Jam menunjukkan pukul 06.00. Matahari sudah terlihat, sinarnya pun sudah mulai terang. Di dalam kamarnya, Senja sedang bersiap-siap ke sekolah. Setelah semuanya selesai, ia mengambil tasnya dan segera menuju meja makan untuk sarapan. Di meja makan, semuanya sudah berkumpul yaitu orang tuanya.
"Pagi Ma, Pa." kata Senja langsung mencium pipi kedua orang tuanya.
"Pagi sayang. Yuk, sarapan dulu." kata mama Senja dengan lembut.
Kemudian, mereka makan sambil mengobrol. Senja adalah anak tunggal, meskipun begitu ia tidak dimanja. Sedari kecil ia sudah mandiri, tapi terkadang Senja juga merasa kesepian di rumah. Selesai sarapan, Senja bergegas menuju sekolah.
"Ma, Pa Senja berangkat ke sekolah dulu ya." pamit Senja.
"Eh kamu nggak dianter sama cowok yang tadi malem itu?" tanya papa Senja tiba-tiba.
"Maksud papa Esa?" kata Senja balik bertanya.
"Ih papa! Esa kan bukan siapa-siapanya Senja. Dia kan cuma temen. Astaga." kata Senja kesal, sedangkan orang tuanya tertawa melihat tingkah laku putrinya.
"Yaudah Senja berangkat ke sekolah dulu, keburu terlambat." pamit Senja.
"Iya hati-hati, sayang. Titip salam buat Esa ya." kata mama Senja ikut menggoda Senja.
"Mama!" teriak Senja kesal, kemudian mengendarai mobilnya menuju sekolah.
Di dalam mobil, Senja teringat dengan kejadian semalam.
"Loh Senja itu siapa?" kata seseorang di belakang Senja. Saat berbalik ia kaget siapa orang itu.
'Mati gue! Bisa diintrogasi sampe besok pagi ini mah.' kata Senja dalam hati.
"Mama." kata Senja sambil tersenyum kaku.
"Nama kamu siapa, nak? Siapanya Senja?" tanya mama Senja pada Esa.
"Eh, na-nama saya Esa tante. Saya temennya Senja." jawab Esa gugup lalu menyalimi mama Senja.
"Oh Esa, Senja nggak pernah cerita kalo punya temen cowok. Sendirian disini? Gabung sama tante yuk?" kata mama Senja lalu segera menarik Esa untuk ikut. Sedangkan Senja, masih diam mematung.
"Kan bener bakal gini jadinya. Ini siapa yang salah jadinya?" gerutu Senja, lalu meyusul mamanya.
Saat kembali ke meja, keluarga Senja bingung dengan kedatangan Esa. Senja pun hanya terdiam, sedangkan yang lainnya sudah mulai mengintrogasi Esa. Beruntung karena Esa bisa menjaga sikapnya untuk tetap tenang.
Cukup lama Esa bergabung dinner dengan keluarga Senja. Esa pun sudah mulai akrab dengan semuanya, termasuk orang tua Senja. Dan selama itupun Senja lebih banyak diam. Ia hanya akan berbicara jika ada yang ditanya, selebihnya ia akan diam.
"Permisi, Esa mau pamit pulang dulu. Ini udah malem, soalnya Esa cuma ijin pergi sebentar sama Mama." pamit Esa.
"Kak Esa jangan pulang dulu. Temenin aku main dulu." kata saudara Senja yang paling kecil.
"Kapan-kapan aja ya mainnya. Kakak mau pulang dulu. Kakak janji kita bakal main lagi nanti." kata Esa lembut.
"Yaudah kalo gitu, Senja anter Esa ke depan." perintah nenek Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is You ?
Teen FictionIni cerita tentang Raya yang mencoba memahami Jingga, bagaimanapun caranya. Walaupun Raya tersakiti. Dan jangan lupakan Senja dan Esa yang mencoba memahami perasaan mereka sendiri. Mencari tahu apa perasaan mereka hanya rasa kagum satu sama lain. K...