Terkadang hal kecil bisa saja menjadi hal yang paling terasa ketika hal tersebut tidak ada atau dilakukan lagi. Seperti ada yang kurang, semacam kehilangan.Rasa tersebut datang bukan karena kita yang menginginkan, namun tak dapat dipugkiri bahwa sebelumnya hal tersebut pernah menjadi bagian yang mengisi hari-hari kita.
Bagaimanapun juga ia telah terdaftar pada memori ingatan kita yang terkadang menjelma menjadi rindu seiring berlalunya waktu. Bagai rindu daun kering yang jatuh kepada dahan pohon yang tetap berdiri kokoh, tinggi tak dapat ia raih.
Keadaanpun mendukung rindu, tak berpihak pada hati yang merasa asing dengan ketidakhadiran hal yang dirindukan.
Mengapa hanya rindu yang datang ? mengapa keadaan tak mendatangkan yang dirindukan pula ? sungguh tidak adil bukan, namun inilah hidup.
Sebelumnya, setiap hari minggu biasanya Rezan dan teman temannya biasa untuk pergi berlibur atau hanya bermain bersama dirumah salah satu dari mereka. Hal yang sudah menjadi kebiasaan kini mulai tak dilakukan lagi oleh rezan. Ntah teman-temannya sedang apa sekarang, Rezan hanya merasakan semacam kerinduan dengan sahabatnya itu. Tingkah mereka yang jahil, tingkah mereka yang sering membuat onar, apalagi tingkah mereka yang saling mengkhawatirkan satu sama lain, sungguh manis pikir rezan.
Rezan mulai nyaman dengan temannya yang lain sekarang, meskipun begitu tetap saja ia merindukan sikap abstrak sahabat-sahabatnya yang mungkin sudah kecewa bahkan mungkin berpikiran buruk atas sikap yang dilakukan Rezan. Rezan berubah, sungguh berubah, setidaknya itu hal yang pasti ada dipikiran sahabatnya.
Hari minggu terlewati tanpa melakukan rutinitas kumpul bersama ran, ray, jane dan zara. Mungkin masing-masing saling merindukan, namun merindukan saja tidak cukup untuk kembali bersama. Butuh satu pihak yang menggerakkan agar rindu bisa menjadi temu. hal itulah yang ada sekarang.
“KEPADA SANG MERAH PUTIH, HORMAT GRAK !”
Lagu indonesia raya mengiringi pengibaran sang saka merah putih. Rutinitas hari senin bangsa ini.
Suara pemimpin upacara itu sedikit mengejutkan, membuat rezan memikirkan ulang suara tersebut. Tak asing ditelinga rezan, ia tau persis suara sahabatnya itu. Rezan tak menyangka kini sahabatnya benar-benar menjadi lebih berani tanpa ia. Suara lantang itu, siapa lagi kalau bukan suara ran.“lah, bukannya tadi sama kalian ya? Coba cek hp lo jane, ada chat zara ga” ray cemas duduk disamping jane
“tadi pagi zara berangkat bareng gue, dia bilang mau mampir beli sarapan jadi gue duluan, tapi gue galiat dia lagi pas dibarisan” saut jane menjelaskan dengan suara lirih cemas.
Orang-orang yang tadinya perlahan bbar dari barisan setelah upacara kembali berkumpul mendengar kepanikan jane.
“ANJ- astaghfirullah, Zara dimana?”jane semakin panik bukan main.
“lo kenapa ga temenin dia aja, udah tau tuh anak gimana ” ray bersuara agak tinggi
“kok lo malah nyalahin gue, lo aja ga nunggu kita tadi pagi, gue juga bingung zara dimana !” jane dengan nada kesal membalas ray.
Mereka sibuk saling menyalahkan dengan suara yang semakin meninggi, perhatian teman-temannya mengarah kemereka sekarang.
“mending kita cari zara kira-kira dia dimana, lo berdua tenang dulu jangan saling salahin” ketua kelas menengahi mereka
“JANE, RAY, KENAPA SIH LO BERDUA” ran yang melihat kegaduhan itu langsung mendekat dan sigap mengambil tindakan tanpa pikir panjang.
“AYO JANE LO SAMA GUE , RAY LO BAWA MOTOR GUE”
Ran dan jane melaju dengan kecepatan tinggi menelusuri jalan yang dilalui dari komplek rumah ke sekolah mereka. Sementara ray mengendarai motor ran, ya motor ran . Bahkan ran lupa bahwa ray trauma dengan motornya itu, motor yang pernah menabrak ray waktu kecil didepan rumah hingga dulu ray pernah koma 1 bulan.
Ray sangat khawatir dengan zara, ia berusaha melawan rasa traumanya dengan motor itu. Ia melaju kencang mencari zara diarah yang berbeda dengan jane dan ran. Ia menuju taman tempat zara sering menyendiri.
“teman-teman ayo kita bantu cari zara, kalian duluan, gue mau izin ke pak gobert” ketua kelaspun bergerak
Bagaimana dengan Rezan ? Kakinya rasanya lemas, ia tau persis bagaimana Zara, jika Ray mengatakan Zara hilang berarti itu benar adanya. Pernah ketika smp Zara nyasar sampai dua hari. Zara memang susah mengingat jalan, mengendarai motor pun ia suka ngelantur.
“kayaknya kita perlu bantu mereka nyari Zara deh”samuel sambil menghabiskan minumannya
“why?”somi yang baru datang tidak tau apa-apa
“gue tau penyakit Zara gatau arah, jadi bisa aja dia ilang beneran”samuel lalu berdiri menyusul yang lain
“Zan, lo masih mau diem aja, tetangga lo ilang loh”samuel tersenyum licik langsung berlari keluar berniat membantu mencari.
Jujur, Rezan ingin sekali berlari untuk mencari Zara sekarang. Namun ia sadar akan satu hal. Walau sudah menemukan Zara sekalipun, ia tak yakin Zara mau pulang bersamanya lagi. Kini ia hanya bisa berdoa dalam hati agar sahabatnya bisa menemukan Zara secepatnya. Sungguh ia merasa seperti seorang pecundang.
30 menit berlalu, zara ada di jalan kasnardinan, tidak jauh dari komplek rumahnya, ntah kenapa zara disana, samuel yangmenmukan zara yang sudah dipinggir jalan dengan luka dikakinya. Jalanan disana sepi, tak adasatupun orang yang membantunya. Beruntung samuel mencari kearah sana. Segera ia bawa ke UKS sekolah zara tanpa menghiraukan motor zara yang tergeletak ditengah jalan.
Pintu terbuka, Rezan dapat melihat samuel membantu Zara berjalan. Pandangan Rezan terhenti pada lutut Zara yang mengeluarkan cukup banyak darah. Samuel mengajak Zara duduk agak jauh dari tempat gengnya. Karena Zara sedang ingin sendiri, tak ingin terlalu banyak orang, katanya.
“Ra, kaki lo gapapa beneran? Gue obatin ya?”
“ga usah sam. Gapapa kok, bisa hubungin Ran atau yang lainnya gak?”
“ohh okeoke, bentar gue minta nomor sahabat lo ke yang lain dulu sekalian nyuruh yang lain ngambil motor lo tadi ”samuel beranjak menghampiri meja Rezan dan yang lainnya.
“guys, ada yang punya no Ran, jane atau Ray?”samuel sambil menatap Rezan intens
“kenapa lo nyari no mereka?”saut lin
“yaelah lin lo gimana sih . Tuh Zara tadi jatoh kakinya berdarah, Zan jangan dingin gitu napa? Siniin hp lo”samuel menarik ponsel Rezan
“elah Zan, nama mereka siapa di hp lo?”
“3, itu jane”Rezan masih menatap Zara. Samuelpun menghubungi jane. Rezan memang mengurutkan nomor sahabatnya zanonselnya dengan bukan dengan nama mereka melainkan 1 untuk Zara 2 untuk Ray 3 jane dan 4 Ran. Itu diurutkan berdasarkan dari yang paling mudah diajak diskusi hingga yang paling kolot kata Rezan.
Rezan hanya menatap zara tanpa mendekatinya apalagi berbicara kepada zara. Ia bahkan sudah kehilangan nyali untuk mengkhawatirkan sahabatnya sendiri. Ia takut mendapatkan respon yang buruk dari zara, sekali lagi, ia memang bagai pecundang sekarang.
“dih, gercep banget jane udah sampe situ aja” lin tersenyum singkat. Setidaknya Rezan bisa tenang sekarang, ada jane yang akan mendampingi zara
“Zan, Zara hemofilia?”samuel duduk disamping Rezan
“hah?”
“dari tadi darah dilututnya susah berenti gitu padahal jatohnya juga gak terlalu parah”
“ohh itu bawaan dia memang gitu kemaren-kemaren , makanya zara gapernah bawa motor, selalu bareng gue , kalo udah luka susah kering, tapi gasampe hemofilia kok”
Saat mereka pulangpun tanpa mereka sadari mereka berjalan beriringan hingga diparkiran ternyata mobil chanle teman sekelasnya, parkir tepat disamping mobil Rezan.
“chan, kita ke rumah sakit bentar ya. Kasian Zara”pinta jane.
Jane bahkan lebih memilih meminta chanle mengantar zara, dibanding rezan.
“gue bakal buat lo nyesel seumur hidup lo Zan”bisik jane saat berpapasan dengan Rezan. Rezan hanya diam sekali lagi rasanya ia bagai pecundang, sedih sekali memikirkan keadaan persahabatannya sekarang. Ia sungguh lelah berpura-pura tidak peduli. Jika kemarin ia berprasangka buruk bahwa emannya hanya memanfaatkan dia saja, maka hari ini ia berpikir bahwa hal yang paling buruk baginya adalah ketika ia sudah tidak bermanfaat bagi temannya lagi.
Rezan sungguh rindu dengan keadaan sebelum ia menjauhi teman-temannya. Ia erlalu lelah berpura-pura dan menutupi semuanya. Ia sudah benar-benar seperti pecundang yang hanya bisa diam, tanpa berani menggambil tindakan lain. Ia sungguh terlalu terjebak dalam keadaan yang sekarang, bahkan rindu telah menjebaknya bersamaan dengan kecewanya teman-temannya terhadap sikap perubahannya sekarang.
Hari hari Ran, Ray, jane dan Zara berjalan lancar memang walau tanpa Rezan. Mereka bisa menyelesaikan tugas mereka tepat waktu, pergi ke sekolah tanpa ditemani Rezan walaupun ada kejadian kemarin, bahkan mereka bisa dekat dengan teman sekelas yang lain tentunya. Jane sudah tak perlu kehdiran Rezan untuk menghindari beberapa orang yang tak disukainya, Zara sudah biasa tak mendapat ucapan selamat pagi ketika berangkat sekolah bersama dari Rezan, Ray sudah bisa menyelesaikan tugas kimia tanpa bantuan Rezan, dan Ran? Ya Ran seketika berubah, sikapnya yang dulu selalu membuat Rezan resah kini sudah berubah. Ia sudah mengerti arti melindungi dan mampu menjadi contoh sebagai orang yang mandiri bagi ketiga sahabatnya.
Ran sendiri menjadi sangat penting dipersahabatan mereka. Pikirannya yang dewasa, tatapannya yang berubah menjadi dingin, dan kemampuan bela dirinya mampu melindungi sahabatnya. Beberapa waktu lalu, ketika jane didekati dengan anak kelas sebelah, dengan sigap Ran membuat lelaki itu takut dengannya. Sikap Ran berubah, walau dikelas ia termasuk pembawa kebahagiaan karena tingkahnya, namun diluar kelas ia dianggap monster karena emosinya yang dapat meledak kapanpun.
Seperti saat ini, mereka sekelas sedang duduk dikantin bersama, walau minus beberapa orang seperti Rezan, lin, somi dan samuel yang memilih bergabung bersama gengnya dibanding anak kelas. Tiba tiba ray datang mengadu bahwa ia habis dipalak kakak kelas, Ran yang mendengarnya langsung dengan berani mendatangi kakak kelas itu lalu menarik dan memukulnya, terjadi perkelahian singkat karena Zara berhasil meredakan emosi Ran.
Kakak kelas itupun berlari meninggalkan mereka tanpa minta maaf pada ray. Teman sekelas dan yang lainnya yang melihat adegan itu hanya bisa diam takut dengan emosi mendadak dari Ran. Biasanya rezan yang sealu menengahi perkelahian ketika ran naik darah, rezan dan ran memikirkan halyang sama sekarang. Seperti saling merasakan ada yang kurang, saling merindukan namun tanpa berusaha memperbaiki semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MUSIM
FanfictionMenceritakan MUSIM yang terjadi silih berganti beriringan dengan waktu. Alur hidup rezan adalah tentang waktu dan kisah hidupnya adalah musim. Ada tawa anak kecil didepan boneka salju yang tersenyum ketika musim salju. Ada mendung yang muram dan ri...