Chapter 5 - Babak baru

9 1 0
                                    

" Hey wanita pemalas, mau sampai jam berapa kau tidur, huh?"

Aku merasakan Harry mengguncang guncangkan tubuhku. Aku merasa malas untuk bangun terlalu awal pagi ini.

perlahan aku membuka mata,
" Ada apa? ", kataku memelas.

" Apa kau punya kelas hari ini? Kita bisa pergi bersama. Aku akan menunggu mu bersiap", ujarnya membelai rambutku.
Dia sudah siap rupanya. Wangi semerbak dari parfum yang ia pakai memenuhi ruangan ini. Seingatku setelah pertengkaran semalam dia tidur bersama ku dan lebih dulu masuk ke alam mimpi. Memeluk ku dengar erat seolah olah aku akan lari darinya. Dan sekarang dia sudah rapih dan terlihat terlalu tampan dimataku..
oh sayangku

"Aku tidak punya kelas hari ini. Jika kau mau ke kampus pergilah, dan cepatlah pulang karna aku akan membuatkan makan siang untuk mu", aku berbicara sambil menyenderkan tubuhku pada jendela dekat tempat tidur.

Harry berjalan kearah ku.
" apa kau tidak mau mengucapkan selamat pagi pada ku?", dia menggendongku dari tempat tidur sembari aku menghadap wajahnya. Kedua kaki ku mengitari pinggulnya sembari tanganku melingkar pada lehernya.dan dia mencium bibirku tanpa ampun.

" Hey aku belum menyikat gigiku. Kau terlalu sering megulangi kebiasaan buruk mu", ujarku tertawa sambil tetap berada di gendongannya

"Tapi kau tetap menyukainya bukan? Kau cantik tanpa riasan", dia menatap ku lekat lekat
"sampai melunturkan niatku untuk pergi ke kampus", katanya lagi. Terdengar panas di telingaku. Ia menurunkan ku, bergerak melepas kemeja biru muda yang ia kenakan.

"No Baby! kita bisa melakukannya kapan saja tapi kau harus pergi ke kampus! Kau tau aku benci ketika aku menjadi alasan kau bolos kuliah", Ujarku sambil meletakan tangan di dada nya yang bidang. Walupun aku menginginkan sentuhan darinya, tapi aku juga harus berpikir logis. Mencintai bukan hanya untuk sekedar bercinta. Menata masa depan sejak dini juga merupakan wujud perjuangan cinta kami. Toh semua juga untuk masa depan bersama, bukan?

Harry menarik ku dalam dekapannya yang hangat. Beruntung aku memiliki pria seperti ini. Pria yang tidak akan pernah meninggalkan ku sehebat apapun pertengkaran yag kami alami. Aku sungguh mencintainya.

Tubuh Harry condong ke depan, berbisik di telingaku
"Baiklah sayang, untuk kali ini aku menuruti keinginan mu. Tapi lain kali berhati hatilah" ia berkata demikian sembari menggigit pipiku. Kemudian berlalu sambil mengatakan "aku mencintaimu".

Huh, Apa dia kira pipi ku yang chubby ini roti!?
"Aku mencintai mu", balas ku walau dia sudah tak terlihat.

***
HARRY STYLES

Sialan. aku sudah terlambat 5 menit karena Lian secara tidak langsung sudah menggodaku dengan tatapan bangun tidurnya yang memukau.

Sesampainya di kampus, aku berjalan tergesa - gesa karena ini kelas terakhir di semester tujuh. selanjutnya hari - hari ku dan Lian hanya akan dipenuhi oleh Praktek dan Ujian.

Bruuuukkkk!

"Wht the F*ck men!" Ujar seseorang di depanku.

Aku menoleh kebawah, sambil memungut Handphone orang yang ku tabrak. apa apaan lagi ini..

"Harry?"
Aku mendongak ke atas, kemudian berdiri tegak, melihat si empunya Handphone, orang yang barusan ku tabrak.

WTF.
"Justin! Apa benar ini kau??whoaaa aku sungguh tidak percaya", tanpa ku sadari aku maju dan memeluknya sekilas.

Justin Bieber, lelaki yang sangat di kagumi Quinn tentu saja. Quinn selalu bercerita bagaimana perasaannya pada Justin. Dan aku hanya bisa menjadi tempat curhatnya. Aku ingat saat pertama kali bertemu dengan Justin 5 tahun yang lalu. Aku terbang ke kanada menjenguk Quinn dan mendapati Quinn harus di Opname disana, dan Justin lah yang selalu menemaninya. Sejak saat itu aku dan Justin menjadi dekat. Dan aku menaruh kepercayaan kepadanya. Aku merasa iba pada Quinn.. niat nya yang ingin berlibur ke kanada berakhir dengan munculnya penyakit yang menggerogoti tubuhnya.

"Sudah terlalu lama kita tidak bertemu", ujarnya. Tersirat kebahagiaan di matanya, seolah olah dia baru saja memenangkan undian berhadiah.

"Ya.. aku berharap bisa melihat mu di pemakaman Quinn.. "

"Harry, aku sungguh menyesal akan hal ini. Aku mengganti nomer ponsel ku 1 minggu sebelum kepergian Quinn untuk selamanya.. nomer mu tersimpan di ponsel lama ", ia menatap nanar lantai koridor.. membuat ku merasa tak enak padanya.

Menepuk pundaknya , "Sudalah, tidak ada yang perlu disesali. by the way, ada urusan apa kau di kampus ini? jangan katakan kau ingin menebar pesona dengan gadis - gadis disini", aku tertawa akan kalimatku barusan.

"aku hanya ingin menamatkan cerita yang belum selesai", katanya dramatis.

"Kau belum banyak berubah, huh?", ujarku.
"Bagaimana jika kita berbicara di tempat yang lebih nyaman?", ujar ku.

"Baiklah", jawabnya sembari mengikuti langkah ku menuju Kantin.

Baik. tidak apa jika aku benar benar membolos hari ini. Cuma sekali dan jangan sampai Lian megetahui tentang ini.


****

TO BE CONTINUED

10 VOTES FOR THE NEXT CHAPTER

Between My Past and My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang