BAB VI Kembali pada mereka

2 5 0
                                        


Pukul 07.00 kelas sudah dimulai, hati Rezan sudah tak tenang sejak lima menit lalu saat ia sadar keempat penyemangatnya tak ada dikelas. Ia bertanya tanya kemana mereka berempat. Jika mereka ingin bolos biasanya anak kelas tau, namun ini banyak yang mencari mereka.

"tin, udah nelpon Ran?"
"gak diangkat sama dia sam"
"jane,Zara atau Ray?"
"sama gak diangkat" jawab nata sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas
Pak gobert sudah masuk kelas sekarang. Ia sadar bahwa empat bangku dipojok belakang kosong
"nata, kemana Ran, jane, Ray, Zara?"
"belum tau pak, mungkin telat"
"Rezan? Kemana empat anak ayam itu?"
"ngga tau pak"Rezan dengan nada yang bergetar
"BRUKKKKKKK!"
Ray muncul dengan muka kusutnya membuat seisi kelas terdiam. Ia hanya sendiri, ia melangkahkan kakinya pelan kemeja guru, pundaknya bergetar, terlihat ketakutan dari tatapannya, mungkin ini pertama kalinya ia menunjukkan ekspresi seperti sekarang.
"pak"suara Ray bergetar kemudian tangisnya pecah
"apa yang terjadi?"pak gobert mengenggam pundak Ray
"Ran kecelakaan, dia sama jane tadi. Sekarang mereka dibawa Zara kerumah sakit kak"butuh perjuangan untuk Ray mengatakan kalimat sepanjang itu
"ayo kerumah sakit sekarang. Kalian tenang disini, kerjakan apa yang mau kalian kerjakan" pak gobert menarik Ray keparkiran dan membawanya pergi
Disisi lain Rezan terdiam mendengar pernyataan Ray tadi, hatinya gelisah sekarang. Tak menyangka kejadian ini akan terjadi, ia mengutuk dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada sahabatnya, iya mengayunkan tangannya keras kearahdinding membuat seisi kelas terdiam, mungkin mengerti bagaimana hancurnya lelaki tertinggi dikelasnya itu. Rezan bangkit dari kursinya, hendak melangkah keluar kelas
"gue ikut kerumah sakit Zan"samuel menghentikan langkah Rezan
"thanks sam" Rezan sedikit tersenyum
diperjalanan ke rumah sakit Rezan masih diam, membayangkan bagaimana hati sahabatnya yang lain terluka saat ini, ditambah lagi keluarga mereka yang memang sedang keluar kota semalam. Pantas saja Ray memberi tahu pak gobert prihal kecelakaan Ran dan jane. Sebuah penyesalan muncul bertubi tubi menghujami hati Rezan. Seandainya tadi pagi ia mengajak jane dan yang lainnya berangkat bersama naik mobilnya, seandainya ia menyapa mereka tadi pagi, seandainya ia ikut sarapan dirumah Ray tadi pagi.
"gue tau lo lagi terluka banget Zan, cerita aja gapapa"samuel masih menyetir mobil
"gue bahkan gatau sam, apa mereka mau maafin gue"Rezan menunduk mengingat sahabatnya
"lo tenangin dirilo Zan, mereka pasti gak kenapa kenapa"samuel berusaha menenangkan Rezan
"kalo tau gini jadinya gue gak akan ngejauhin mereka sam"
"iya gue tau lo nyesel tapi niat lo kan baik, udah jangan mewek lo mah biasanya juga laki bener gapernah gue liat lo gini, kita udah sampe nih"samuel memarkirkan mobilnya
Dengan langkah tergesa gesa, Rezan dan samuel mencari ruangan yang diberi tahu oleh pak gobert lewat sms tadi. Langkah Rezan memberat saat ia sudah berada didepan ruangan dimana Ran dan jane ada didalamnya.
CKLEK!
Perlahan Rezan dan samuel memasuki ruangan itu, kamar dengan cat berwarna putih yang cukup mengerikan. Rezan dengan jelas melihat jane berbaring lemah diatas tempat tidur, namun disisi lain ia bisa melihat Ran tidak mendapat luka yang parah, ran bahkan duduk di sofa bersama Ray dan Zara.
"sorry"ucap Rezan lirih dengan sedikit menunduk
"eh? Rezan"Zara berdiri menghampiri Rezan
"santai aja kali Zan, orang gue sama jane gak kenapa kenapa dan ini bukan salah lo"Ran sedikit tersenyum pada Rezan
"wah gue kira lo gak akan kesini Zan"Ray sambil melempar jeruk pada samuel
"asal kalian tau nih bocah nangis terus dimobil tadi"samuel meledek Rezan
"hahaha, ga salah denger gue? Kapan seorang rezan bisa sedih? Lagian bukan salah lo Rezan"Ran mendekati Rezan dan menepuk pelan pundak sahabatnya itu
"tapi tetep aja ini salah gue yang ga nawarin tumpangan tadi pagi"Rezan memegang pergelangan tangan Zara
"sebenernya ini salah jane sih kecelakaan tadi pagi"renung Ran membuat yang lain menatapnya
"bukan salah gue aja monyet"jane melempar bantal kearah Ran
"lah kirain gue pingsan lo jane"samuel mendekat kearah jane
"kamu gapapa jane?"Rezan menatap sahabatnya dari jauh
"gapapa dari mana, nih tangan luka semua Ran sih naik motor ga bener"rutuk jane pada sahabatnya itu
"Rezan kangen"rengek jane setelah merutuk.
Setidaknya sekarang Rezan merasa lega karena sahabatnya mau menerimanya lagi tanpa menghindarinya terlebih dahulu.
Ran berdiri mengambil air minum di dispenser, belum sampai air digelas itu penuh, ran terjatuh.
RANNNNNN !!!!!
Jane yang sedang berbaring dikasur berteriak histeris.
Ran tiba-tiba saja pingsan, padahal jane yang lebih terlihat parah dibanding ran. Ran bahkan masih mengendarai motor ke rumah sakit.
" zan cepat panggil dokter " samuel bergegas membawa ran ketempat tidur disebelah jane
"semuanya harap tenang, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut" dokter menenangkan, ran segera dibawa ke ruang pemeriksaan untuk melihat penyebabnya.
Rezan, zara dan teman-temannya yang lain menunggu cemas, tidak menyangka ran yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba pingsan dihadapan mereka. Beruntung rezan dengan cepat memanggil dokter.
Rezan, zara dan ray tampak begitu khawatir, jane yang sudah sadar ikut gemetar melihat kejadian barusan. Zara menenangkan jane untuk tidak terlalu memikirkannya.
"jane tadi ran ga kenapa-kenapa kan ?" suara zan gemetar
"a a a aku gatau zan,"jane mulai gagap
"yang aku lihat tadi kita mau nabrak aterus kita jatuh, abis itu aku udah gasadar, bangun-bangun udah disini, aku takut zann" jane menangis cemas
Zara menghela nafas lalu menenangkan sahabatnya:
"udah, kita doain aja semoga ga terjadi apa-apa sama ran"
"dan jane, kamu istirahat ya, nanti kamu makin parah"
"tapi gue takut ra" jane menimpal sambil menangis tersedu-sedu lalu memeluk zara erat
"udah kalian tenang dulu ya, gue sama ray mau nanya hasil pemeriksaan sekaligus liat keadaan ran" rezan bangkit dari sofa
Begitulah hidup, kadang semuanya tak semudah yang kita bayangkan. Masalah yang satu hilang, masalah yang lain datang. Satu-satunya cara adalah menghadapinya dengan gagah dan berusaha melakukan yang terbaik. Apapun yang terjadi, semua sudah memiliki takdir masing-masing. Toh kita ini hanya manusia, namanya hidup ada pasang surutnya.

MUSIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang