Partner Sex - Part 3

26.2K 425 18
                                    

Sekali lagi, ini u/ 18+++

***

Terkadang mencintai itu melelahkan..

Melelahkan karena cinta tak berbalas..

Melelahkan karena harus berbohong..

Berbohong padanya bahwa kita bahagia disisinya..

Tanpa kepastian..

 

-

Pagi ini, bisa dibilang masih pagi karena aku terbangun tepat pukul 9. Dan tak kaget lagi jika aku sudah berada di apartemen Denis dengan kemeja kebesarannya. Aku tidak ingat kapan Denis membawaku pulang. Mungkin aku terlalu kelelahan hingga tidak sadar. Aku segera bangkit dari tidurku dan langsung menuju kamar mandi untuk segera membersihkan badan yang err- lengket. Aku tahu jika Denis pasti sudah pergi bekerja, walaupun dia maniak sex tapi dia juga seorang pekerja keras. Aku hanya tersenyum membayangkan Denis yang sedang bekerja, membuatnya semakin tampan.

***

“Kurasa, aku akan memakai idemu.” kataku setelah kami terdiam cukup lama sejak kedatanganku di café.

“Ide apa?” tanya Victoria heran. Aku hanya menghela nafas dan menatapnya memohon.

“Sungguh, aku tidak mengerti, Hanny sayang.” ucapnya menyangkal.

“Aku lelah.” kataku akhirnya. Dia masih terheran-heran dengan ucapanku yang tiba-tiba.

“Lalu? Kau akan mencari pria lain?” tanyanya bersemangat. Aku hanya menggeleng menjawabnya.

“Lalu apa?” katanya kesal. Aku kembali menghela nafas.

“Aku lelah. Lelah di perlakukan seperti budak sexnya.”

“Bukannya kau senang dengan itu?”

“Tidak, ah maksudku tidak juga, aku senang diperlakukan begitu. Tapi rasanya cukup melelahkan jika setiap hari bahkan setiap saat. Aku ingin dia memperlakukanku seperti itu dengan tatapan dicintai.”

“Dicintai? Jadi?” tanya Victoria masih belum paham. Astaga, terkadang dia ini pintar tapi juga bodoh dalam waktu bersamaan. Aishh..

“Aku ingin mengujinya. Menurutmu bagaimana?”

“Menguji? Caranya?” masih dengan polosnya Victoria bertanya. Aku dengan gemas mencubit pipinya dengan keras.

“Aw.. sakit.” rintihnya dengan kesal.

“Dengan idemu. Kau ini bodoh atau apa sih. Ucapan kemarin saja tidak ingat.” Kataku kesal. Dia masih mengelus pipinya dengan sayang, kemudian meminum orange jus dan menatapku dengan tajam.

“Aku tahu. Maksudku, memangnya kau bisa menahan hah? Paling hanya sehari. Itupun tidak full. Makanya aku bertanya.”

“Aku tidak yakin, dan akan kuusahakan. Menurutmu harus sampai kapan aku mengujinya?”

“Seminggu atau lima hari juga tidak apa-apa. Aku juga penasaran ide ini berhasil atau tidak.” Katanya tersenyum menyeringai. Aku hanya bisa menggeleng tak mengerti.

***

Sejak kepulanganku dari café bersama ide gila Victoria, aku mulai menjalankan misiku. Dan ini terhitung 4 hari aku menolak bercinta jika Denis akan melakukannya. Dan kita hanya sebatas berciuman saja. Akupun merasakan keresahannya, tapi dia begitu mengerti dan tak memaksa. Aku melihatnya saat melewati sofa di ruang tv, dia masih sibuk dengan laptopnya, tidak lupa kaca mata bacanya yang bertengger pada hidung mancungnya yang  membuat dia semakin tampan. Aku berjalan ke dapur untuk membuatkan kopi sambil terus memperhatikannnya. Disini bukan hanya Denis yang tersiksa menahan hasrat, aku juga tersiksa. Lihat saja Denis yang sekarang, dia hanya memakai piyama abunya dan terlihat seperti calon suami bagiku. Aku tersenyum dan mata kami bertemu saat dia melihatku di dapur. Dia bangkit dari duduknya dan meletakan kaca mata bacanya.

Partner Sek*sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang