part 6

6 2 0
                                    

Hay aku comeback again!!!😊
Kemaren up nggk ada note aku nyh hehehe itu kesenengan up soalnya😂

Oke udah ya cekidot kecerita lanjut yang kemaren.✨⬇⬇⬇

-_-_-_-_-_-_-

"Ka kaka nggk papa kan?"ucapnya hah gue bersyukur dia ngomong lagi.
"Haahahah lu khawatir yah sayang." ucap ku tertawa mendengar nada khawatir di suaranya.
"N-ngak ko, aku cuma takut aja."ucapnya gelagapan
"Tenang aja gue baik." ucap ku dan langsung mengantarkan Melly ke rumahnya.

Pov Melly

Emang gue khawatir sama dia, tapi kenapa ya?.
Lagian mereka musuhnya tapi, ah pusing gue mikir kaya gituh nggak ada faedahnya juga.

"Mell makan malam sayang sudah siap." ucap mama di luar pintu kamar ku.
"Iya mah, bentar melly turun." ucap ku dan langsung turun ke bawah untuk makan malam bersama.
"Bagaimana hari pertama kamu masuk kuliah mell?" ucap papa saat makan malam sudah dimulai.
"Buruk pah." ucap ku sambil bergidik ngeri ngebayangin muka preman pasar cakep itu tapi bulu kuduk ku langsung berdiri saat bayangan gerombolan preman jalan nyerang kita tadi siang.
"Nah kata nyah buruk tapi ngelamun sambil senyum gidik-gidik gitu."ucap mama menimpali.
"Hhmm apa sih mah?" ucap ku bingung.
"Wah jangan-jangan udah ada yang ngegebet kamu mell, secara kamu kan cantik."ucap mama sambil tersenyum miring.
"Apa sih ma nggk ko." ucap ku lagi. Aku buru-buru menghabiskan makan malam ku saat ini.
"Aku selesai. Aku duluan kekamar ya, mah pah." ucap ku dan langsung pergi ke kamar meninggalkan ruang makan.

Pagi harinya seperti biasa aku bersiap untuk pergi ke kampus dan tidak lupa dengan kewajiban seorang mahasiswi awal, dalam rangka hukuman, sampai satu pekan kedepan.

"Aku berharap semoga hukuman ini segera berakhir, dan aku terbebas dari si preman pasar itu." ucap ku sambil memasukan kotak bekal itu kedalam tas, tetapi bayangan kemarin langsung terklebat dalam ingatan ku saat dia berkelahi dengan orang-orang yang terlihat menyeramkan sama halnya dengan dia.

Aku bergidik ngeri membayangkan kejadiaan itu.
"Semoga saja sekarang gue pulang selamat." ucap ku dan langsung pergi ke kampus

Di sana, dikampus ini, dan hukuman itu merupakan sebuah cara kita menumbuhkan benih-benih itu tumbuh subur dalam hati mereka.

Flash back off

Aku menghembuskan nafas berat ini berkali-kali sambil kembali mengenang masa lalu yang sangat manis dan terkesan dipaksakan, tapi sesuatu yang kita jalani dengan ikhlas dan menyenangkan tidak akan ada keluhan, yang terlalu sulit untuk itu.

Sudah beberapa jam aku berdiri di dekat jendela kamar, memandang kosong ke arah taman yang ada di bawah. Pandangan ku tertuju ke sebuah danau buatan, yang memiliki air mancur ditengah tengahnya dan terdapat bunga teratai yang hidup subur disana, akan tetapi airnya sangat jernih karena selalu dirawat oleh pak manto, tukang kebun di sini yang bertugas. Sekarang pandangan ku tertuju kepada gerbang putih besar yang menjulang tinggi, beberapa saat lalu sudah dilewati oleh mamah.

Aku sengaja tidak mengantar mamah sampai bandara. Aku takut, aku takut mendengar kata bandara sekarang, yang artinya aku pun akan memijakan kaki ku kesana, dan meninggalkan semua kenangan ku di sini bersama rendy.

Tangan ku meraba kaca-kaca yang mengembun karena air hujan, sangat dingin tapi hati ku memang butuh kedinginan agar suasana gejolak ini redam.

Sungguh apa yang akan aku lakukan selama satu bulan kedepan dengan rendy.

Drrrtttt,,,,,drrrttt!!!

Ponsel ku berdering segera aku meronggoh saku celana dan mendapatkan notif dari ka pita.

"Pita:
Mell rendy babak belur, lo ke kossannya yah, sekarang.
Dia nggk mau gue obatin lukanya, emang batu tuh orang.-_-

Melly"

Ada apa dengan nya, kenapa dia malah berkelahi, ada-ada saja.

"Melly:
Iya ka, aku kesana.
See you.

Pita"

Aku langsung menyambar jaket yang menggantung, dan segera keluar rumah. Awan masih setia menumpahkan air matanya ke bumi. Tetapi aku menerobos hujan deras itu dan menyalakan mesin mobil, hingga mobil ku kini sudah ikut berbaur dengan derasnya hujan dan kendaraan lainnya.

"Hallo!!!"
"............"
"Tidak apa, sebentar lagi aku sampai."
".........."
"Baiklah."

Aku memarkirkan mobil ku di sembarang tempat, di depan kos-kosan rendy, dan langsung berlari menuju pintu utama. Untung saja hujannya tidak terlalu deras jadi aku tidak perlu memakai payung.

Saat aku sudah sampai di lantai dua ini, tepatnya di depan pintu kamar rendy, ternyata disana bukan hanya ada ka pita, tetapi habil, reno, dan vano pun ada disana.
"Lu nggk boleh gegabah sama mereka ren, lu itu bisa apa coba Hah. Gue tanya?" ucap ka habil kesal kepada rendy yang hanya duduk termenung, tapi dari sorot matanya ada rasa permusuhan yang kental tercetak disana.
"Kepala lo itu batu, tau nggak lo!"ucap habil final sambil berdiri dan keluar dari kamar dan aku terlonjak kaget saat dia sudah ada di hadapan ku.

"Lu masuk sana, gue cape ngomong sama batu dungu itu." ucap ka habil berlalu pergi.
"Lain kali kalo emang lo lagi kesel ajak noh geremo preman hadepin lo, gue yakin lo langsung koit."ucap ka pita.

"Ren." ucap ku dan dia langsung memalingkan wajahnya, menatap ku. Tapi dia tetap diam
"Noh pacar lu udah ada, gue mau makan dulu. Nyok rev, no kita makan." ucap ka pita sambil menarik baju ka revan dan ka vino.

Mereka keluar satu persatu, dan hanya menyisakan aku dan rendy di sini, dia tetap memandang ku lekat tanpa berkedip atau berpaling sedikitpun. Aku berusaha menolak kontak mata langsung dengannya, aku mengedarkan pandangan ku ke setiap penjuru kamar ini, yang terpenting tidak bertatapan dengannya.

Aku menemukan kotak obat plus sebaskom air yang belum tersentuh. Aku berjalan mendekati rendy, dan memang muka nya di penuhi lebam, dan akan aku duga pasti luka nya bukan di wajah saja tetapi di sekitar kaki dan perut.

"Apa yang kamu pikirkan sehingga membuat kekacawan ini hhmm?" tanya ku dan langsung menekan luka yang terdapat di sudut bibirnya.
Dia hanya meringis dan tidak menjawab pertanyaan ku.
"Aku tidak suka melihat wajah mu penuh lebam seperti ini, ini pasti sangat sakit bukan?" ucap ku, dan pada saat yang sama air mataku meluncur bebas ke pipi ku. Aku segera mengusap nya dengan punggung tangan ku.
Saat aku akan mengobati lebam yang ada di rahang bawahnya lagi, dia menahan tangan ku.

"Ini tidak sakit, jangan menangis.
Lagi pula ini tidak terlalu buruk bukan?" ucap rendy dan menghapus kembali air mata ku.
"Jangan lakukan ini lagi aku mohon."ucap ku dan langsung memeluknya, menangis sejadi-jadinya di pelukan rendy, meluapkan amarah yang sedari tadi aku bendung.

Saat aku mengeratkan pelukannya, aku dengar dia meringis lagi.
"Berbaring lah, aku akan ambilkan kau kompresan agar sakitnya sedikit membaik." ucap ku dan langsung mengambil kompresan untuk perutnya yang lebam.

Aku membereskan kotak obat dan bekas kompresan itu, sekarang rendy sedang tertidur dengan wajah yang penuh perban. Sebenarnya dia tidak mau dan tidak suka di perban katanya seperti mumi "mayat hidup" tapi ini mau bagaimana lagi lebamnya sangat banyak.

Aku hanya duduk di kursi sambil memperhatikan rendy yang sedikit meringis jika berganti posisi yang salah, badannya pasti sakit semua.

Tok tok tok!!!
"Iya sebentar." aku membukakan pintu kamar rendy dan disana berdiri seorang wanita cantik sambil menjingjing plastik makanan.






Hhhmm come back ya,-
Mau dilanjut ceritanya insyaallah, tapi nggak tau kapan...........
Maaf typo merajalela_-
Votemen yaaaa🌟🌟

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang