#21 ENDING#2

9.3K 609 49
                                    

-oo0oo-

Hampir semenit gue gak denger jawaban dari Aska. Para tamu mulai resah dan ada yang berbisik-bisik. Perlahan gue mengangkat kepala gue dan menoleh ke arah Aska.

"Aska!". Panggil gue lirih. Aska seperti tersadar dari lamunannya. Ia sedikit gelagapan dan berdehem kecil.

"Maaf apa bisa di ulang?". Tanya Aska kepada penghulu. Penghulu menggangguk dan gue kembali menunduk. Siap menjemput takdir yang udah di tulis sama Tuhan.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Askabian Pratama bin Haikal Pratama dengan Ananda Agatha Prillyta binti Reza Ahmad dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas 100gram di bayar tunai!".

Tangan Aska kembali terhentak kecil. Gue kembali memejamkan mata gue dan airmata itu terus mengalir dari kedua mata gue.

"Saya terima nikah dan kawinnya Agatha Prllyta dengan mas kawin tersebut tu----!".

"Tunggu!".

Semua pasang mata menatap ke arah gue dengan tatapan bingung. Aska dan penghulu menoleh serempak. Gue mengangkat kepala gue dan membuka perlahan mata gue.

Orang pertama yang gue lihat adalah Aska. Tangannya perlahan terlepas dari genggaman penghulu.

"Maaf. Aku gak bisa!". Ucap gue lirih seiring deraian airmata gue. Aska masih terpaku dan sedetik kemudian matanya mengerjap pelan.

Gue langsung meraih tangan Aska dan menggenggamnya. "Pernikahan adalah hal yang sakral. Sebuah ikatan suci. Pernikahan harus di dasari rasa cinta oleh kedua belah pihak. Tapi maaf!". Mata gue terpejam. Airmata gue rasanya gak mau berhenti mengalir. Gue menggeleng pelan.

"Aku bukan wanita yang baik, Ka. Dan aku yakin jauh diluar sana Allah sudah menyiapkan wanita baik untuk kamu!".

Gue membuka mata dan saat itu pula gue melihat mata Aska berair tapi senyumnya mengembang. "Aku ngerti!".

Gue tertegun sama ucapan Aska.

"Dari awal rasa itu emang gak pernah ada buat aku. Selama ini aku gak pernah liat ada binar kebahagiaan di matamu. Tapi semalam binar itu ada saat kamu bersamanya!".

Aska tersenyum semakin lebar dan menggeleng pelan. "Aku gak tau kenapa aku bisa bodoh mencintai wanita yang jelas-jelas dia bukan jodohku!".

Tangan Aska terulur dan menangkup kedua pipi gue. "Jika Allah sudah mentakdirkan hambaNya bersama, maka tak ada yang bisa memisahkan mereka. Termasuk pernikahan ini. Kembalilah. Aku ikhlas!".

Dan detik itu juga gue langsung menubruk tubuh Aska, menumpahkan tangis gue. "Sssst...udah jangan nangis. Hari ini adalah hari bahagiamu!". Aska mengurai pelukannya lalu mendaratkan kecupan hangat di kening gue.

"Makasih. Kamu benar-benar laki-laki berhati besar. Kelak kamu pasti menemukan yang lebih baik dari aku!".

Aska mengangguk lalu menyuruh gue untuk menemui Ali. Sekali lagi gue memeluk tubuh Aska, hanya sebentar dan setelah itu gue memutar tubuh gue. Menghadap ke para tamu. Mencari sosok Ali yang tadi sempat gue lihat.

"Ma. Mama liat Ali gak?". Bisik gue ke arah nyokap. Nyokap ikut mengedarkan pandangannya dan kemudian menggeleng.

"Kayaknya udah pergi Ta!".

Spontan gue beranjak dari tempat duduk gue. Sekali lagi mengedarkan pandangan gue tapi emang bener. Ali udah gak ada.

"Ali!!!". Teriak gue memanggil namanya. Gue berlari keluar rumah, pandangan gue menyapu seluruh area halaman. Sepi. Hanya ada beberapa orang yang lalu lalang sibuk menata beberapa perlengkapan.

DEAR Ali [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang