Berduyun duyung ombak menyapu daratan,
Menyisakan goresan prasasti akan ombak menyeret pepasiran.Awal dari kisah baru dari cerita lama, kini kita hanya sebuah orang asing yg tak dipersatukan semesta lagi, kau berduyun lembut memohon maaf terhadap sikapmu pada waktu itu.
Kau berkata "maaf maksudku waktu itu bukan melukaimu tapi maksudku hanya mencari jalan terbaik buat kita"
Itu bukan lah jalan keluar dari permasalahan kita, malahn itu sebagai isyarat terjadinya luka,
Datangnya duka,
Menuntun pelupuk mata mengucurkan sungai kecil dipipi yang kau sebut air mata,Disana karena berdua disini aku menyendiri, meratapi kenang dalam seandainya pada hati penuh dengan tanda tanya .
Bagai mana ?
Bagai mana mungkin,
Kau memutuskan sebelum satu persatu rencana kita terwujudkan,
Yang tersisa kini hanyalah ratapan kenang dalam harapan hampa, mendiami sudut kotamu menyaksikan kemesraanmu dengan sosok yang akan membahagiakanmu,
Membuatmu terus menerus merasa bahagia sampai sampai kebahagiaan itu mengucurkan air mata sebab memilikimu.Kesalahanku; tiada sedikit waktu buatku tuk membuatmu bahagia.
"Terima kasih atas segala rasa"