6 ; Korban Pertama

33 6 2
                                    

Dengan tidak sabar Wawan membuka surat itu dan membacanya.

"Selamat!! Kalian pasti sudah mengenalku! Ayo temui aku! Tapi sebelum itu datanglah ke ruang bawah tanah disekolah. Letaknya tepat dibawah kelas XI MIPA-2. Jam 6 sore"

Mereka berempat saling memandang. Benarkah yang mengirim surat ini hantu dari Habi? Atau hanya orang lain yang memakai nama Habi?

Entah mengapa cerita ini mulai terlihat mistis.
----

"Aji mana sih? Kok lama banget?!" gerutu Iyut kesal sambil melihat kearah jam tangannya.

"Ini sudah jam 6 lewat 15 lho!" ucapnya lagi. Rina dan Wawan hanya mengangkat bahu mereka mengisyaratkan bahwa mereka tidak tahu Aji ada dimana.

Tak lama kemudian Aji pun datang dengan terburu-buru.

"Sorry gue telat." ucapnya pelan. Iyut hanya menghembuskan nafasnya kesal lalu memimpin kearah kelas XI Mipa-2.

Oke, sesuai surat dari Habi yang mereka dapatkan dari bu Anti, mereka harus pergi ke ruang bawah tanah, yang katanya tepat berada di bawah kelas XI Mipa-2 pada jam 6 sore ini. Dan mereka benar-benar datang sesuai yang diminta sang pengirim surat.

Meskipun sebenarnya sangat sulit meminta izin dari orang tua mereka untuk keluar rumah pada jam yang mendekati malam ini.

"Kelas Mipa-2 gelap banget ya jam segini." ujar Aji saat mereka memasuki kelas itu.

"Yaiyalah bodo, ini sudah malam." sahut Wawan.

"Dimana jalan kearah ruang bawah tanah?" Tanya Rina pada teman-temannya.

"Entahlah. Tapi kayaknya kita itu bodoh banget deh ngikutin surat itu. Lagian mana mungkin ada ruang bawah tanah disekolah kita. Dia kira ini novel fantasi?!" kata Iyut kesal. Lalu tak sengaja kakinya tersandung, dan hampir saja jatuh. Untung saja tangan Iyut menekan lukisan yang ditempel di dinding kelas menahan tubuh nya agar tak terjatuh.

Tepat pada saat Iyut menekan lukisan itu, tiba-tiba saja lantai yang berada dipojok kelas itu terbuka perlahan, membuat jalan menuju kebawah tanah.

Spontan Rina, Aji, Wawan dan Iyut melongo tak mempercayai apa yang mereka lihat sekarang.

"Wow gila coy! Tombol rahasia!! Gue kira kalo lukisan ini ditekan bakal langsung patah!" ucap Aji takjub.

"Kok aku ngerasa kayak main film gitu ya?" kata Wawan tak percaya. Sebelum mereka berbicara hal-hal yang tak masuk akal, Rina pun membuka suara.

"Ayo masuk!" kata Rina sambil menuju ke jalan, atau lebih tepatnya tangga menuju bawah tanah itu. Wawan pun menghidupkan senter miliknya, yang memang sudah dipersiapkan nya.

Tampak ada semacam cairan yang memanjang ditangga itu pada saat Wawan mengarahkan senternya ketangga, seperti sebuah penunjuk jalan. Dan terlihat seperti cairan berwarna gelap.

"Ini cairan apa?" Tanya Wawan pelan.

Aji pun berjongkok lalu mencolek cairan itu dan mencium baunya.

"Eh bukannya aku mau nakutin kalian..." ucap Aji sambil terlihat serius.

"Kenapa?" Tanya Iyut yang terlihat takut.

"Ini bau darah." Jawab Aji singkat. Mendadak mereka merasa merinding.

"Kita lanjut kebawah?" Tanya Wawan tak yakin. Merasa ada bahaya yang menunggu dibawah sana.

"Gue sih terserah." kata Aji sok berani.

"Gimana kalo yang dibawah itu psikopat gila yang sedang menunggu kita? Matilah kita." ucap Iyut mulai terlihat ketakutan.

"Tapi kita kan banyak. Lagian aku penasaran dengan apa yang ada dibawah." kata Rina pelan. Dengan mengumpulkan seluruh keberanian nya Wawan pun menghembuskan nafasnya berat.

"Ok, ayo kita kebawah." ucapnya lalu memimpin didepan. Iyut, Aji dan Rina mengikuti dibelakang.

Tepat pada saat mereka sampai tepat dibawah, terdapat sebuah ruangan yang terlihat seperti gudang.

Mereka pun mengelilingi ruang itu.

"Astaghfirullah!" Teriak Wawan kaget.

Tepat didepan mereka. Tepat dimana cairan merah itu berhenti.

Mereka melihat Bu Leni (guru kimia mereka) yang terkapar tak berdaya.

"Ibu!" ucap Rina histeris sambil mendekati Bu Leni.

Bu Leni yang masih sadarkan diri mencoba berbicara.

"Nak.." ucap nya sambil menunjuk kesebuah tulisan yang seperti nya dia buat dengan susah payah.

Fe

Hanya dua huruf itu yang tertulis dilantai yang ditunjuk oleh Bu Leni.

Belum sempat empat sekawan itu menanyakan maksudnya, Bu Leni pun pingsan.

"Heh! Ayo angkat Bu Leni!" ucap Aji panik.

Wawan dan Aji pun langsung mengangkat Bu Leni. Tepat pada saat mereka menaiki tangga untuk kembali, mereka bertemu dengan orang yang sangat mereka kenal.

"Iqbal?!" kata Rina kaget. Iqbal menatap mereka kaget, lalu menatap Bu Leni yang mereka angkat.

"Kalian.... Sedang apa disini?" Tanya Iqbal dingin.

To Be Continue

Halohaa.. Mohon maaf karena cerita ini malah jadi jarang update. Tapi tenang aja. Mulai sekarang Insyaaallah bakal rutin update terus.

Wkwkwk

Jangan lupa vote (kalo suka sama cerita ini) dan jangan capek ya nungguin update cerita ini wkwk..

ILoveYou All 😘💕

-Rin-PenulisPecintaFisika

Fantastic Four : Misteri HabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang