cemburu. Ya.. ku akui aku masih menyimpan perasaan pada 'nya'. Sedikit - mungkin ?

Baiklah Lian.Kau harus bisa.
Ujar ku dalam hati.

Ku tarik nafas dalam dalam, sambil berusaha melangkah santai agar tidak terlihat gugup. Aku merasakan ketegangan di leher hingga - bahkan bola mata ku- Ketika aku melintas di hadapannya .


Ku coba untuk melirik nya dengan ekspresi se-datar mungkin dan .. dia menatap ku!! Oh sungguh?
Aku tak punya banyak waktu untuk memikirkan ini tapi aku berani bertaruh bahwa aku bertatapan dengan nya sepersekian detik dan itu membuat ku ingin megguling gulingkan tubuhku di tempat ini !
Ah entah senang ataukah gugup, semua perasaan bercampur jadi satu .

Ku rasakan rambut ku bagai di sambar petir (Entah mengapa) , sehingga ikut ikutan terasa kaku seperti raut wajah ku .

1 , 2 , 3

Aku berjalan sambil berhitung dalam hati.Berharap dia memanggil nama ku -

9,10,11....dan NIHIL

Apa dia tidak melihatku? atau aku salah mengenali orang?? ataukah.. dia terlampau membenciku hingga pura2 tidak mengenalku?

Aku mengingat tatapan itu.
Tatapan yang sama saat pertama kali dalam hidup aku bertatapan dengannya.

Justin. Justin Drew Bieber
untuk apa dia kemari??

Oh tidak Lian.. ingat! dia hanya masa lalu yang cuma sekedar mampir. Kau tidak boleh goyah. tidak tidak tidak dan tidak boleh- lagi. Kau sudah berusaha sejauh ini dan aku yakin kau pasti benar-benar mampu melupakannya.

***

"Drakkk!!!!!!!"

Aku tersadar dari lamunanku bahkan hampir meloncat dari tempat duduk - Saking kagetnya- saat mendengar seseorang menggebrak meja


"Dimana catatan and Ms.Lilian!?"

Spontan aku berbalik melihat Liya yang duduk tepat disebelahku
Ku lihat mulutnya berkomat kamit dengan Sangat tidak jelas

Aku terdiam. Ku rasakan tubuhku menciut saat menyadari semua orang yang berada di kelas ini menatapku. Hanya menatap ku. Cepat cepat aku mengeluarkan catatanku yang sudah ku salin tadi dari pahlawan ku, Liya.

"Kembali fokus dengan apa yang ku terangkan atau kau keluar saat ini juga!" ujar Mr.Denver sambil menggeram

***

Kelas Mr.Denver pun berakhir..

Aku berbincang dengan Liya sambil berjalan beriringan menuju kantin. Perutku sudah bersenandung sejak tadi, di tengah-tengah kelas Mr.Denver, saat ia menerangkan materi berbisnis yang baik dan benar. Dan aku tidak tertarik sama sekali.

"Apa yang kau pikirkan tadi?"
Ujar Liya sambil mengunyah permen karet.

"Apa yang aku pikirkan? tentu saja aku berpikir untuk pulang dengan kereta kencana menuju bulan" Balas ku sambil tergelak.

"Seserius itukah sampai pensil yang ku lemparkan hingga terkena kepala mu tak kau sadari?"
Liya berusaha menahan tawanya.

"Oh shit!"
belum sempat aku mengejarnya, Liya sudah terlebih dahulu kabur dari hadapan ku

"Tunggu balasanku bocah tengik !!"
saat ingin berlari mengejarnya, aku terpeleset. Oh Tuhan cobaan apalagi ini!?

Bokong ku terasa keram. Sulit bagi ku untuk segera bangkit. Ini terlalu memalukan bagi mahasiswi semester akhir seperti ku.

"Bangunlah. Jangan berfikir akan ada Pria tampan yang datang untuk menggendong mu saat kau jatuh terpeleset", ujar suara yang Jelas ku tau siapa pemiliknya.

Aku bangkit berdiri. Ku rasakan nyeri di sekitar bokongku. Sambil membersihkan pakaian ku, aku membalas perkataannya

"Ya. Dan aku harap kau yang melakukannya."

dia membalas ku dengan senyuman mautnya.

*** To be Continued ***

PLEASE,
Give a vote and Comment to make my Story Being Great ! 😊

And i'm Really appreciatte for all of you That already read and Give a vote for My First Story 😊

Thankyou Guys !

Between My Past and My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang