7 ; Tuduhan Yang Menyakitkan

48 4 6
                                    

Wawan dan Aji pun langsung mengangkat Bu Leni. Tepat pada saat mereka menaiki tangga untuk kembali, mereka bertemu dengan orang yang sangat mereka kenal.

"Iqbal?!" kata Rina kaget. Iqbal menatap mereka kaget, lalu menatap Bu Leni yang mereka angkat.

"Kalian.... Sedang apa disini?" Tanya Iqbal dingin
----

"Jadi kalian semua dipancing dengan sebuah surat untuk pergi kesekolah di malam hari ini? Dan pada saat kalian datang lalu menemukan jalan rahasia bawah tanah, kalian sudah menemukan Ibu Leni dalam kondisi seperti tadi?" Tanya polisi yang sedang menginterogasi mereka.

"Iya Pak." Jawab mereka berlima bersamaan.

"Ini surat yang kalian berempat dapatkan?" Tanya polisi itu lagi sambil memperlihatkan surat yang diberikan Wawan, Aji, Iyut dan Rina tadi. Dan empat sekawan itu mengangguk.

"Kamu bilang, kamu juga dapat surat? Dimana suratnya?" Tanya polisi itu pada Iqbal.

"Sudah saya buang pak." Jawab Iqbal singkat.

"Apa isi surat itu sehingga kamu nekat datang malam-malam begini kesekolah?" Tanya polisi itu lagi.

"Disurat itu tertulis "Aku adalah pencuri sekolah yang kalian cari. Ini berhubungan dengan Rina! Jika kau tidak datang sore ini di kelas XI Mipa-2, Rina bisa celaka!" begitu tulisnya pak." jawab Iqbal jelas.

"Siapa Rina?" Tanya Polisi itu. Rina pun mengangkat tangannya.

"Saya Pak." Jawab Rina pelan.

"Kalian pacaran?" Tanya polisi itu kepo. Rina dan Iqbal mengangguk bersamaan.

Polisi itu pun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Dimana kamu buang suratnya?" Tanya polisi itu lagi pada Iqbal.

"Di tong sampah besar dekat gerbang sekolah pak." Jawab Iqbal lagi.

Dan tepat jam 8 malam, usai mereka di interogasi, mereka pun dipulangkan kerumah masing-masing.

----

"Makasih ya karena sudah menyelamatkan istri saya! Padahal saya sudah melarangnya untuk mengurus tugas anak-anak disekolah sampai larut malam. Tapi dia tetap saja!" ucap Pak Tio suami dari Bu Leni.

"Itu bukan apa-apa pak. Kami pun shock berat saat melihat Bu Leni kemarin. Sudah seharusnya kami menolong." kata Iyut pelan.

"By the way, gimana kabar Bu Leni pak?" Tanya Aji penasaran.

"Dia masih kritis. Kepalanya dipukul dengan benda tumpul, lalu ditusuk dengan benda tajam. Untung saja tidak mengenai alat vitalnya, jadi masih bisa diselamatkan. Tapi sepertinya dia shock berat, dan mungkin itu yang membuat istri saya belum sadarkan diri." Ucap Pak Tio sedih.

"Bagaimana pun juga kami pasti menemukan siapa pelakunya pak! Bapak tenang saja! " kata Wawan tegas.

Wajah pak Tio pun terlihat cerah.

"Benarkah? Terima kasih ya nak. Semoga kalian selalu dilindungi Allah." kata Pak Tio. Mereka berempat pun lalu berpamitan dengan pak Tio dan pergi menuju kelas.

"Kamu yakin Wan,  kita bakal nemuin pelakunya? Tapi serem banget lho ini! Ada korbannya! Gimana kalo kita juga jadi korbannya? Mending kita berhenti disini!" kata Iyut takut.

Wawan pun menghentikan langkahnya lalu menatap ke tiga sahabatnya itu.

"Kita udah sejauh ini. Dan lagian kita sudah berkaitan dengan masalah ini, karena kita mencari Habi. Jadi kita harus menemukan siapa dia, dan memberikan dia hukuman karena sudah berani mencelakai Bu Leni!" kata Wawan tegas. Ketiga temannya hanya diam, karena memang baru pertama kalinya mereka melihat Wawan begitu serius seperti saat ini.

"Tapi kata Iqbal tadi malam, surat yang dia dapat tertulis kalo pengirimnya adalah pencuri disekolah kita. Jadi apakah Habi ini adalah orang yang sama mengirimkan surat ke Iqbal sekaligus pencuri HP dan alat-alat lainnya disekolah kita yang lagi dicari sekarang?" Tanya Aji panjang lebar. Wawan tersenyum aneh.

"Iya, dan aku sudah mencurigai seseorang." katanya sambil menatap Rina.

"Siapa?" Tanya Iyut ketakutan.

"Iqbal. Gue curiga sama Iqbal." Kata Wawan serius. Raut wajah Rina pun langsung berubah.

"Eh! Gak mungkin lah! Bukti apa kalo dia pelakunya?!" ucap Rina tak terima kekasihnya dicurigai.

"Pertama, waktu pertama kalinya kita cari surat kedua disekolah, dia ada dan datang kesekolah pas hujan-hujan. Tepat saat kita mendapatkan surat itu dan berada didalam kelas." kata Wawan.

"Tapi itukan memang aku yang minta jemput. Dan aku memang mengatakan kita ada didalam kelas!" Protes Rina membela Iqbal. Seolah jawaban Rina tidak memuaskan Wawan melanjutkan ucapannya.

"Kedua Rin, Iqbal datang pas kita membawa Bu Leni keluar dari ruang bawah tanah. Dan..." belum sempat Wawan menyelesaikan kalimatnya Rina memotong.

"Bukankah dia sudah bilang dia juga dapat surat dari si Habi untuk datang kesekolah?! Please! Jangan tuduh Iqbal sembarangan!" oke, dan sekarang Rina benar-benar marah karena Iqbal dituduh seperti ini.

"Udah, kalian jangan berantem gini. Kita cari siapa pelakunya yang sebenarnya." kata Iyut mencoba melerai Rina dan Wawan.

"Iya, ada baiknya kita jangan su'udzon dulu sama Iqbal." kata Aji pelan.

"Enggak, aku belum selesai bicara. Maaf Rin, bapakku punya koneksi dengan polisi, dan tadi pagi ada polisi yang datang kerumahku. Dia bilang Iqbal berbohong. Dan menyuruhku berhati-hati dengan Iqbal. Surat yang Iqbal temukan yang katanya dibuang ditong sampah besar didekat gerbang tidak ditemukan. Dan sekarang, polisi sedang mengawasi gerak-gerik Iqbal." kata Wawan.

"Aku tau dia pacarmu Rin. Aku juga gak mungkin curiga asal-asalan untuk saat ini. Tapi, semua bukti beneran mengarah ke dia." lanjut Wawan. Membuat hati Rina benar-benar tertusuk.

"Aku pengen sendiri sekarang!" ucap Rina lalu pergi. Dan mungkin untuk saat ini dia tidak ingin bertemu 3 sahabatnya.

Iqbal? Apa benar dia? Rina benar-benar tidak percaya.

Mana mungkin Iqbalnya seperti itu.

Tapi dengan semua bukti yang diucapkan Wawan, entah mengapa semua ini terlihat masuk akal.
---
To Be Continue

Huaaaa... Iqbal tokoh ku yang paling ganteng kena tuduh T_T

Menurut kalian siapa pelakunya? Jeng.. Jeng...

Jangan lupa tunggu kelanjutannya dan baca terus yaa Fantastic Four 😆😘

ILYSM

Rin-PenulisYangbenar2JatuhCinta

Fantastic Four : Misteri HabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang