089-000-123-xxx
apa kau tidak masuk kampus hari ini?
Justin.Brakkkkkk! tanpa sadar aku menabrak lemari buku kala melihat pesan singkat dari nomer tidak dikenal. Darimana dia mengetahui nomer teleponku?? segera ku hapus pesan darinya, takut sewaktu waktu Harry membacanya dan menjadi salah paham.
Aku duduk di sofa dan memejamkan mata. Untuk apa? untuk apa Justin berusaha sampai sejauh ini saat semua sudah berlalu? aku mungkin masih menyimpan sedikit rasa untuknya, tapi setelah kupikir pikir.. Mungkin itu hanya penyesalan yang sebenarnya tidak perlu lagi untuk ku hindari.
Tanpa sadar aku tersenyum padanya ketika dia menghampiriku malam itu.
"Ikut aku. Kita perlu bicara", ujarnya sembari mengajakku menjauhi lantai dansa yang sudah penuh sesak dengan para muda mudi yang sedang mabuk karena cinta.Aku mengikutinya tanpa berbicara. Hanya mencoba mengerti bahasa tubuh yang ia tunjukan.
"Bagimana kabarmu?", kata nya sembari menyodorkan ku minuman bersoda yang sudah ia pesan dari si-bartender sialan yang terlihat suka menguping, setelah kami duduk di bar.
"Baik" jawabku singkat padat dan jelas
dia tersenyum"Apa kau kesini bersama pria itu?", ujarnya sembari menghadapkan pandangan pada Vinales yang pada saat bersamaan menatap Justin dingin. Mereka saling bertatapan, kemudan Justin melempar pandangannya kembali padaku.
"Y-ya . Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya ku mmberanikan diri menatap mata nya
"Apa dia ķekasih mu?", tanya nya sambil tertawa mengejek, tidak pernah berubah, pikir ku.
"Apa itu penting?apa pentingnya menjelaskan padamu tentang siapa pria yang bersama ku, bagaimana hubungan kami, mengapa aku terlihat kaku berbicara denganmu? bukankah kau pun sudah menjalani hidup mu sekian lama tanpa ku dan membenci ku?", ujar ku panjang lebar.
Kemudian ku lihat dia meneguk Wine nya untuk kesekian kali."Jangan membuat ku bingung. Melihat tatapan mu padaku aku bisa menangkap bagaimana kau berusaha keras memendam perasaan mu, berusaha menghapus kisah kita , tapi tidak sekalipun kau terlihat kuat dihadapan ku. Dan apa kau tau ? Sekeras apapun aku mencoba membenci mu, sehebat apapun luka yang pernah kau berikan , aku tidak sekalipun berpikir bahwa kita akan benar benar berakhir".
Aku merasa ditampar oleh perkataannya.
"Ku rasa kau terlalu nai'f . Tidak akan ada lagi kita yang dulu, sekalipun kita kembali bersama. Perasaan benci pada diriku sendiri dan perasaan dimana aku menginginkan mu kembali, serta sadar akan keadaan kita sekarang sudah melebur menjadi satu dan aku tidak mengerti perasaan seperti apa yang kurasakan pada mu", balas ku sembari meneguk soda di hadapanku."Katakanlah aku na'if. Tapi kau terlalu egois. Setelah apa yang kau lakukan pada ku kau pergi begitu saja tanpa medengar apapun dariku. bukankah itu lucu? kita saling mencintai, aku begitu menjaga mu sampai hal itu terjadi. Tapi tidakkah kau berpikir betapa hancurnya aku saat hal itu terjadi, dan semakin hancur saat kau meninggalkan aku!?", katanya tanpa sadar dengan sedikit terlihat marah. Aku tau dia berusaha menahan emosinya yang sudah memuncak.
Aku menunduk. Mencoba menggali beberapa hal yang sudah mengusikku sejak pertama kali aku melihatnya di kampus saat itu.
"Darimana kau kenal Amanda? apa kau terbang jauh jauh dari Kanada hanya untuk menemuinya? atau-"
"Aku menetap di California sekarang. Kau tahu dengan baik bahwa ibuku tidak bisa berada jauh dariku. Semenjak bercerai dengah ayah, ibu ingin kembali ke kampung halamannya. Dan kupikir hal itu tidaklah buruk. Tidak penting untuk membahas Amanda, wanita keparat itu. Dan jangan membahas dia lagi. "
Whoooaaaa.. Aku tidak bergeming karena semua yang dia katakan. Pindah ke California?? dan apa lagi ini. Baru beberapa hari yang lalu aku melihatnya tertawa lepas bersama amanda dan sekarang dia membenci wanita itu?? sungguh hati manusia sangat mudah untuk berubah.
"K-kau pindah kesini? ke California? berarti saat aku melihatmu di kampus waktu itu-"
"Ya benar. Aku memilih untuk melanjutkan studi di Universitas yang sama dengan mu. jujur aku pun tidak menyangka bahwa kau pun berada di Universitas yang sama dengan ku. Hal itu membuatku sedikit lega. Bukankah ini takdir?", ia terkekeh pada kalimatnya yang terakhir.
" Aku harap kita tidak membicarakan ini lagi", ujarku seraya mengajak Vinales yang ku sadari sedari tadi sudah berada di kursi sebelahku. Dan sialnya saking serius berbicara dengan Justin aku malah mengabaikan beberapa perkataan Vinales yang mencoba memotong pembicaraanku dan Justin.
***
Aku tersadar dari lamunanku saat menyadari ada panggilan masuk di Handphone ku.
"Ya sayangku, ada apa?", aku menyapa Harry diseberang sana."Mmm, tidak tidak. Ku kira kau harus pulang sekarang karena aku susah selesai menyiapkan makan siang untuk mu".
"Baiklah. Aku mencintaimu".
Tumben Harry mengajakku makan diluar, batinku.
15 menit kemudian pintu apartemenku terbuka. Itu pasti Harry, hanya dia yag mengetahui Password apartemenku selain aku.
Ku lihat dia dalam balutan kemeja biru muda yang begitu tampan datang menuju ke arahku yang sedang bersantai di sofa.
Tanpa mengatakan apapun dia memeluk ku kemudian meletakkan kepala nya di pahaku sembari berbaring di sofa."Bagaimana bisa kau selalu terlihat cantik? aku benci harus mengatakan ini lagi tapi ku harap kau tidak salah mempergunakan kecantikanmu", ujarnya sambil menatap langit langit apartemen
sontak aku tertawa mendengar ucapannya."Ada apa dengan mu baby? tentu saja aku tidak. Kau tau bukan, aku selalu mempercantik diriku karena kau. Aku tidak ingin kau jatuh dipelukan gadis lain", ujarku bercanda.
"Jadi kau berpikir bahwa aku bertahan sejauh ini karena rupa mu!?", ia bangkit dari pahaku dan menatap tajam ke arahku. apa aku salah bicara?
"Kau harus dimasukan kedalam ruang tahanan", ujarnya sembari menggendongku terbalik, membawa ku ke dalam kamar dan aku sungguh takkan bisa menolak.
***Ending of Chapter 6***
Please Vote and comment to make my story being great!! 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Past and My Future
Teen FictionLiliana Aurora adalah seorang Mahasiswi Tingkat Akhir yang mengambil jurusan Bisnis di Universitas Stanford, California. Berusaha mengejar ketertinggalannya dalam meraih gelar sarjana, ia malah diperhadapkan pada kisah cinta nan rumit dengan 3 pria...