Hyde park- London
Gadis gulali itu sedang duduk termenung dibangku taman. Kepalanya tertunduk lesu,bahunya pun merosot kebawah seakan ia membawa beban yg sangat berat,well bukannya seakan tapi memang.
Terdengar helaan nafas kecil dari bibir mungil merah muda gadis gulali itu. Ia mendongakkan kepalanya ke atas memandang langit mendung sore ini, berharap suatu keajaiban akan turun dari atas sana.
Sakura tersenyum getir merutuki harapan bodohnya,oh ayolah ini dunia nyata bukannya dunia dongeng, jadi jangan berharap akan ada ibu peri yg turun dari langit untuk menolongmu. Sakura memejamkan matanya sesaat,teringat kembali tentang pembicaraannya dengan Ino sahabat baiknya..
"Sekarang apa yg akan kau lakukan jidat?" tanya ino semenit setelah sakura agak tenang dalam pelukannya.
Sakura melepaskan pelan pelukan ino dan menjauh mengangkat tubuh indahnya untuk berjalan kearah balkon kamarnya. Sakura menghela nafas sebentar sebelum menjawab pertanyaan sahabatnya.."entahlah pig,aku tidak tahu ".
Ino menghela nafasnya lelah,ia tahu seberapa berat cobaan yg sedang dihadapi sahabat merah mudanya ini, ia menatap punggung kecil sakura dan baru menyadari bahwa ini pertama kalinya punggung itu terlihat serapuh ini.
Sakura membalikkan badannya,menyadari tatapan prihatin sahabat pirangnya yg sedang tertuju padanya. Sakura tersenyum lembut,berjalan menghampiri ino yg masih setia dengan sorot mata yg sama.
Sakura mendudukan kembali bokong indahnya dipinggiran tempat tidur Queen sizenya,duduk disamping ino dan mencoba meyakinkan sahabatnya ini bahwa ia akan selalu baik-baik saja,terdengar munafik memang,tapi sakura tetap tidak ingin ada orang lain yg melihatnya lemah meskipun itu adalah ayah dan sahabatnya sendiri.
"Dengar pig,aku sudah tidak apa-apa,,aku sudah menerima kesialan yg sedang menghinggapiku sekarang,,,"sakura menarik nafas sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya.."dan yaa,aku memanv harus melakukan sesuatu untuk keluar dari masalah terkutuk ini."
Ino menggenggam tangan sakura,mencoba memberikan semangat kepada sahabat gulalinya.."bagaimana kalau kau bekerja ditoko bungaku saja?".
Sakura mengangkat satu alisnya mendengar tawaran dari ino ,ino menggeleng lemah dan melanjutkan perkataannya sebelum sahabatnya ini salah paham.."dengar jidat,aku tau kau tidak akan mau,dan tidak akan pernah mau menerima bantuan cuma2 dariku atau dari orang lain ".
Sakura mengangukkan kepalanya,ia tau apa maksud sahabatnya,dan ino benar ia paling tidak suka jika hanya berpangku tangan menerima bantuan cuma-cuma dari siapa pun..."baiklah pig,aku terima tawaranmu,,"
Ino tersenyum hangat mendengar jawaban sakura.."baiklah jidat,aku akan pulang sekarang dan membicarakannya kepada ayah dan ibu,aku tau mereka akan terkejut dan menolak usulku ini karna mereka berdua juga menganggapmu sebagai putrinya tapi mengingat sifatmu yg sedikit keras kepala itu aku yakin mereka akan setuju pada akhirnya".
Sakura tersenyum jika mengingat pasangan Bowman yg baik hati,kedua orang tua ino selali baik kepadanya bahkan sudah menganggap sakura sebagai putri mereka sendiri. Sakura menyayangi mereka,dan tidak ingin merepotkan keduanya termasuk juga ino yg sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.
Sakura berdiri dan memutuskan untuk pulang kerumahnya yg sekarang kosong tanpa satupun pelayan,yg ada hanya ia dan ayahnya. Sepeninggalan ino tadi,sakura langsung pergi ketaman ini guna untuk menyegarkan pikirkannya. Sebelum pergi tadi sakura memang mengecek keadaan ayahnya yg ternyata sedang tertidur pulas dengan posisi membelakangi pintu,karna tidak ingin mengganggu ayahnya akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk berpamitan keluar sebentar,yaahh meskipun akan sangat tidak pantas jika seorang Lady pergi sendiri tanpa ditemani seorang pengawal. Tapi sakura tidak peduli,ia bukan bangsawan kaya raya lagi sekarang,jadi ia harus membiasakan dirinya untuk menghadapi cercaan bodoh dari mulut-mulut busuk manusia yg selalu menganggap status adalah segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal in Spring [Tamat]
FanfictionSakura anderson,putri tunggal dari salah satu bangsawan terkaya di London. Hidup yang awalnya begitu bahagia,berubah menjadi malapetaka ketika sang ibunda meninggalkan dirinya dan ayah. Tidak cukup sampai di situ,sang ayah yang begitu mencintai ibu...