3. Saturday Night

570 57 23
                                    

Weekend adalah satu-satu hal yang Kris suka. Selain ia meliburkan diri dari rutinitas kerja, ia bisa berjoging disekitar komplek rumahnya. Dengan memakai kaos ketat tampa lengan berwarna abu-abu, celana training adidas . Ia siap berlari.

Namun mendengar derap langkah kaki menuruni tangga, membuat intensitas matanya teralih. Luhan bangun pagi di weekend. Itu cukup mengherankan.

"Pagi, Dad " Sapanya riang, berjalan mendekat untuk mendapatkan ciuman dikening yang biasa Kris lakukan setiap pagi.  Luhan mengambil duduk disofa panjang ruang santai mereka. Sudah terlihat fresh, cantik tidak biasanya.

"Pagi " Kris berucap heran " Apa penjualan lukisan bisa mengubah gadis Daddy bangun lebih pagi di weekend? "

Luhan terkekeh geli, beringsut untuk mengambil remote Tv, mengubah siaran berita menjadi kartun Spongebob " Hanya ingin, tapi dad Lukisan ku tidak jadi dijual".

"Kenapa? " Kris terkejut.

Ia tidak sempat bertanya tentang lukisan Luhan yang ditawar kemarin. Kerja di lapangan membuat ia super sibuk bahkan pulang tengah malam disaat putrinya sudah tertidur pulas. Jadi baru pagi ini ia ingin tanyakan.

"Dia ingin membeli lukisan Sehun, tentu aku tidak akan menjualnya " Jawab Luhan santai, fokusnya sudah pada kartun.

"Bukankah itu bagus? Setidaknya itu langkah pertama untuk move on, right? " Kris mengingatkan dengan menjawil hidung bair anaknya.

"Dad, please... " Luhan merengut tak suka, membenarkan rambutnya lagi " Mari kita buat persamaan sederhana, jika seorang kolega Daddy ingin meminta nomor telpon Mama apa daddy berikan? " Tanya Luhan.

"Tentu tidak " Jawab Kris tidak suka hanya karena membayangkanya ia menjadi kesal.

"Lihat " Luhan berdehem, mencoba tidak tertawa dengan raut cemburu Daddynya

"Sama halnya denganku,Dad" Tambah Luhan " Aku tidak akan memberikannya pada penawar tersebut".

"Tapi itu persamaan yang berbeda, Princess. Nomor telpon Mamamu itu privasi tidak bisa diberikan sembarang orang. Bukan juga barang yang dijual belikan" Protes Kris tidak suka, bagaimanapun tetap saja ia membela mantan istrinya.

"Itu Daddy tidak paham. Persamaanya ada pada hal itu. Lukisan Sehun privasi dan berharga. Dad. Tidak sembarang orang yang bisa melihatnya apalagi membelinya"  Jelas Luhan tidak mau kalah dengan debat pagi bersama Daddy.

Kria hanya tertawa kecil, mengikat tali sepatunya lagi " Like mother like girl"

"Wae? "

"Daddy tidak pernah menang dalam berdebat" Kris mencium kepala Luhan lalu berdiri " Daddy jogging, hmm. Tidak ikut?"

Luhan menggeleng, jogging, olaraga dan sejenisnya bukanlah yang Luhan suka " Aku akan berbelanja siang ini, Dad".

"Tumben, bukankah ini belum akhir bulan?" Kris yang sedang pemanasan kecik merengut bingung, menatap Luhan yang memperhatikan setiap gerak Daddynya yang masih sangay sexy diumur matangnya.

"Saturday night "Todong Kris memicingkan matanya, ia berubah menjadi detektif.

"Hum.. hum " Goda Luhan mengangguk geli, mencoba bermain kata dengan Daddynya.

"Kencan? " Tanyanya lagi.

"Somethink like that " Luhan mencebik membenarkan.

"Nugu? " Dan Kris terpancing. Ia berubah total dari Daddy yang hangat menjadi posesif dengan tatapan intimidasinya membuat Luhan terbahak-bahak diatas sofa.

"Cmon dad, Aku hanya ada reuni dengan klub seni. Minho oppa membuat janji berkumpul dicafe sore ini " Jelasnya disela kekehan geli Luhan.

Wajah Kris melunak, hatinya tidak ketar ketir jika benar putrinya akan kencan malam ini. Ia mengenak dekat Minho, Chanyeol, Jongdae, Sehun bahkan Jongin dan Kristal sepupu jauh dari Jessica. Mantan istrinya.

Far away [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang