#19

5.5K 543 55
                                    

-oo0oo-

H-3 pernikahan gue sama Aska. Saat ini gue tengah sibuk fitting baju pengantin. Begitu juga sama Aska. Dia terlihat sangat bahagia. Senyumnya terus mengembang.

Gue menatap pantulan diri gue di cermin. Harusnya gue bahagia tapi hati kecil gue berkata lain.

Tiba-tiba Aska berdiri di sebelah gue. Satu tangannya masuk ke dalam saku celananya. "Kamu cantik!". Pujinya. Gue tersenyum tipis menanggapi pujian Aska.

Begitu acara fitting selesai Aska langsung nganterin gue pulang. Gue sama sekali gak mood buat jalan lagi. Kepala gue terasa berat. Badan gue rasanya lemes. Berkali-kali gue merubah posisi duduk gue.

Aska yang menyadari hal itu sedikit melambatkan laju mobilnya. "Kamu kenapa?".

"Hah. Ah eng-nggak pa-pa!". Sahut gue sedikit gagap.

"Kenapa gelisah gitu? Kamu beneran gak pa-pa?".

Gue menggeleng lagi. Tiba-tiba ada sesuatu yang aneh. Rasanya mengaduk-aduk perut gue. "Stop, Ka. Stop!!". Perintah gue sambil menepuk-nepuk lengannya. Telapak tangan kiri gue pakai buat menutup mulut gue. Terasa mual tiba-tiba.

Aska menepikan mobilnya dan gue langsung melesat keluar. Menunduk dan memuntahkan isi perut gue. Gak lama kemudian Aska nyusul dan langsung memijit tengkuk gue.

"Kamu sakit Prill. Kamu demam!".

Ya benar. Gue merasakan dingin di kulit tengkuk gue saat tangan Aska mendarat di sana. Badan gue malah semakin lemas setelah memuntahkan semua isi perut gue. Aska menuntun gue masuk lagi ke dalam mobil.

"Perlu aku anter ke Rumah Sakit?".

Gue sedikit berjengit kaget saat mendengar Aska menyebut Rumah Sakit. Gimanapun juga gue paling takut di infus. Gue menggeleng berkali-kali mencoba meyakinkan Aska kalo gue baik-baik aja.

"Anterin aku pulang aja, Ka!". Pinta gue dengan nada lirih. Aska mengangguk lalu masangin sabuk pengaman gue. Setelah selesai Aska berjalan cepat memutari mobil dan masuk ke dalam. Duduk di sebelah gue.

-oo0oo-

Aska memapah tubuh gue yang lemas dan membawa gue masuk ke dalam kamar. Membantu gue berbaring di tempat tidur. Gak lama setelah itu nyokap datang sambil membawa obat pereda nyeri.

"Kamu yakin gak pa-pa?". Tanya Aska lagi. Gue cuman bisa mengangguk. Kepala gue terasa berat dan sekeliling gue terasa berputar.

"Makasih ya Aska. Tenang aja besok Tata juga baikan kok. Tata itu punya darah rendah!". Penjelasan nyokap membuat Aska mengangguk.

"Kalo gitu aku pulang dulu ya. Besok aku ke sini lagi!". Gue mencoba tersenyum dan mengangguk. Aska lalu pamitan sama nyokap dan pulang ke rumahnya.

Tinggal gue sama nyokap di kamar ini. Nyokap membantu gue minum obat pereda nyeri itu. "Makasih Ma!".

Nyokap tersenyum dan membantu menarik selimut buat gue. "Istirahat ya. Mama di sini akan jagain kamu!".

Gue mengangguk lalu memejamkan mata gue. Obat itu membuat mata gue semakin berat. Dan akhirnya guepun terlelap.

-oo0oo-

"Kamu bener Prill. Kita emang udah gak mungkin bersatu!".

Dada gue serasa di hantam ribuan palu. Kata-kata itu terucap dari bibir Ali. Sesak rasanya. Tenggorokan gue terasa tercekat. Nafas gue naik turun. Airmata gue sudah menetes dari tadi.

Rasanya gue pengen meluk tubuh hangat itu. Gue rindu. Semakin gue berlari menjauh maka rasa sakit itu semakin menyiksa gue. Bayang wajah itu semakin menghantui pikiran gue.

DEAR Ali [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang