#20 ENDING#1

5.1K 476 7
                                    

-oo0oo-

Tengah malam yang dingin menjadi saksi bisu pertemuan gue sama Ali. Ternyata benar, Aska di balik semua kejadian ini. Setelah berhasil mempertemukan gue sama Ali, Aska langsung pergi. Memberi kami waktu untuk bicara dan menjelaskan kesalah pahaman yang selama ini terjadi.

Pandangan mata gue menunduk. Sambil sesekali menggigit bibir bawah gue. Mungkin ini saatnya gue bicara dari hati ke hati sama Ali. Mengesampingkan ego dan emosi.

"Prill...!". Panggilnya lirih membuat gue mendongak menatap manik matanya. "Maafin ak--!".

Gue langsung nempelin ujung telunjuk gue ke bibir merahnya. Gue menggeleng dengan menahan airmata gue. Sedetik kemudian gue langsung menubruk tubuh kekar itu. Tangan gue mengait di pinggangnya.

Ali terdiam dan gue baru sadar apa yang gue lakuin ini salah. Bisa saja Ali sekarang sudah beristri lagi. Perlahan gue melepas kaitan tangan gue di pinggang Ali tapi Ali malah menarik tubuh gue dan memeluk gue dengan erat.

"Aku kangen banget sama kamu, Pril!".

Gue semakin menangis mendengar ucapan Ali. Tangan gue kembali melingkar di pinggang Ali. Airmata gue tumpah di dada Ali.

Gue pengen kayak gini selamanya. Bersama orang yang gue cintai. Ali.

-oo0oo-

Malam ini gue habisin waktu bareng Ali. Ali menceritakan semua alasan dia ngilang dari kehidupan gue selama setahun yang lalu. Semua itu karena masalah rumah tangganya.

Perceraiannya sama Clara gak semulus apa yang Ali pikirkan. Begitu Clara melahirkan, Ali langsung memproses perceraian mereka. Tapi karena banyaknya hambatan, sidang perceraian mereka selalu di undur. Apalagi Ali harus menunggu hasil tes DNA yang memakan waktu hampir sebulan lamanya.

Sebulan kemudian hasil tes DNA keluar dan membuktikan kalo anak yang di kandung Clara bukan anak Ali. Tapi Clara benar-benar cerdik, ia malah menuntut balik Ali dengan tuduhan tidak menafkahi lahir dan batin selama 3 bulan.

Memang, Ali akui selama itu ia menelantarkan Clara. Ia sibuk mengurus surat perceraian. Untuk nafkah batin Ali cerita sama gue kalo selama ia nikah sama Clara, Ali gak pernah sekalipun nyentuh Clara. Cuman ciuman bibir mereka pernah.

Mendengar hal itu ada rasa sesak di dada gue. Tapi Ali mencoba menenangkan dan bisa membuat kekhawatiran gue hilang.

Tapi ada sedikit kelegaan mengingat Ali tidak pernah menyentuh Clara. Ali menikah dengan Clara karena di jebak dan di saat itu pula dia kecewa sama gue. Menolak ajakan nikahnya.

Ali menghela nafas panjang saat ia selesai menceritakan semuanya. "Setelah selesai dengan masalahku, aku balik ke Surabaya tapi aku kaget waktu liat rumah kamu yang udah di tempatin orang lain. Aku tanya sama mereka tapi mereka gak tau kemana kamu pergi!".

"Li...sebelumnya aku mau tanya sama kamu!". Sela gue. "Selama ini kamu di mana? Rumah kamu kosong. Kamu menghilang tanpa jejak bahkan hp kamu aja gak aktif!".

Gue bener-bener penasaran kemana perginya Ali selama ini.

"Aku bawa Clara ke rumah orang tuanya. Di sana orang tuanya sempet menyuruh aku untuk rujuk lagi sama Clara tapi aku gak bisa. Pernikahan kami bukan atas dasar saling mencintai!".

"Dan setelah keputusan hakim keluar kalo aku dan Clara resmi cerai, aku langsung balik ke sini. Tapi ternyata kamu gak ada!". Ada raut wajah kesedihan tercetak jelas di wajah Ali. "Tapi sepertinya Tuhan berencana lain. Di makam itu aku bener-bener kaget bisa ketemu kamu lagi. Aku berharap saat itu bisa menjelaskan semua kesalah pahaman ini tapi kamu malah pergi!".

"Maaf...!". Ucap gue pelan sambil memegang jemarinya. Sekilas gue bisa melihat cincin tunangan gue sama Aska masih tersemat di jari manis gue.

Pandangan Ali ikut menunduk, menatap cincin yang melingkar di jari gue. "Aska cowok yang baik. Dia benar-benar tulus cinta sama kamu. Kalo bukan karena dia...gak mungkin kita bisa ketemu kayak gini!".

Timbul rasa penyesalan dalam diri gue. Gue udah nyakitin Aska. Dan dengan bersatu lagi sama Ali, pasti akan membuat luka semakin dalam di hati Aska.

"Kalian cocok!".

Ucapan Ali membuat kepala gue menggeleng pelan. "Maksudnya apa Li?".

Ali malah tersenyum. "Besok kalian nikah kan? Selamat yaa...!".

"Ka-kamu--!".

"Aku gak ada hak buat ngerusak kebahagiaan kalian. Sebelum kamu memulai hidup baru, aku pengen minta maaf sama kamu. Banyak banget salah aku sama kamu dan aku harap kamu mau maafin aku!".

Gue masih terdiam dan mencerna kata-kata Ali.

"Aku akan datang besok. Kita masih sahabat kan?". Tangan Ali terjulur ke arah gue. Gue menatap lama tangan Ali.

"Ja-jadi...!". Gue gak bisa melanjutkan ucapan gue. Semua terasa mimpi. Gue yakin ini gak nyata. Bukan seperti ini ending yang gue pengen. Apa rasa cinta Ali udah ilang? Apa dia udah punya penggantinya?

Dengan berat hati gue menjabat uluran tangan Ali dan saat itu juga airmata gue menitik. Perkiraan gue salah. Gue kira, gue sama Ali bisa kayak dulu lagi.

-oo0oo-

Adzan Shubuh sudah berkumandang dan gue sudah di Malang. Rasa kantuk gue hilang gitu aja. Hanya ada airmata yang mengalir membasahi kedua pipi gue.

Nyokap tau semuanya. Gimanapun juga gue butuh tempat curhat. Nyokap tau kalau semalaman gue ketemu sama Ali. Itu semua karena Aska.

Tepat jam 6 pagi perias datang. Kepala gue rasanya berdenyut, mungkin efek karena semalaman gue gak tidur. Di tambah lagi gue nangis tanpa henti.

Kalau emang ini adalah akhir dari kisah gue sama Ali, gue akan terima. Semoga ke depannya gue bisa sepenuhnya membuka hati buat Aska.

-oo0oo-

Jam 9 pagi gue keluar dari kamar. Suasana rumah sudah ramai karena beberapa tamu dan saksi sudah datang. Dan tubuh gue tiba-tiba menegang saat mata gue menangkap sosok Ali.

Dia duduk di antara para tamu yang datang. Hati gue perih. Kenapa bukan Ali yang duduk di depan penghulu?

Nyokap menuntun gue untuk duduk di depan penghulu. Di sebelah gue udah ada Aska. Dengan setelan jas dan celana berwarna putih. Gue mengangkat kepala gue dan menatap Aska.

Airmata gue mengalir lagi dan Aska langsung menyekanya dengan ibu jarinya. Gue semakin terisak.

"Maaf. Apa bisa di mulai sekarang?". Suara penghulu membuat gue harus segera mengakhiri tangisan gue.

"Bisa Pak. Silahkan!". Sahutan dari kedua orang tua Aska.

"Mari jabat tangan saya!". Perintah penghulu di turuti oleh Aska. Tampaknya Aska agak ragu menerima uluran tangan Penghulu.

Aska menatap sebentar ke arah gue tapi gue cuman bisa menunduk. Membiarkan airmata gue jatuh di atas telapak tangan gue.

"Saya nikahkan engkau Askabian Pratama bin Haikal Pratama dengan Ananda Agatha Prillyta binti Reza Ahmad dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas 100gram di bayar tu....nai!".

Penghulu menghentakkan pelan tangan Aska. Mata gue terpejam rapat dan airmata itu semakin deras mengalir. Bayang-bayang wajah Ali terlintas dalam otak gue.

-oo0oo-

Surabaya 02-12-2017
--ayastoria

DEAR Ali [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang