Chapter 2

19 2 0
                                    

Cuaca pada malam hari ini cukup bagus karna ada banyak bintang di langit, bulan pun terlihat terang tanpa diselimuti awan. Malam hari, Raya mengajak Acha ke kafe tempatnya bekerja karna ia sedang ingin ditemani. Raya berkerja sebagai penyanyi disana bersama Senja, tapi Senja tidak bisa ikut karna ada acara keluarga. Bukan karena hal itu wajib untuknya, tapi karna itu hobinya. Bernyanyi adalah hobinya, dan ia senang melakukan hal itu.

"Ca, lo tunggu sini dulu ya. Gue mau manggung dulu." kata Raya menyuruh Acha duduk di salah satu bangku kafe.

"Sip, good luck ya Ray." balas Acha memberi semangat dan dibalas senyumam oleh Raya. Acha pun memesan makanan sambil menikmati Raya bernyanyi. Tidak lama kemudian, alunan musik mulai terdengar dan Raya pun mulai bernyanyi.

You must think that I'm stupid
You must think that I'm a fool
You must think that I'm new to this

But I have seen this all before

I'm never gonna let you close to me
Even though you mean the most to me
'Cause every time I open up, it hurts
So I'm never gonna get too close to you
Even when I mean the most to you
In case you go and leave me in the dirt

And every time you hurt me, the less that I cry
And every time you leave me, the quicker these tears dry
And every time you walk out, the less I love you
Baby, we don't stand a chance, it's sad but it's true

I'm way too good at goodbyes
(I'm way too good at goodbyes)
I'm way too good at goodbyes
(I'm way too good at goodbyes)

I know you're thinkin' I'm heartless
I know you're thinkin' I'm cold
I'm just protectin' my innocence
I'm just protectin' my soul

I'm never gonna let you close to me
Even though you mean the most to me
'Cause every time I open up, it hurts
So I'm never gonna get too close to you
Even when I mean the most to you
In case you go and leave me in the dirt

And every time you hurt me, the less that I cry
And every time you leave me, the quicker these tears dry
And every time you walk out, the less I love you
Baby, we don't stand a chance, it's sad but it's true

I'm way to good at goodbyes
(I'm way to good at goodbyes)
I'm way too good at goodbyes
(I'm way too good at goodbyes)
No way that you'll see me cry
(No way that you'll see me cry)
I'm way too good at goodbyes
(I'm way too good at goodbyes)

No
No, no, no, no, no
(I'm way too good at goodbyes)
No, no, no, no
No, no, no
(I'm way too good at goodbyes)
(No way that you'll see me cry)
(I'm way too good at goodbyes)

'Cause every time you hurt me, the less that I cry
And every time you leave me, the quicker these tears dry
And every time you walk out, the less I love you
Baby, we don't stand a chance, it's sad but it's true
I'm way too good at goodbyes

(Too Good at Goodbyes - Sam
Smith)

Selesai menyanyikan lagu, terdengar tepuk tangan dari para pengunjung kafe. Termasuk Acha, ia sampai menangis mendengarkan lagu itu. Jangan lupakan, bahwa selama Raya bernyanyi ia diam-diam memperhatikan seseorang yang sedang bersama pasangannya?

"Loh Ca, lo ngapain nangis gitu? Lo kenapa? Sakit? Atau gimana?" tanya Raya panik saat melihat sahabatnya menangis.

"Gue nggak apa-apa kok. Gue cuma sedih aja sama lagu yang lo bawain, lagunya sedih jadi gue ikut sedih deh." kata Acha sambil terus menangis sampai sesenggukan.

"Gue kira kenapa tau. Baperan banget sih lo." kata Raya malas, sedangkan Acha masih terus menangis.

"Udah dong Ca jangan nangis gitu, malu diliatin orang. Dikiranya gue ngapa-ngapain lo lagi." kata Raya karna memang beberapa pengunjung kafe mulai memperhatikan mereka berdua, terutama Acha.

"Iya-iya gue berhenti." kata Acha sambil menghapus air matanya.

"Loh itu Jingga kan? Ray itu Jingga kan? Temen sekelas lo?" kata Acha heboh.

"Aduhh Ca, biasa aja sih. Gue udah tau Jingga ada disini." balas Raya jengah dengan sikap berlebihan Acha.

"Lo mah gitu. Tapi dia sama cewek, siapa ya? Itu kan.... Itu kan LENA! RAY ITU KA...." teriak Acha tiba-tiba dan langsung dibekap mulutnya oleh Raya.

"ACHA! Jangan teriak-teriak. Apaan sih lo sampe gitu. Malu tau diliatin yang lain. Lagian Lena siapa sih? Gue nggak kenal." kata Raya kesal, sedangkan Acha malah nyengir dengan tampang tanpa dosanya.

"Lo masa nggak tahu Lena sih! Namanya Aneila Embun Milena. Lena itu temen sekelas gue sama Senja. Dia itu suka caper gitu mirip kayak Esa, tapi dia lebih parah." kata Acha menjelaskan, aku hanya terdiam. Lena? Ada apa sama mereka.

"Mereka ngapain cuma berdua aja ya? Mereka nge date?" tanya Acha.

"Yee... mana gue tahu, tanya aja sama mereka. Lagian juga apa pentingnya buat kita. Udah ah, ntar lagi abis makan kita pulang. Gue capek." kataku dan Acha menuruti ucapanku. Kemudian, mereka makan dengan tenang.

Selesai makan, Raya dan Acha bergegas untuk pulang. Saat hendak memegang gagang pintu, sapaan seseorang menghentikan langkah mereka.

"Raya, Acha, kalian disini juga ternyata." sapa Jingga. Raya dan Acha berbalik badan untuk melihat sosok Jingga berdiri dihadapannya dengan Lena disampingnya.

"Lo kira tempat ini punya nenek moyang lo? Gue disini nemenin Raya nyanyi." kata Acha dan Jingga hanya tertawa kecil.

"Jadi, yang tadi nyanyi itu lo. Gue nggak nyangka lo bisa nyanyi, suara lo bagus." kata Jingga memuji.

"Iya makasih. Kalo gitu gue duluan ya." kata Raya sambil tersenyum.

"Eh Ray, mau gue anter?" tanya Jingga. Lena yang mendengar pun kaget termasuk Raya.

"Nggak usah, gue bareng sama Acha. Lagian lo kan sama Lena. Gue duluan Ngga, Len. Bye." kata Raya segeran menarik Acha keluar kafe.

.
.

Di lain tempat, terlihat Senja yang sedang berkumpul dengan keluarganya di sebuah restoran ternama. Terlihat keluarga besar Senja yang sedang bersenda gurau.

"Kak Senja sendirian aja. Nggak ngajak pacarnya? Jangan-jangan nggak punya pacar ya?" tanya sepupu Senja pada Senja.

"Adek kesayangannya Senja, kamu tuh masih kecil. Jadi kamu diem aja ya." kata Senja kalem, sedangkan yang lain tertawa mendengarnya.

"Senja permisi ke toilet dulu." ijin Senja pada mamanya. Di toilet, Senja membasuh wajahnya. Sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan pertemuan keluarga seperti ini, karna ia akan cepat bosan.

"Senja!" kata seseorang saat Senja keluar dari toilet.

"LO! Lo yang nabrak gue itu kan?" kata Senja kaget.

"Yaelah udah gue kasih tahu berapa kali kalo nama gue itu Esa. Apa perlu gue tulis di tangan lo, biar lo inget nama gue." kata Esa.

"Bodoamat. Gue mau balik dulu." kata Senja kesal.

"Loh Senja itu siapa?" kata seseorang di belakang Senja. Saat berbalik ia kaget siapa orang itu.

'Mati gue! Bisa diintrogasi sampe besok pagi ini mah.' kata Senja dalam hati.

"Mama." kata Senja sambil tersenyum kaku.

Is You ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang