CHAPTER 3

25 3 0
                                    

Kurasakan air mata menetes perlahan membasahi pipi ku. penuh emosi. Ada apa dengannya !? Harusnya dia memahami keingintahuanku. Memahami rasa penasaran ku. Mengerti akan kecemburuanku! aku menatap nya pilu sambil terisak pelan. Aku tau dia menyadari jika aku menangis. Namun dia terdiam membisu. Sesekali ia melempar pandangan ke luar jendela sambil mengigit ujung ibu jarinya, sementara tangannya yang lain tetap memegang stir mobil. bertingkah seolah menyesal telak meneriaki ku. jujur aku merasa hina saat ini, mengingat aku dibentak oleh kekasih hati ku sendiri, saat aku merasa tidak melakukan kesalahan. Ini tidak adil bagi ku.

Aku melihat dia bersama wanita lain turun dari mobilnya siang tadi dan Bukankah seharusnya akulah yang berhak untuk marah saat ini !?Sementara Aku masih marah padanya mengenai Quinn - wanita brengsek yang tertangkap oleh ku sedang berpelukan dengan Harry saat Valentino - kakak Harry - mengadakan pesta ulang tahunnya. Ku akui ini untuk pertama kalinya Harry meneriaki ku bak orang yang sedang kerasukan. Hingga telinga ku berdengung, membuat sakit kepala sekaligus hati ku. Dia tidak perlu seperti ini!

Aku menghapus airmataku. Mengumpulkan tenaga dan dengan berat hati aku turun dari mobilnya. Ku banting pintu mobilnya keras keras kemudian ku tendang ban depan mobil.
Ku rasakan emosi ku meledak ledak, tak bisa ku bendung lagi dalam hati dan otak ku. Dia sudah gila, pikirku. Dengan berhati hati aku menyebrangi jalan dan menyusuri trotoar, merasa hilang arah sekarang. Bingung harus kemana. Aku bukanlah tipe wanita yang suka mengurung diri di dalam kamar ketika menghadapi masalah. Setidaknya harus ada hal lain yang membuat ku lupa akan masalahku. Haruskah aku mengajak Liya ke Club malam? Aku melewati toko - toko pakaian yang memanjakan mataku saat aku melewatinya. dan tanpa sadar.. Aku masuk ke dalam beberapa toko pakaian dan harus merogoh dompet ku untuk membeli beberapa baju yang tidak bisa dibiarkan begitu saja terpajang dengan cantiknya di patung - patung dalam toko pakaian tersebut. Aku masuk keluar toko - toko dengan berhasil menenteng beberapa tas belanja. Gairah berbelanjaku muncul setelah sekian lama aku absen berbelanja pakaian semenjak 3 bulan lalu. Meskipun tabungan ku tudak seberapa, setidaknya dengan berbelanja hari ini sama sekali tidak terlalu menguras isi dompet ku. bersyukur ibuku orang yang sangat mengerti akan kehidupan anaknya di kota besar seperti ini.

melirik jam tangan , aku tiba - tiba teringat bahwa aku sedang bentrok dengan Harry. dan untuk beberapa jam aku melupakannya karena Shopping. Sungguh, akulah wanita sejati

Aku berniat menghubungi Lia, namun tentu Liya belum pulang bekerja. Ya, di samping menjadi seorang mahasiswi, Liya juga memiliki pekerjaan sampingan dengan menjadi guru Privat karena ia memang sangat pintar . Jam mengajarnya pun tidak menentu. Terkadang dimulai sore hari terkadang siang hari. Terdengar sulit namun faktanya dia sudah lama menjalankannya dan aku mendukung nya penuh. Liya adalah wanita pandai yang mau berjuang. Aku bangga padanya.

Baiklah. Aku ingin melepas rasa penatku akan segala hal yang ku alami hari ini.
Tiba tiba aku teringat akan seseorang.
Ku ambil handphone dan ku cari namanya di kontak. Ku tekan tombol dial, kemudian terdengar nada sambung.

Setelah sekian detik menunggu-

"Kau membutuhkan bantuan ku ?dimana kau sekarang?" jawabnya di seberang tanpa basa basi.

Lihat?Dia segera tau bahwa aku membutuhkannya. Bagaimana tidak ?Aku selalu menghubunginya hanya ketika aku membutuhkan bantuan.Terdengar buruk bukan ?dia bukan kekasih ku tapi aku selalu meminta pertolongannya. mengatasnamakan kata "Teman" dalam hatiku sendiri.

"Apa kau sibuk ?" tanyaku. Terdengar suara gaduh dari seberang telepon, Kemudian tenang kembali. Entah dimana dia sekarang tapi ku harap dia bisa menolongku

"Jangan banyak bertanya. Kau tau jawabannya. Dimana kau sekarang?"

Aku tersenyum
"Jemput aku di depan Restoran ibu mu"

Between My Past and My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang