Karma itu berlaku.
.
Yunho dan Jaejoong sedang berada di meja makan saat ini. Setelah dua minggu berlalu Younhee pun sudah melakukan aktivitasnya. Tak ada hal yang perlu ditakuti setelah perekam suara tersebut Dongwook temukan.
Tak ada aktivitas khusus pastinya selain mereka berdua masih diperlakukan seperti pembantu. Yunho pun memperkerjakan salah seorang maid hanya untuk menyiapkan segala keperluan Jaejoong. Yunho tak akan memberi celah kembali untuk Younhee mencoba melukai Jaejoong.
Yunho dan Jaejoong pun pergi setelah sarapan. Mereka akan melakukan pekerjaan mereka masing-masing. Yunho masih memperbolehkan Jaejoong bekerja asalkan Jaejoong dapat mengatur polanya dan tak terlalu letih.
Mereka berdua pun pergi. Setelah kepergian Yunho dan Jaejoong. Dongwook pun mengajak Younhee untuk membicarakan sesuatu selagi anak buah Yunho mengantarkan ketua mereka. Mereka pikir Dongwook tak tahu akan alat perekam tersebut. Dongwook mengajak Younhee ke sebuah ruangan untuk membicarakan akan rencana mereka.
"Bagaimana? Apa hari ini kita akan lakukan? Aku sudah tidak betah menjadi pembantu!" Kesal Younhee, Dongwook pun menganggukan kepalanya.
"Seperti rencana sebelumnya, aku akan membawa paksa Jaejoong ke tempat yang telah kita tentukan. Kau datang terlebih dahulu dan persiapkan segalanya. Mereka harus mati, tetapi sebelumnya Yunho harus melihat kematian Jaejoong dengan tragis terlebih dahulu." Dongwook tersenyum membayangkan apa yang telah mereka rencanakan. Younhee pun terkekeh. Mereka berdua pasti berhasil kali ini, Yunho tak mungkin mampu melakukan apapun jika Jaejoong terancam, ditambah Jaejoong sedang hamil saat ini.
.
.
Seperti rutinitas mereka, Junsu merias wajah Jaejoong dan mereka pun berbicara apapun, dari hal penting hingga hal yang tak penting. Hari ini pun Jaejoong mendapat kunjungan dari Ibu tirinya, entah hal apa yang membawa orang itu datang. Kedatangan sang Ibu tiri pun membuat Junsu meninggalkan Jaejoong dan wanita tersebut. Jaejoong bersikap acuh dan memilih merapikan make up pada wajahnya.
"Aku mendengar akan kehamilanmu." Ujarnya tersenyum tanpa Jaejoong ketahui.
"Ya? Lalu?" Ketus Jaejoong. Sudah dikatakan Jaejoong membenci wanita ini. Pertama, ia harus berpisah dari Ibu kandungnya. Kedua, sikapnya yang tak bersahabat dengan Jaejoong. Memang wanita ini tak pernah melakukan kekerasan fisik pada Jaejoong, tetapi Jaejoong selalu merasa wanita ini menatapnya dengan tatapan kebencian.
"Apakah kita akan terus seperti ini? Maaf jika aku memang membencimu. Bagaimana tidak, Ummamu merebut suamiku, ia dapat memberi anak pada Hyun Joong, sementara aku tidak. Aku membencimu, memang. Tetapi, aku yang membesarkanmu Jae, perasaanku pun sama seperti Umma pada umumnya, hanya aku belum mampu menunjukan itu, egoku terlalu tinggi. Aku mendengar kedatanganmu, dan mendengar kau tengah hamil. Jujur aku ingin berteriak riang, anakku sedang hamil, aku akan mendapatkan seorang cucu? Sedari kau datang aku ingin menemuimu, tetapi aku belum siap. Egoku masih tinggi. Aku baru mempersiapkan segalanya untuk ini." Ujar wanita tersebut. Jaejoong terdiam menunduk dan mencengkeram tissue yang ia genggam, benarkah apa yang wanita ini ucapkan?
"Sudahlah, aku tak mau mengganggu pekerjaanmu. Sebaiknya jangan terlalu lelah. Aku belikan mangga asam untukmu, aku dengar kau suka semenjak kau hamil. Cepatlah menikah dengan lelaki itu, aku tidak ingin orang-orang tahu dan menilaimu negatif. Aku pergi." Wanita tersebut pun meletakan kantong plastik yang berisikan buah mangga tersebut pada meja kecil disana. Jaejoong hanya mampu meliriknya, wanita itu pun menghelakan nafasnya sebelum pergi, ia ingin mengusap lembut kepala Jaejoong, tetapi ia urungkan tanpa Jaejoong melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Ares and Aphrodite✔
FanfictionApa jadinya jika seorang idola layaknya dewi Aphrodite bertemu dengan ketua mafia kejam? Kisah cinta, perselingkuhan, dan perjuangan untuk bersama.