Topeng

14 1 1
                                    

Setelah mendapat izin dari ibu kami pun beralih ke butik untuk memberi arahan pada kariawanku. Sesampainya di sana Laty yang sudah ku hubungi sebelumnya sudah mengumpulkan koordinator kariawan lainnya. Kubagikan satu-persatu tugas yang harus mereka kerjakan selama aku di Venesia. Laty sendiri ku beri kewenangan dalam mengatur pola kerja kariawan lain supaya lebih terkontrol.

“ Buk, ini ada sesuatu yang diitipkan oleh salah satu custumer kita.” Laty memberiku sebuah bingkisan berukuran kecil. Didalamnya ada secarik pesan. Aku penasaran siapa yang memberikannya.

“Dari siapa Laty?” tanyaku lagi. Laty berusaha mengingat.
“Kalau tidak salah namanya Pak Raihan buk. Beliau tanya sudah dua hari ibu belumkelihatan jadi beliau sedikit cemas.” Laty tampak sedikit tidak enak menyampaikan pesannya. Jujur saja aku sendiri sedikit risih dengan perlakuan pria yang sama sekali tidak kukenal ini.

“Ok, Laty kamu boleh bekerja kembali. Sebelumnya tolong nanti malam menginap di rumah saya yah?” Ajak ku. Bukan sekali dua kali aku mengajak Laty menginap, mungkin sudah sering. Terlepas membicarakan masalah pekerjaan, aku dan Laty juga sering membicarakan hal yang lain. Semenjak Alex tidak ada. Aku lebih sering mengajak Laty bersamaku.

“ Baik buk.” Laty pun kembali bekerja. Sedangkan aku kembali kemobil tempat Dhava menunggu sambil menenteng bingkisan tadi.

“Gimana? Udah selesai?” Tanya Dhava sembari mulai menyalakan mesin.

“ Udah, tadi semuanya udah beres. Sekaran kita kemana?” Dhava mulai menjalankan mobil. Namun perhatiannya terarah ke bingkisan berwarna coklat keemasan di tanganku.

“ Itu apa?” Tanya Dhava kembali melihat ke arah jalan.

“ Ntah lah, ini aku dapat dari seorang coustumer. Aku sendiri belum periksa.” Ujarku sembari memeriksa secarik pesan yang tersemat di dalamnya.

“Ada pesannya Vha.” Dhava hanya melirik sekilas dan melihat kearah jalan lagi.

“Coba di baca tapi yang keras ya.” Dhava dengan nada yang sedikit membujuk kearah penasaran.

“Ok, tunggu aku buka.” Aku pun mulai membaca pesan di dalamnya.

‘hi, its me Raihan
Dua hari ini saya berkunjung
Ke butik saudari tapi saya
Tidak menemukan saudari di sana
Jadi saya fikir saudari mungkin seidit sibuk
Saya sendiri merasa sedikit cemas
Oleh karena itu saya titip hadah
Kecil untuk saudari semoga
Saudari suka dan terima

Raihan’

“Gitu isinya.” aku pun meletakkan surat itu kembali ke dalam bingkisan.Aku pun selesai membaca, Dhava sendiri tak berkata apa-apa. Wajahnya tampak gusar, seertinya ada yang salah saat ini. Hanya saja aku tidak tau apa. Dhava hanya seperti orang yang serius menyetir saat ini.

“ Beneran orang yang ngirim bingkisan itu, siapa namanya?” logat Dhava sedikit ketus.

“Raihan” Sahutku sambil menatapi wajah gusarnya.

“Ia, si Raihan – raihan itu. Dia coustumer kamu?” tanya Dhava seakan Raihan  mengganggunya.

“Bukan dia sih sebenarnya. Mamanya yang pelanggan di butik kami. Jadi dia sering nemenin mamanya dia. So, mungkin karena itu dia kenal sama aku.”dengan sejujurnya aku menjawab Dhava.

“Oh, gatel yah. Anak dari coustumer kamu itu.” ketus Dhava, kali ini dia memang kesal. Aku sedikit geli dengan ekspresi Dhava yang mencoba untuk tenang namun wajahnya gak bisa bohong. Pipi dan telinganya memerah.

“ Kok gitu?” timpalku sok tidak mengerti. Sambil mengelus lengannya agar tidak emosi.

“ Habisnya udah lihat kamu lagi hamil aj tetep digangguin, nah itu isinya apa coba?” Tanya Dhava lagi sambil melirik ke arah bingkisan yang sedari tadi ku pegangi.

Promise You
 
Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang