Sempat ku takut, kisahku akan seperti putri duyung. Menjadi buih karena cintanya yang tak terbalaskan.
Sore dengan senandung hujan deras ini mengingatkannya pada Rama yang pergi pada waktunya. Cintanya memang tak bertepuk sebelah tangan seperti kisah putri duyung yang menjadi buih karena pangeran yang dia cintai menikah dengan orang lain. Kisahnya berbeda namun serupa. Dia sempat berada di ambang hidup buih yang siap menghilang dengan kesedihan mendalam. Beruntunglah, Kenzo datang. Serasa waktu menghadirkannya di waktu yang tepat. Menggenggamnya erat hingga dia lupa caranya menjadi buih.
Tangannya sengaja membuka tirai jendela dan berdiri seorang diri. Bukan menatap jalan gang depan rumahnya yang lengang, melainkan tetesan hujan yang cukup menganggu kenyamanannya. Kalau bolehmengakui, dia sering berdoa untuk turunnya hujan. Sengaja ingin menguji diri akan kekuatan hatinya. Apakah dia benar-benar sudah bisa menerima semuanya,atau bahkan ketenangannya selama ini hanya sebuah lagu nina bobo pengantar tidur. Yang bisa menghancurkannya saat matanya terbuka tanpa memilih waktu yang tepat. Dan, semua kepura-puraan itu akan terlihat jelas.
Tetesan hujan di balik jendela mempermainkan memori otaknya yang memaksa untuk mengingat kembali. Hatinya gaduh, mengalahkan angin ribut sekalipun. Tanpa sengaja, dia melihat seseorang sedang berjalan dibawah payung di depan rumahnya. Membuka pintu mobilnya kemudian berlalu dari gang itu. Spontan telinganya serasa dibisiki kata-kata Kalvin saat di halte bus beberapa minggu yang lalu. Bahkan sekarang dia merasa semua perkataan itu benar. Dia harus melepaskan semua nostalgianya pada hujan dan berharap seseorang datang menawarkan payung. Kenzolah yang dengan tulus berbagi payung, membuatnya cukup handal mengatasi diri.
Hujan berubah volume dan kecepatan jatuhnyasecara berangsur-angsur, menjadi gerimis yang menghilang seiring waktu. Mobil Manis melaju cukup cepat. Agendanya sore ini cukup panjang. Mulai dari membeli beberapa perlengkapan rumah hingga agenda akhir yang harus dia jalani sekarang.Sangat benci untuk dikatakan, yaitu kelas tambahan.
Dia sungguh tak mempercayai jejak langkahnya di sepanjang koridor itu. Tak pernah dia prediksi akan mengikuti kuliah tambahan selama dua minggu ini. Apalagi hal tersebut bersamaan dengan pembantunya yang terpaksa ambil cuti lebih cepat. Bersungut-sungut dia masuk dalam kelas tambahan dan duduk membisu. Sangat tidak nyaman, apalagi mahasiswa yang dia kenali hanya segelintir orang. Sementara mahasiswa lainnya adalah kakak angkatan yang sebagian hanya dia kenali wajahnya.
"Sore Manis," sapa salah satu kakak angkatannya.
"Sore kak," balasnya dengan tersenyum sopan meski dia tahu sapaan itu hanya sebuah modus.
Sejujurnya, Manis tak suka menceritakan bagianini. Namun dia terlanjur muak dengan sapaan yang sengaja mereka lakukan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan darinya. Semua diawali dengan kabar bahwadia akan mengikuti kelas tambahan selama dua minggu ini. Bagaikan menemukan sumber air di tengah padang pasir. Kehausan mereka terbayarkan. Intinya, dia dimanis-maniskan untuk sebuah pertolongan, agar mereka dapat keluar dari lembahkelas tambahan dengan membawa nilai sesuai target. Modus terbaca yang membuatnya tersenyum enggan.
Baru beberapa saat duduk, amarahnya berlipat ganda melihat batang hidung Kalvin yang sedang memasuki kelas.
Apa dia belum puas membawaku kesini?
Terlihat Kalvin menaruh beberapa berkas, saat itu juga dia tak ingin mempermasalahkan keberadaan Kalvin. Sangat jelas, Kalvin akan menjawab dengan nada datarnya bahwa dia adalah asisten profesor yang bisa kapan saja hadir dalam kelas itu.
"Malam ini Profesor sedang berhalangan hadir. Kerjakan tugas ini dan bisa dikumpulkan pada saya."
Usai menjelaskan tugas itu, Kalvin mencari tempat duduk kosong.
YOU ARE READING
GUARANTEED FINGERS (Telah Terbit 2020)
RomanceManis, berstatus Mahasiswi Teknik Semester 2 yang nggak hobi make up, rambut sebahu dengan hiasan poni sederhana dan style seadanya. Kegilaannya pada fiksi mengundang banyak celetukan menggelitik dari si kutu buku "Kalvin", teman angkatannya. Karena...