2 ; Surat Misteri

57 7 4
                                    

Wawan berlari secepat mungkin untuk masuk menuju mushola menemui Rina, Iyut dan Aji.

"Oi Sini! Gue nemuin surat!" teriak Wawan memenuhi mushola dengan suara beratnya.

Sontak ketiga temannya lalu melihat kearahnya. Dan mendekati Wawan. Wawan pun langsung memperlihatkan surat yang ditemukannya kepada ketiga temannya.

Rina pun meraih surat itu.

"Surat apaan nih?" Tanya Rina heran. Wawan mengangkat bahunya.

"Entahlah, aku menemukannya pada saat ingin mengangkat terpal didepan mushola tadi." ucap Wawan.

"Bacain Rin!" ucap Iyut yang terlihat penasaran dengan isi surat tersebut. Rina pun membuka lipatan surat itu lalu membacanya.

"Aku adalah timur. Pergilah ke lapangan loncat jauh disekolah dan lihatlah timur. Disitu kau akan menemukan rumahku. Aku berada tepat di bawah pabrik ribuan bunga." Baca Rina. Aji menatap surat itu bingung.

"Maksudnya apaan sih?" Tanya Aji heran. "Itu teka-teki?" Tanyanya lagi.

"Yaelah, ya jelaslah itu teka-teki, nilai bahasa Indonesia mu berapa sih? 10?" Olok Iyut, Aji pun langsung menatap Iyut sinis.

"By the way,  aku kok jadi penasaran ya sama teka-teki disurat ini? Terus kenapa surat ini bisa ada diterpal mushola coba?" Kata Rina heran. Mereka saling menatap heran, dan berfikir apakah ini surat serius atau hanya permainan belaka.

"Gimana kalo kita coba pecahin teka-teki ini? Siapa tau ada hadiahnya?" ucap Wawan heboh.

"Eh iya, siapa tau ada hadiahnya! Uang? Atau mungkin harta karun?" tambah Iyut mulai berlebihan menghayal.

"Jadi kita bakal coba mecahin teka-teki ini?" Tanya Aji meyakinkan ketiga temannya. Iyut, Rina, dan Wawan mengangguk mantap.

"Kapan?" Tanya Aji lagi.

"Kalo sekarang sekolah masih rame, soalnya masih jam sekolah. Jadi nanti sore jam 4 kita balik lagi kesekolah buat mecahin teka-teki ini. Setuju?" ucap Rina.

"SIAP SETUJU!" Teriak mereka bersemangat. Berharap ini akan menjadi petualangan seru bagi mereka. Tanpa sadar, sebenarnya surat itu adalah awal dari bencana yang tidak akan pernah mereka duga.
---
Pukul 4 sore, seperti yang sudah dijanjikan oleh mereka, mereka berempat pun bertemu disekolah.

"Gue udah nyiapin kompas, makanan, minuman, dan peralatan lainnya untuk bekal kita." ucap Wawan sambil mengeluarkan kompas dan alat-alat lainnya yang sudah dia siapkan di tasnya. Iyut, Rina dan Aji hanya bisa melongo melihat Wawan.

"Gila lu ya, kita petualangannya cuman di sekolah, bukan dihutan!" protes Aji. Wawan pun nyengir.

"Siapa tau disekolah ini ada dimensi yang membawa kita pergi kemana gitu. Jadi gue persiapan aja." kata Wawan pelan. Aji menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Sudahlah, ayo guys kita mulai mecahin teka-tekinya, disurat ini tertulis kita harus pergi ke lapangan lompat jauh, ini lapangan yang ada didekat kelas XII itu kan?" Tanya Rina. Iyut, Wawan, dan Aji mengangguk membenarkan.

"Iya, dan kudenger-denger didaerah kelas XII itu angker." ucap Iyut ngeri.

"Ish, apaan sih. Ini masih sore lho, masih terang." Protes Aji lagi.

"Sudah-sudah, dari pada bahas tentang angkernya kelas XII, mending kita langsung ke lapangan." lerai Wawan. Mereka pun mengangguk setuju lalu berjalan menuju lapangan lompat jauh.

Suasana sekolah diwaktu sore sangatlah sepi. Ditambah lagi sekarang semua ekskul berhenti karena sebentar lagi akan mendekati UAS. Dan mungkin, murid yang ada disekolah sekarang ini hanyalah mereka.

"Eh gila! Kok nih sekolah kayak horror banget ya sore-sore gini?" ucap Wawan sambil melihat sekeliling.

Sekolah mereka memang terlihat sangat horror sekali saat ini, lorong-lorong depan kelas yang biasa terlihat ramai, sekarang terlihat sangat sepi, serta banyak pohon rindang yang agak menutupi terangnya matahari sore bukanlah pemandangan yang menyenangkan untuk saat ini. Apalagi hanya ada mereka berempat.

"Aku adalah timur. Pergilah ke lapangan loncat jauh disekolah dan lihatlah timur. Disitu kau akan menemukan rumahku. Aku berada tepat di bawah pabrik ribuan bunga." Rina membaca surat itu lagi.

"Jadi arah timur dimana?" Tanya Rina. Wawan pun langsung mengeluarkan kompas dari tasnya.

"Disana!" tunjuk Wawan menunjuk arah timur. Dan yang mereka lihat diarah timur hanyalah deretan kelas-kelas. Tidak ada rumah ataupun sesuatu yang memiliki banyak bunga diatasnya.

"Jadi maksudnya rumah dan dibawah pabrik ribuan bunga apa?" Tanya Iyut.

"Entahlah." ucap Aji masih melihat kearah timur.

"Apa mungkin pot bunga?" tebak Wawan. Mereka semua pun berpikir sejenak.

"Eh iya, bisa juga pot bunga. Kan tanaman menghasilkan bunga! Mungkin itu yang dimaksud pabrik ribuan bunga!" kata Iyut semangat. Mereka pun langsung mendekati kelas yang berada diarah timur itu dan mengangkat satu persatu pot yang ada disana.

Tepat pada saat Wawan dan Aji mengangkat pot yang paling besar, mereka menemukan amplop yang sama persis ditemukan Wawan pada saat menemukan surat itu pertama kalinya.

"Eh ketemu lagi suratnya!!" Teriak Wawan. Rina pun langsung memungut surat itu. Mereka pun langsung berkumpul lalu menatap satu sama lain dengan tatapan serius.

Rina pun membuka amplop itu dan menemukan surat. Dan tulisan di amplop itu sama persis dengan surat pertama. Rina pun membaca surat itu.

"Orang-orang mengenalku dengan si pedas. Aku sangat menyukai pedas. Dan entah mengapa para penjual itu menyebutku Habi."
----
To Be Continue

Ok, lagi-lagi cerita abstrak ini update 😂😂
Btw gua pernah ngerasain gimana rasanya sendirian disekolah. Dan itu nyeremin banget. Wkwk
.
.
Jangan lupa vote atau tambahin ke reading list kalian yah kalo suka wkwk.

Rin-PenulisGila yang baru selesai UAS

Fantastic Four : Misteri HabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang