Part 7

7 2 0
                                    

Tok tok tok!!!
"Iya sebentar." aku membukakan pintu kamar rendy dan disana berdiri seorang wanita cantik sambil menjingjing plastik makanan.

"Eh sesil, sini masuk." ucapku mempersilahkan sesil masuk kedalam.
"Hhmm mell, tadi aku denger dari ka pita, ka rendy habis berkelahi, dan keadaannya lumayan serius."ucap sesil masih berdiri di depan pintu.
"Ya, mukanya aku perban sekalian, habis lebamnya banyak banget." ucapku dan langsung menarik sesil lebih dalam lagi.

"Dia lagi tidur, tadi aku udah obatin luka sama udah aku kasih obat ko." ucap ku dan sesil tersenyum, dia gadis yang sangat cantik.

"Hhhmm ka, ka rendy sayang banget ya sama kakak, aku seneng kaka hadir di hidupnya, jadi aku sedikit tenang. Dia selalu membantah omongan mamih apa lagi papih dia udah lost." ucapnya sambil memperlihatkan kakaknya yang sedang tertidur, hanya saja wajahnya yang aku tutup dengan perban.

Aku berlebihan sampai-sampai wajahnya harus di perban, aku tersenyum miris dalam hati saat sesil berkata seperti itu, nyatanya aku pun akan pergi dari hidup rendy.

"Kak, kenapa ka rendy nggak dibawa ke rumah sakit aja?" tanya sesil.
"Kamu kan tau sendiri gimana keras kepalanya kakak mu yang satu ini." ucap ku.
"Ya sih, ka rendy keras kepala kaya papih."ucap sesil kembali memperhatikan rendy.
"Oh iya ka, ini aku bawain makan kesukaan ka rendy. Tadi pas mamih denger ka rendy berantem mamih khawatir banget sama kakak, terus dia bikinin makanan ini buat ka rendy."ucap sesil sembari memberikan kantong plastik yang iya bawa.
"Mamih juga rindu ka rendy, dia tadinya mau ikut kesini tapi aku larang."ucap sesil melanjutkan.

"Hhmm bilangin terima kasih sama mamih. Sil sebenernya ada yang mau aku omongin sama kamu, tapi kayanya disini bukan tempat yang tepat, kamu ada waktu kan?" tanya ku pada sesil.
"Hhmm apa ka?"
"Nanti besok aku kasih tau deh, di caffe biasa kita ketemu aja."ucap ku
"Iya ka, ya udah aku balik ke rumah ya ka, maaf repotin kakak." ucap sesil.
"Nggk ko sil." kata ku sambil mengantar sesil ke depan.

Aku kembali memikirkan bagaimana berbicara kepada sesil tentang perjodohan ku bulan depan, bahkan permintaan sesil saja yang meminta aku untuk bisa mempersatukan rendy dan keluarganya belum bisa aku penuhi.

Aku menarik napas dalam-dalam rasanya dada ku sangat sesak jika harus mengingat soal perjodohan itu kembali.
"Hhhhhmmmm"

Aku terkesip dan langsung menoleh ke arah rendy yang ternyata sudah terbangun.
"Kau sudah bangun." ucap ku menghampiri rendy dan membantunya untuk duduk bersandar.
"Bagaimana sudah sedikit mendingan kan, tidak terlalu sakit lagi sekarang?" ucap ku lagi.
"Tolong lepaskan perban sialan ini."ucap rendy kesal.
"Oke baiklah."ucapku dan langsung membuka perban yang menempel pada wajah tampan rendy.

"Oke sudah siap, sekarang makan siang, tadi ada sesil kesini bawain makanan kesukaan kamu, katanyah mamih yang masak. Mamih juga rindu kamu."ucap ku kepada rendy sembari menyuapkan makanan itu ke mulutnya.
"Aku nggak laper."tolak rendy dan memalingkan wajahnya menghadap ke arah lain.

"Ren pliss, mau sampai kapan kamu kaya gini. Kamu udah dewasa sekarang bukan, jangan merajuk kaya anak kecil lagi."
"Sekarang makan, buka mulutnya." ucap ku kembali menyodorkan makanan ke arahnya, dan berhasil dia sekarang memakan makanannya dalam diam tanpa berbicara dan tetap memalingkan pandangannya kearah lain.

Aku membereskan piring yang tadi dipakai dan mengecek kembali luka yang ada di wajah dan perut rendy.
"Ini tidak terlalu parah bukan?" ucap rendy
"Entah."ucap ku lalu hendak pergi mencuci piring, tetapi pergelangan tangan ku dicekal oleh rendy dan aku kembali duduk di samping tempat tidur.
"Apaan sih, aku mau nyuci piring bekas tadi." ucap ku kesal.

Bagaimana aku tidak kesal dia mendiamkan ku terus menerus tanpa banyak bicara, dia pikir aku salah. Seharusnya aku yang merah sekarang bukan dia.
"Maafkan aku."ucapnya.
"Emangnya kamu salah apa hah?" ucap ku kelewat tidak peduli.
"Mell, aku mau ketemu mamih."
"Bagus kalo gituh-"ucap ku dan langsung berdiri, tapi sebentar apa kata dia mau ketemu sama mamih. Akhirnya aku kembali duduk dan menatapnya serius.

Take Me AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang