drttt.. drrrt.. drrrrrrtttttt..
Siapa yang berani menelponku tengah malam begini? ku lirik Harry yang sedang tertidur pulas di sampingku. Belum sempat aku menjawab, handphone ku berhenti bergetar.. uhhh baiklah. Nomer baru lagi. Siapa lagi? batinku dalam hati . Aku menaruh kembali handphone ku di bawah bantal kemudian ku peluk Harry yang dengan tampannya tertidur di sampingku. He's so cute!
*******
Di pagi hari, aku dan Harry sedang bersiap siap untuk pergi ke kampus. Harry pergi berpakaian di apartemennya yang bersebelahan dengan kamar apartemenku. Cukup ribet bila harus seperti ini setiap hari, namun ku pikir ini lebih baik ketimbang membiarkan Harry memindahkan semua barang - barangnya di apartemenku. Jelas akan membuat apartemen ini semakin sesak dan sempit. Sementara aku adalah gadis pecicilan yang menginginkan banyak ruang untuk bergerak.Ku ambil handphone ku yang bergetar di atas meja rias. Sengaja aku tidak mengaktifkan nada dering karena takut jika akan berdering saat aku sedang mengikuti mata kuliah dengan setiap dosen yang memiliki sifat - sifat yang unik.
"Yes, Baby? yeah i'm ready". Aku menutup telepon. Lihat? jarak sedekat ini pun ia masih meggunakan handphone untuk menanyakan hal yang sebenarnya bisa ditanyakan jika saja ia mau langsung menghampiriku. Aku berjalan meninggalkan ruang apartemenku. Ku lihat Harry yang terlihat manis mengikat rambut ikalnya. and i love him!
Aku menghampiri Harry di depan kamar apartemennya, kemudian dia menggandeng tangan ku dan kami berjalan keluar gedung apartemen menuju mobil.
***
" Kemana sepatu yang ku berikan? mengapa kau jarang memakainya!?", ujarnya lirih namun tetap memfokuskan pandangan ke jalanan. Dia mulai mengoceh lagi.
" Sneakers yang kau belikan itu terlalu mahal. sayang jika aku terlalu sering memakainya. Aku harus menjaga setiap hadiah yang kau berikan, bukan begitu?", ujar ku menjawab kekesalanya." Menjaga? kau bahkan baru sekali memakainya sejak kubelikan 6 bulan lalu. Kau terus menggunakan sepatu usang mu itu yang menurut ku sudah tidak layak. Haruskah ku buang saat kita pulang ke apartemen ?", dan diapun semakin kesal.
"Sayaaaaang..Aku suka jika kau bertingkah seperti ini. Tapi percayalah ini hanya persoalan kecil. Tak ada maksud lain selain -aku-ingin-menjaga-pemberian-dari-mu. Oke?", aku mengusap wajahnya. Tanpa kusadari kami sudah tiba di kampus. Cepat - cepat Harry menarik wajahku dan mengecup bibirku pelan.
"Aku mencintaimu Lian. Ingat itu", katanya dengan mimik wajah yang seolah - olah berarti "Aku ingin menghajarmu". Harry tidak pandai menunjukkan ekspresinya saat dia menyatakan perasaannya tapi dia terlalu pandai membuatku nyaman berada disampingnya. berada dipelukannya.
Harry turun dan membukakan pintu mobil untuk ku tepat saat ia menerima panggilan telepon dari teman yang belum pernah ku dengar namanya sejak aku memulai hubungan dengannya.
"Aku baru tiba. akan ku susul 15 menit lagi."
"..........."
"baiklah jika itu yang kau inginkan, bro"
".........."
Harry memutuskan sambungan telepon dan aku menjadi penasaran.
"Siapa?", tanyaku.
"Hanya seorang teman lama. Akan ku kenalkan dia padamu nanti", balasnya sambil tersenyum dan membelai rambutku. Baiklah..
"Aku akan menunggu di kantin begitu kelasku selesai", ujarnya saat mengantarku ke perpustakaan.
belum sempat ku membalas -
"Jangan kemana mana jika tidak memberitaku kemana kau pergi. Aku mencintaimu", Ujarnya terburu - buru ketika kulihat sepertinya ia sudah ditunggu seseorang di Gedung sebelah perpustakaan.
"Jangan cemas. Hubungi aku begitu kau selesai. Aku mencintaimu".
*********
Setelah menerima panggilan dari Harry, aku membereskan buku- buku yang ku baca dan meletakannya kembali pada tempatnya.
drrrtttt... drttrtt
drrttt... drrrttt..Aku me-reject panggilan dari nomer tak dikenal. Aku takut jika yang menelepon ku adalah Justin. dan sialan nomer ini tidak henti hentinya menghubungiku! Mau tidak mau, jika memang benar ini Justin setidaknya aku bisa dengan mudahnya menghapus daftar panggilan karena aku tak ingin Harry salah paham padaku.
"Ha- Halo", aku memberanikan diri memulai percakapan.
"Kau dimana? Kenapa lama sekali!?", ujar seseorang di seberang sana.
"Si-siapa ini!?", aku semakin gugup.
"Apa kau memiliki janji bertemu di kantin dengan pria lain selain denganku!?"
"Harry!??? mengapa tidak meggunakan Handphone mu!? Kau membuatku gugup, huh!?Aku-"
Dan sambungan telepon dimatikan secara sepihak. Dan tamatlah sudah riwayatku. Apa aku salah berbicara!??
Aku menangkap wajah Harry saat keluar dari gedung perpustakaan. Alarm tanda bahaya di kepala ku mulai berkoar koar.. Aku menangkap tatapan penuh tanda tsnya di wajahnya.
"Aku baru akan menyusul mu ke kantin", ujar ku sedikit salah tingkah.
"Tidak. Kita pulang. Ikut aku", Jawabnya singkat padat dan Jelas. Aku sadar ini pertanda buruk!
***Ending Of Part 7***
Maafkan penulisan yang mungkin belum tertata dengan baik.
Please Vote and Comment to make my story being G R E A T ! 😊
Maunya bikin Chapter 7 ini sedikit lebih panjang.. Tapi apa daya kondisi tubuh kurang fit😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Between My Past and My Future
Teen FictionLiliana Aurora adalah seorang Mahasiswi Tingkat Akhir yang mengambil jurusan Bisnis di Universitas Stanford, California. Berusaha mengejar ketertinggalannya dalam meraih gelar sarjana, ia malah diperhadapkan pada kisah cinta nan rumit dengan 3 pria...