Habi.
Nama inilah awal dari segala apapun yang terjadi disekolah ini.
Seorang pencuri yang misterius dan lebih parahnya lagi sedang mencari korban.
Korban pertamanya adalah guru. Jika dengan guru saja dia berani, apalagi dengan siswa?
"Kita harus cepat nyari tau siapa si Habi ini!!" kata Aji.
"Ya, lu ngomongnya gampang! Kita ini lagi nyari petunjuk yang mengarah ke Habi." ucap Wawan sambil memukul kuat bahu Aji, membuat Aji meringis kesakitan.
"Tapi kalo aku ingat-ingat ya, bu Leni sempat buat tulisan Fe sebelum dia pingsan. Menurut kalian kenapa?" Tanya Iyut pelan. Rina masih diam.
"Mungkin nama pelaku sebenarnya Fe apa gitu, tapi karena keburu pingsan ibu malah cuman bisa nulis Fe." analisis Aji asal-asalan. Wawan menatapnya sinis.
"Dengan ini aku melihat kau memang gak berbakat jadi detektif Ji." omel Wawan kesal, sedangkan Aji hanya nyengir.
"Aku rasa Fe itu petunjuk. Fe dalam kimia adalam lambang dari besi. Menurutku pelakunya berhubungan dengan besi." Jawab Rina buka suara. Membuat ketiga temannya sadar bahwa bu Leni adalah guru Kimia mereka, dan tidak mustahil bagi guru itu memberikan petunjuk melalui lambang senyawa kimia.
"Daebak! Kau memang hebat Rin! Aku aja gak mikir sampai ke kimia." Puji Aji.
"Jadi sekarang pertanyaannya adalah apa yang berhubungan dengan besi?" Tanya Iyut.
"Pekerjaannya sehari-hari kali." jawab Aji asal-asalan lagi.
"Memang ada murid SMA yang kerja?" Tanya Iyut kesal mendengar jawaban Aji yang dari tadi ngawur.
"Ada. Banyak. Si Ferdian, Asat, Riswan, Arda dan Iqbal kan kerja di bengkel kalo gak salah." kata Wawan sambil mengingat-ingat temannya yang bekerja.
Tapi mereka langsung terdiam.
Bengkel?
Bengkel itu berkaitan dengan besi kan?
"Sepertinya kita memang harus menjadi detektif guys." kata Wawan.
---
"Hmm, istri saya itu memang rutin memeriksakan motornya kebengkel. Sekitar 2 bulan sekali. Jadi kemungkinan besar dia kenal dengan orang-orang yang ada dibengkel itu." Jelas pak Tio ketika ditanyai oleh Aji dan Wawan. Mereka berdua memangut-mangut mendengar jawaban Pak Tio.Mereka merasa bahwa mereka akan semakin dekat dengan Habi.
"Jadi gimana informasi yang kalian dapat dari Pak Tio saat kerumahnya tadi?" Tanya Iyut saat mereka berkumpul dikelas pada sore hari ini. Mereka memang janjian untuk berkumpul disore hari ini, untuk menyelidiki bengkel dan memerhatikan orang yang mungkin dapat di curigai.
"Ya, bu Leni memang rutin ke bengkel 2 bulan sekali. Dan kalian tau dimana bengkelnya?" Tanya Aji. Rina dan Iyut menggeleng.
"Di bengkel bima sakti. Dan murid dari sekolah kita yang kerja disitu hanya Arda, Iqbal, dan Ferdian." ucap Aji.
Rina meneguk ludah nya yang terasa tertahan ditenggorokannya. Entah mengapa semuanya memang mengarah pada Iqbal, kekasihnya. Tapi dia berharap ini hanyalah perasaannya saja.
---
"Besar banget ya bengkelnya." Kata Aji saat mereka sampai didepan Bengkel Bima Sakti."Ya, itu Iqbal dan Arda." kata Wawan sambil menunjuk Iqbal dan Arda yang sedang memperbaiki motor.
"Ada yang bisa dibantu?" kata seseorang membuat Wawan, Aji, Rina, dan Iyut kaget. Ternyata Ferdian, teman sekolah mereka juga yang bekerja dibengkel ini.
"Ini, ban motor nya Iyut pecah. Bisa diganti?" kata Wawan. Ferdian pun mengangguk lalu mengambil ban gantinya.
"Eh Ferdian, waktu kejadian bu Leni diserang kamu ada dimana?" Tanya Wawan. Ferdian menatapnya aneh.
"Aku kerja disini sampai larut malam dengan Arda dan pekerja lainnya. Kenapa?" Ucap Ferdian curiga, dia merasa ada yang aneh dengan pertanyaan Wawan.
"Diantara kau, Iqbal dan Arda, siapa yang pulang duluan?" Tanya Aji lagi. Ferdian tampak berfikir untuk mengingat-ingat.
"Iqbal. Soalnya sore itu dia bilang ada keperluan. Sedangkan Arda pulang denganku tepat jam 10 malam." Jawab Ferdian.
"Rina?" Tiba-tiba saja Iqbal muncul. Rina menatap Iqbal kaget.
"Sedang apa?" Tanya Iqbal lagi.
"Kami lagi temenin Iyut antar motornya kesini. Bannya bocor." Jawab Wawan langsung. Iqbal mengangguk paham.
"Oh begitu." katanya pelan lalu menatap Rina lembut.
"Jangan pas malam ya pulangnya. Nanti kedinginan. Rina gak bawa jaket ya? Aku ambilkan jaketku ya?" tawar Iqbal lalu pergi mengambil jaketnya didalam, dan memberikannya pada Rina.
"Apa nanti Iqbal malah gak kedinginan? Iqbal kan pulang malam?" Tanya Rina, Iqbal menggeleng.
"Aku lebih takut kamu yang kedinginan, nanti kalo asmamu kambuh dijalan gimana? Aku takut." kata Iqbal. Mereka berdua berbicara seakan-akan melupakan bahwa disekitar mereka ada Wawan, Aji, Iyut, dan Ferdian yang memerhatikan pembicaraan mereka.
Rina masih menatap Iqbal.
Dia percaya dengan Iqbal. Iqbalnya yang lembut dan perhatian seperti ini tidak mungkin dalang dari semua mimpi buruk. Ini pasti hanya jebakan untuk mencurigai Iqbal.
Iqbal dijebak.
Dan Rina beserta sahabat-sahabatnya akan menemukan pelaku sebenarnya.
ToBeContinue
Halohaaa... Wkwk selesai juga chapter yang ini. Semoga kalian tetap suka ya.
Jangan lupa vote and comment kalo kalian suka. Dan aku berharap banget kalian suka sama cerita aku.
Wkwk...
ILoveYouSoMuch
-Rin-
KAMU SEDANG MEMBACA
Fantastic Four : Misteri Habi
Tajemnica / ThrillerApakah kau pernah memecahkan misteri bersama sahabatmu? . Maksudku, ini bukanlah misteri biasa. Misteri ini berbahaya, bahkan dapat mengancam nyawamu. . Pertanyaannya adalah apakah kau akan tetap tinggal memecahkan misteri ini bersama sahabatmu ata...