#9

4.2K 468 22
                                    

-oo0oo-

Gue menatap cincin emas yang bertengger di jari manis tangan kiri gue. Senyum gue mengembang. Rasanya gak percaya aja gue sama Ali bakalan melangkah sejauh ini.

Tahun pertama pacaran terasa manis walaupun gue masih gak percaya kalau Ali bakalan jadi pacar gue. Apalagi gue sempet terpengaruh sama omongan Clara yang selalu meracuni otak gue.

Tahun kedua gak jauh beda sama tahun pertama. Godaannya itu-itu aja karena tiap hari gue juga ketemu sama Clara. Malah gue jarang ketemu sama Ali karena fokus sama Ujian.

Tahun ketiga Ali ngelamar gue. Niatnya dia ngajakin nikah tapi gue belum siap karena gue baru masuk kuliah. Gue masih pengen ngejar cita-cita gue dan Ali juga sibuk cari kerjaan.

Tahun keempat Ali memilih keluar dari tempat kerjanya dan buka usaha sendiri. Usaha kecil-kecilan. Sebuah cafe yang letaknya gak seberapa jauh dari rumahnya. Gue sebagai tunangannya hanya bisa kasih support dan doa.

Tahun kelima merupakan tahun terberat untuk Ali. Di saat usahanya mulai berkembang, ujian datang. Nyokapnya Ali meninggal. Itu merupakan pukulan terberat dalam hidupnya. Hampir satu bulan lebih ia mengurung diri di kamar. Usahanya terlantar begitu saja. Gue gak mungkin bisa handle kerjaan Ali karena gue juga punya kesibukan sendiri, kuliah gue.

Tiap hari gue selalu datang ke rumahnya dan mencoba membujuknya agar segera bangkit.

"Kamu gak tau apa yang aku rasain, Prill!!".

Dan selalu itu jawaban yang gue denger. Ali berubah. Ali yang humoris berubah jadi pendiam. Ali yang gue kenal pantang menyerah kini malah terpuruk sendirian di dalam kamar.

"Aku juga sedih Li. Tante Lusi udah aku anggep Mama aku sendiri. Aku sayang sama dia. Aku mohon kamu gak kayak gini terus. Hidup kamu masih panjang!!".

Tapi Ali tetap gak ngerespon gue. Gue sedih, gue pengen nangis, gue pengen teriak. Rasanya gue kehilangan 2 orang yang gue sayangi. Tante Lusi dan Ali.

Ali berada di dekat gue tapi rasanya dia jauh dari gue.

Sampe suatu hari...

Pagi-pagi banget gue dateng ke rumah Ali. Tepatnya 3 minggu setelah nyokapnya Ali meninggal. Ali udah mau keluar kamar. Gue bahagia banget. Ali udah rapi dan terlihat segar. Sepertinya Ali mau pergi.

Kaki gue mau melangkah masuk ke dalam rumahnya tapi seketika terhenti saat gue mendengar suara seseorang manggil nama Ali.

Kepala gue refleks menoleh ke arah sumber suara. Di balik pintu dapur muncul Clara. Cewek masa lalu Ali. Dia datang menghampiri Ali yang duduk di meja makan. Clara membawa sepiring makanan. Entah itu apa gue gak tau. Yang gue pikirin sekarang bukan makanan apa yang di bawa Clara tapi kenapa Clara bisa ada di sini? Dan kenapa Ali mau nurutin omongan Clara?

Langkah kaki gue mundur perlahan. Gue batalin buat masuk ke rumah Ali dan gue mutusin buat pergi. Gue menatap cincin tunangan di jari manis gue. Masih utuh. Tapi apa cinta Ali ke gue tetep utuh?.

Gue rasa tahun kelima bukan cuman Ali yang ngalamin ujian tapi gue. Lebih tepatnya hubungan gue sama Ali. Gue pikir Ali gak akan inget lagi sama masa lalunya.

Semenjak kejadian itu gue selalu menghindar dari Ali. Hati gue sakit. Ali gak memberi gue penjelasan sedikitpun. Gue memilih fokus sama kuliah gue, skripsi gue.

Tapi yang ada malah gue gak bisa konsen nyelesaiin skripsi gue. Pikiran gue terus tertuju sama Ali dan Ali.

"Prill dengerin dulu penjelasanku!!". Pintanya saat gue baru aja turun dari motor gue. Gue gak tau kenapa Ali bisa ada di depan rumah gue. Dia nungguin gue atau gimana, intinya gue gak mau tau.

"Lepasin Li!!". Desis gue tajam sambil menatap matanya. Ali langsung mengangkat kedua tangannya.

"Oke. Oke. Aku minta maaf. Aku minta maaf karena aku yang salah--!".

"Bagus kalo kamu tau salahmu dimana!". Potong gue sambil berusaha masuk ke dalam tapi Ali malah menghadang langkah gue. "Minggir gak?".

"Gak. Sebelum kamu dengerin penjelasanku dulu!".

"Kamu mau jelasin kalo pagi itu Clara datang ke rumah kamu dan buatin kamu sarapan?". Sela gue lagi.

Ali diam.

"Kamu mau bilang sama aku kalo kamu sama Clara gak ada hubungan apa-apa? Aku bukan anak SMA yang dulu selalu kamu bohongin Li!".

"Bukan itu Prill. Dengerin aku dulu!!". Ali meraih lengan gue tapi dengan segera gue menepisnya.

"Lepas. Gak usah pegang-pegang!! Aku selalu support kamu. Aku selalu ada buat kamu. Berangkat kuliah aku mampir ke rumah kamu. Pulang kuliah aku sempetin liat keadaan kamu. Tapi semua yang aku lakuin seolah gak ada harganya buat kamu. Dan yang bikin aku sakit---!". Gue menyeka airmata gue yang entah kapan udah mengalir aja.

"Dari semua usaha aku gak ada satupun yang kamu respon...tapi saat Clara dateng, baru sekali dateng...kamu bisa nurutin omongannya dia. Karena apa???".

Gue menyeka lagi pipi gue. Ali masih diam. "Sekarang gini aja...kita udah pacaran 5 tahun. Itu gak bentar loh Li. Kalo kamu emang ngerasa jenuh sama hubungan kita ini....ya udah. Kita udahan. Daripada kamu mainin hati aku--!".

"Stop Prill. Aku gak ada maksud buat mainin hati kamu. Oke sekarang gini. Kalo kamu mau liat aku serius sama kamu...aku minta satu hal dari kamu!".

Jantung gue rasanya berdebar-debar. Kira-kira Ali bakalan minta apa ya??. Gue cuman bisa diam sambil menunggu.

Sedetik kemudian tiba-tiba Ali meraih jemari gue, menggenggamnya. "Aku serius sama kamu dan aku pengen nikahin kamu. Sekarang juga!".

Gue syok dengernya. Untuk kedua kalinya Ali meminta gue buat jadi istrinya. "Tapi Li. Aku masih kuliah...dan sekarang skripsi--!".

"Trus aku harus nunggu berapa lama lagi?". Selanya.

"Aku mau selesaiin kuliah aku dulu Li. Aku harap kamu bisa ngerti!". Ucap gue pelan. Ali terdiam. Tampaknya ia sedang berpikir. "Li...!". Panggil gue saat ia belum memberikan jawaban.

"Aku beneran serius sama kamu Prill. Aku---!".

"Iya aku tau Li. Tapi----tapi kamu juga ngerti kan posisi aku gimana? Kita sekarang sama-sama berusaha menata hidup kita. Aku nyelesaiin kuliah aku dan kamu fokus sama usaha kamu. Itu semua kan demi masa depan kita kelak!". Jelas gue.

Tiba-tiba gue melihat senyum jahil di wajahnya. Jarinya lalu menyentil pelan kening gue. "Ciyeeee...yang udah mikirin masa depan!!". Godanya.

Seketika gue langsung menarik jemari gue dari genggaman tangannya. "Apaan sih gak lucu!". Sergah gue sambil melangkah masuk ninggalin Ali. Gue langsung duduk di sofa ruang tamu, Ali menyusul dan duduk di sebelah gue.

Gue melirik lewat ekor mata gue saat gue ngerasa ada yang aneh. Ali melihat ke arah gue masih dengan memasang senyum jahilnya.

"Liatnya biasa aja ah!!". Gerutu gue sambil nahan senyum gue. Ali malah tergelak dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia lalu mencondongkan tubuhnya ke arah gue, wajahnya tepat berada di samping kiri kepala gue.

"Oke. Aku tunggu!". Bisiknya lembut lalu mengecup lama pelipis gue.

-oo0oo-

Alurnya aku bikin agak cepet ya..soalnya ini story blm masuk klimaks takutnya ntr bosen kalo kebanyakan narasi.

DEAR Ali [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang