BAB 8 : Hujan.

37 6 4
                                    

Inikah akhir dari semuanya? Atau ini baru awal dari apa itu perjuangan?

🌼

Angkasa pun menggendong Tata yang sudah tertidur di pelukannya, lelah sehabis menangis. Angkasa menurunkan Tata di tempat tidur Tata sendiri, lalu menarik selimut. Sebelum itu dia mengecup dahinya.

Angkasa memandang wajah Tata yang tertidur. Lega. Untuk hari ini saja. Sebab, Tata bisa beristirahat. Tata tidak perlu melihat kedua orang tuanya yang seakan-akan tidak perduli terhadap Tata.

Angkasa pun berbalik. Dan menutup pintu secara pelan. Membiarkan Tata menyelam lebih dalam ke arah mimpinya.

🌼

Bunyi dering ponsel menganggu Tata dari tidurnya.

Matanya mengerjap. Bunyi suara hujan yang cukup deras terasa di telinganya. Tangannya meraba di atas nakas mencari ponselnya.

010-050-××× is calling...

Dengan ragu Tata mengangkatnya.

"Halo?"

"Oh, ternyata udah bangun?" Suara seorang perempuan terdengar di ujung sana.

Tata beranjak dari kasur dan berjalan ke arah balkon kamarnya. "Iya? Ini siapa ya?"

"Lo, gak kenal sama suara gue?" Suara dari perempuan itu terdengar jelas di telinganya.

Keadaan hening sebentar.

"Sumpah ya, gue gak tau siapa lo. Ini siapa sih? Jangan bercanda deh. Ini tuh udah malem." Suara Tata terdengar tidak suka.

"Oh, apa perlu gue harus dorong lo dari rooftop sampe lo koma biar lo inget sama gue?" Mata Tata membulat seketika.

Hening yang panjang.

"Pasti lo kaget kan? Hahaha. Sampai berjumpa lagi, Tata sayang."

Tut.

Tata langsung meluruh ke lantai. Ponsel yang di pegangnya terjatuh begitu saja. Air matanya seketika meluncur bebas.

Tidak.

Jangan sampai ini terjadi.

Tata mohon.

Tata pun menangis dengan di temani suara hujan yang deras.

🌼


Thnks 💃

Minggu, 17 Desember 2017.
Senin, 16 Maret 2020.
Drylayker.

Tata SuryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang