"Baiklah jika itu yang kau inginkan." sontak tindakannya membuatku cukup kaget. Bagaimana tidak? Dia berlagak seolah-olah benar benar akan menggendongku. Kemudian ia tergelak melihat tingkah ku yang mencoba menghindari nya. Walaupun ku rasa aku sedikit menginginkannya. Aku suka Harry yang seperti ini.
"Aku tidak membutuhkan mu. Kau lihat? Tanpa mu pun aku masih sanggup untuk berdiri sendiri. Kau pria yang selalu lambat dalam bertindak. Sungguh" Balas ku."Berhentilah bertingkah seolah-olah kau tidak membutuhkan ku Lilian." katanya dengan senyum sinisnya. Aku tahu arti tatapannya yang seperti itu. Aku mendekatkan wajah ku ke wajahnya hingga jarak wajah kami hanya sejengkal.
"Dan berhentilah bertingkah seolah olah kau tidak peduli padaku ." Ujar ku.
Dia mengecup pelan bibirku. mencuri ciuman bagi ku adalah hal yang tidak adil. walaupun aku menyukainya -lagi.
"Kau Masih marah padaku? Kau tau, Quinn dan aku -"
"Kau baru menyadari bahwa aku marah pada mu atau kau berpura pura bodoh? Wah.. ku rasa ada yang salah dengan mu. Lalu kemana saja kau setelah kejadian itu ?" Aku mulai merasakan panas disekujur tubuhku mengingat kembali kejadian itu.
"Akan ku jelaskan semuanya. Ku tunggu kau di mobil." katanya. Dan dia pun berlalu. Bukan ini yang ku harapkan ..
Aku merintih dalam hatiHarry Edward Styles, pria yang menjadi kekasih hati ku sejak 3 tahun belakangan. Dia sosok pria yang menjengkelkan bagi ku karena sikapnya yang sangat keras kepala. Dan entah mengapa aku selalu bisa memaklumi keras kepala nya yang terkadang melampaui batas normal. Ku akui, Harry tidak terlalu baik dalam bertutur kata. Dan ku anggap itu menjadi ciri khas nya. Namun dalam dekapannya aku selalu merasa aman. Sekuat dan sekeras apapun ego kami bertemu, akan selalu ada saat dimana kami mencair satu sama lain. Lagi dan lagi .
***
- HARRY STYLES -
Sesampainya di parkiran, aku masuk kedalam mobil, dan Berpikir untuk beberapa saat. Bagaimana mungkin Lian lupa?? Ku lirik ponsel ku, mengecek tanggal. Perlahan aku mulai merasa sedikit kecewa. Apakah aku masih menjadi prioritasnya seperti tahun-tahun sebelumnya? Dan aku benci ketika berbagai pikiran negatif merasuki kepala ku. Cukup. ini terlalu sepele untuk di angkat menjadi sebuah pertengkaran.
20 menit berlalu dan Lian tak kunjung datang. Ku raih ponsel dari saku jaket ku, berusaha menghubunginya, namun tak ada respon sama sekali. Aku mengalihkan pandangan ku ke sekeliling parkiran. Dan seketika itu juga aku terperanjat setengah mati bak melihat hantu di siang bolong!
***
- LILIANA AURORA -
Dengan santai aku menyusuri kantin sembari mengarahkan tatapan ku pada sekumpulan orang orang yang sedang makan. Tidak kudapati Liya disana. Kemana dia?aku harus mengembalikan novel yang kupinjam darinya sebelum kembali menemui Harry. mau tidak mau aku harusmembatalkan rencana untuk makan bersamanya.
"Wow! lihat siapa yang datang ",Ujar seseorang tepat di belakang ku. Aku berbalik,
"Hay Al!"sapa ku sembari tersenyum."Maverick vinales",Ujarnya tegas.
Oh baiklah
"Maverick Vinales", sapa ku lagi dengan suara yang lebih kecil dari sebelumnya.
Ia tersenyum..manis
"Apa kau mencari ku?" ujarnya. Aku tidak mengerti mengapa pria seperti ini memiliki tingkat kepercayaan diri yang melebihi batas - ku rasa. Memangnya kantin ini punya nenek moyangnya?
"Ya. aku mencari mu" Ucap ku berusaha terlihat meyakinkan."Dan ada apa kau mencari ku?"Dia merubah posisi hingga berdiri tepat di depanku. keningnya mengkerut.
"Aku hanya ingin mengambil beberapa bagian bulu hidung mu untuk di jadikan sampel penelitian mengenai rasa percaya diri mu yang berlebihan.Apakah itu ada hubungannya denga bulu hidung mu yang rimbun atau tidak."Aku Tertawa.Bahkan tak percaya bahwa aku bisa dengan baik mengumbar lelucon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Past and My Future
Teen FictionLiliana Aurora adalah seorang Mahasiswi Tingkat Akhir yang mengambil jurusan Bisnis di Universitas Stanford, California. Berusaha mengejar ketertinggalannya dalam meraih gelar sarjana, ia malah diperhadapkan pada kisah cinta nan rumit dengan 3 pria...