Tujuh

2K 253 83
                                    

“Gwenchnayo appa.. Aku bisa naik bus.” Jawab gadis itu sambil berjalan menuju gerbang sekolahnya.
“Anio. Appa yang tidak baik-baik saja kalau kau harus naik bus. Gunakan taxi dan hubungi appa begitu kau tiba dirumah, ne..!” balas tuan Choi Siwon yang begitu mencemaskan apapun yang dilakukan putri semata wayangnya itu.
“Eumm.. Arraseo appa..” Eunra memutuskan sambugan telponnya dengan ayahnya. Ia memasukkan ponsel putih miliknya dan kemudian melanjutkan langkahnya ringan. Ini menyenangkan. Hari ini supir yang selalu mengantarnya dan menjemputnya setiap waktu sedang sakit, sehingga ia memiliki waktu untuk berjalan sendiri. Sudah lama Eunra tak menyusuri jalanan kota Seoul dengan kedua kakinya. Bukan perkara apa, tapi ayahnya selalu saja bertindak protektif dengan memperlakukan Eunra seperti seorang putri mahkota yang harus di jaga dengan amat baik. ayahnya yang super duper kaya itu bahkan memasukkannya ke sekolah khusus wanita yang sangat terkenal dengan kualitasnya yang mendidik. Jelas, ia ingin mencetak putrinya sebagai wanita elit yang berkelas. Eunra tentu bersyukur untuk itu, walaupun terkadang ia sedikit merasa terbebani. Satu hal lagi yang harus Eunra syukuri adalah bahwa ayahnya tak pernah menerapkan satu larangan baginya untuk berteman. Asalkan tak melanggar kode etik.
“Choi Eunra..”
Eunra memalingkan tubuhnya ke arah suara yang memanggilnya cukup keras. Suara seorang laki-laki yang terdengar asing di telinganya. Pria yang masih menggunakan seragam sekolah itu duduk di atas motor sport hitam sambil melambaikan tangan ke arahnya. Kedua alis mata Eunra hampir bertaut menatapnya.
“Ige mwoya..?” gumam gadis itu tak mengerti. bagaimana bisa pria itu berada di depan gedung sekolahnya. Eunra kembali menatap ke arah gerbang sekolahnya yang hanya berjarak selangkah di sampingnya. Han songsaengnim masih disana. Dan guru etika itu kini sedang menatap ke arahnya, memperhatikannya. Oh ayolah, ini sekolah khusus wanita yang melarang setiap siswinya berhubungan dengan pria selama di sekolah. Apa yang pria itu lakukan? Dia ingin membuat Eunra di hukum? Yang benar saja! Eunra masih harus menjaga sopan santun dan etikanya sekarang. Ini masih di depan gerbang sekolahnya.

Eunra mempercepat langkahnya, berjalan lurus di trotoar jalanan di samping sekolahnya. Ia mengabaikan Baekhyun yang terus menerus meneriakkan namanya dan mengikutinya dengan motornya. Sial! Kenapa pria itu sama sekali tak mengerti. apa dia memang terlahir bodoh? Eunra terus mengumpati Baekhyun dalam hatinya selagi kepalanya terus menoleh ke belakang menatap guru etikanya yang bahkan sekarang sudah keluar dari gerbang hanya untuk memperhatikan Eunra.
“Choi Eunra, kau baik-baik saja?” tegur guru Han di kejauhan. Eunra menghentikan langkahnya dan berbalik menatap guru Han dengan senyumnya yang cantik.
“Ne songsaengnim. Gamsahamnida..” pamit Eunra sambil membungkuk kan badannya sebelum berlari cepat di jalanan itu. Melihat Eunra berlari, Baekhyun langsung menyalakan motornya den mengejar Eunra.

Eunra berhenti di persimpangan jalan. Ia menoleh ke belakang dan bernapas lega saat menyadari gerbang sekolahnya tak lagi terlihat dari sana. Ia memegangi dadanya yang berdegup kencang. Napasnya memburu. Baekhyun sudah kembali berada di sana. Di depannya dan tersenyum seperti pria bodoh.
“Yak! Apa yang kau lakukan!” bentak Eunra yang meluapkan emosi yang sedari tadi ia pendam. Ia tak mungkin mengumpati pria itu di area sekolahnya karena sekolahnya itu terkenal sangat ketat terhadap tata krama dan etika. Di teriaki pun Baekhyun masih tersenyum dan terpikat oleh pesona Eunra yang menurutnya semakin terpancar saat gadis itu marah. Baekhyun tetap menatap takjub.
“Kenapa kau berlari? Kajja ku antar pulang..” ujar Baekhyun dengan bodohnya. Ingin rasanya Eunra memukul pria itu dengan tas di tangannya.
“Kau benar-benar..!” Eunra kembali mencoba menahan amarahnya kali ini. ia lebih memilih terus berjalan sampai dirinya melihat taxi ketimbang meladeni pria itu. ia tetap mengabaikan Baekhyun yang terus mengikutinya. Sampai sebuah motor lain berhenti di pinggir jalan depan Eunra. Seorang pria berkulit pucat membuka penutup helm merah yang di pakainya dan menatap ke arah Eunra.
“Eunra-ya.. Apa yang kau lakukan disini? Dimana Heechul ahjussi? Dia tak menjemputmu?” tanyanya akrab. Eunra menatap pria itu dan tiba-tiba tersenyum lebar, melupakan kemarahan dan kekesalan yang baru saja menaungi dirinya.
“Yoongi oppa..” pantaunya sambil berlari ke arah pria yang di panggil Yoongi dan meninggalkan Baekhyun acuh. Ia bahkan tak sedikitpun menatap ke arah Baekhyun. seolah Baekhyun tak pernah ada disana sebelumnya.
“Kajja, ku antar kau pulang..” tawar Yoongi sambil memberikan sebuah helm yang tadi ia gantungkan di bagian belakang motornya.
“Ne. Gamsahamnida oppa..” Eunra langsung menerima tawaran Yoongi. Ia mengenakan helm yang Yoongi ulurkan dan naik ke atas motor sport merah milik Yoongi. Saat Yoongi menarik gas di tangan kanannya, Eunra mulai melingkarkan kedua tangannya di pinggang Yoongi. Memeluknya dan menyandarkan tubuhnya di punggung pria itu.
“Yak, ige mwoya? Siapa pria itu? berani-beraninya dia!!” tukas Baekhyun geram saat melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang pria asing membawa gadis yang disukainya. Bukankah itu sedikit keterlaluan. Choi Eunra, bukankah sikapnya sedikit terlalu kejam pada Baekhyun?
“Yang benar saja! Choi Eunra-ssi kau sedang bermain-main denganku?” Baekhyun mulai hilang kesabaran. Tekadnya untuk mendapatkan Eunra kian menjadi setelah harga dirinya di lukai. Dan Baekhyun bukanlah orang yang akan diam saja di permainkan semacam itu.
“Kita lihat saja nanti..” gumam Baekhyun dengan seringai sinis di sudut bibirnya.


The Devil PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang