Part3

65 10 1
                                    

"Gea"

Suara ketukan pintu dan panggilan nama Gea pun menganggu tidur nya, yang harusnya hari ini adalah hari tidur yang panjang.

Bagaimana bisa seseorang mengganggu minggu pagi ku ?

Katanya sambil menarik selimut yang malah sekarang menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga kepala.
Gea lupa kalau hari ini dia harus menyelesaikan tugas yang sudah diberi pak Heri untuk memenuhi syarat penambahan nilai.

"Gea Arradea Putri, bangunnnn"

Gea mencoba mendengarkan sekali lagi suara yang memanggil namanya sejak tadi dengan ketukan pintu kamar yang semakin keras.

Papah!! Iya itu papah!!

Katanya sambil membuka selimut dan langsung beranjak dari tempat tidurnya, Gea pun langsung membukakan pintu kamarnya.

"Iya pah ? Maaf" kataku sambil mengusap muka yang mencoba memperjelas penglihatan.

"Yampun kamu susah sekali dibangunin nya, padahal semalam papah pulang pun kamu sudah tertidur pulas. Oh iya, ada teman mu nunggu, katanya mau ajak ngerjain tugas"

"Temen ? Tugas ?" sambil mencoba mengingat ngingat, seolah berfikir seperti...

Memang nya ada tugas apa ? Sampai harus pagi-pagi sekali begini di hari minggu ? Menganggu saja.

Dan tiba-tiba Gea teringat, iya teringat tugas pak Heri dengan kelompok nya Eza.

"oh iya pah! Gea lupa ya ampun, Gea mandi dulu. Suruh dia tunggu ya"

"Dasar kamu ini, yasudah jangan lama-lama. Kasihan teman mu"

"86 pah!" katanya seolah sebagai seorang prajurit perempuan.

Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk Gea bersiap-siap. Karna fikir nya untuk apa rapih-rapih, ini juga tujuan nya hanya ke taman, bersama cowo tengil pula.

Ah ayolah, kamu harus bisa bersikap manis paling tidak sampai tugas ini selesai Gea.

Katanya dalam hati, sambil merapihkan rambut dan merapihkan pakaian nya didepan kaca.

"Yuk" ajak Gea sambil berjalan menuju papah nya untuk bersalaman dan berpamitan.

"Aku pergi ya pah"

"Iya, hati-hati"

"Saya pergi ya om" katanya Eza sambil bersalaman.

"Iya,hati-hati ya kalian. Jangan terlalu larut pulang nya"

"86 pah!" teriak Gea karna sudah berada didepan rumah.

Ternyata Eza membawa mobil, Gea heran kenapa harus membawa mobil ? padahal hanya berdua saja, bukan kah bisa hanya mengendarai motor ? Ah lagi lagi Gea dipusingkan dengan hal-hal sepele seperti itu soal Eza. Gea tak habis pikir dengan dirinya sendiri, kenapa begitu tidak menyukai setiap tingkah nya Eza, padahal dia belum tau langsung bagaimana sifat Eza sebenarnya.

"Mau ngapain?" tanyaku

"Bukain pintu lah" katanya Eza sambil melontarkan senyum yang biasanya dia kasih setiap melihatku, entah. Kurasa Eza tidak waras.

"Bisa sendiri" sambil membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.

Hari minggu ditambah Jakarta, tidak heran memang dengan ibu kota ini, pasti saja macet. Tidak boleh telat sedikit, tau tau sudah banyak saja yang keluar untuk menikmati weekend nya.

Padahal dirumah akan lebih seru, daripada harus keluar dan bermacet-macetan seperti itu.

Katanya Gea pelan yang sedari tadi melihat ke jendela dan kedepan. Iya, melihat kemacetan ibu kota Jakarta yang seperti tidak ada habisnya.

GeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang