Partner Sex - Part 5

23.4K 431 11
                                    

Sekali lagi u/ 18+++ dan makasih buat votementnya. Sebenernya kurang pede post PS tapi yasudahlah..

'Happy Reading'

***

“Jadi ini yang kau maksud mencintaiku?”

Suasana sekitar kamar mandi tiba-tiba terasa dingin dan mencekam. Aku hanya menunduk tak berani menatap Denis. Bukannya aku tak ingin menyangkal tapi dengan keadaan ini sepertinya sulit untuk membuktikan kalau aku memang benar-benar mencintainya.

“Diam berarti setuju?” katanya sarkatis. Aku mengangkat wajahku dan menatapnya. Menggigit bibirku dan menggelengkan kepala dengan kaku. Hatiku mencelos melihat mata Denis yang menyiratkan kemarahan. Bukan begitu, ah.. sial, memang siapa Denis untukku? Dia sama sekali tidak pernah peduli dengan rasa cintaku? Aku menguatkan tubuhku dan bangkit dari bathub. Tatapan Denis tak pernah teralihkan dariku. Aku menatapnya dengan lantang. Aku sudah cukup dengan semua ini. Baiklah, kita selesaikan sekarang.

“Apa pedulimu?” tanyaku datar. Sebenarnya hatiku terasa berdebar merasa senang dan entahlah melihat Denis cemburu padaku.

“Aku peduli, kau..kan—.”

“Just partner sex, yes I know.” Kataku mengejek. Dia terlihat terkejut dengan kata-kataku yang tengah memotong pernyataan.

“Apa maksudmu?”

“Apa maksudku?” tanyaku mengikuti gaya bertanyanya.

“Hanny, aku tidak menganggapmu seperti itu.” Katanya kini melemah, kurasa dia telah merasa bersalah.

“Lalu kau juga tidak membalas cintaku? Apa bedanya!” teriakku diakhir kalimat. Denis perlahan maju langkah demi langkah.

“Diam! Aku sudah lelah denganmu.” Kataku melemah. Denis berdiri tepat di depanku. Dia kemudian memeluk. Aku terisak dipelukannya. Ya aku lelah. Lelah sekali, 2 tahun aku menunggumu Denis, itu waktu yang cukup lama untuk membuatmu bisa menerimaku.

“Aku lelah hanya jadi partner sex-mu. Aku melakukannya memang karena mencintaimu. Tap-hmff” ucapanku terpotong dengan ciuman mendadak yang Denis berikan. Aku meronta-ronta dan memukulnya, karena terlalu aktif aku terpeleset di dalam bathub dan sukses membuat kami basah.

“Ah. Pinggangku.” Kataku mengeluh. Denis tersenyum melihatku merintih. Aku melotot menatapnya.

“Apa?” kataku ketus.

“Sudah mengomelnya?” aku memalingkan wajahku malu. Aku tidak bisa marah terlalu lama dengannya.

“Dengar,” katanya sambil mengarahkan wajahku tepat diwajahnya. Kami hanya berjarak satu kepal tangan orang dewasa. Dia menatapku dalam dengan mata coklatnya yang kelam.

“Aku memang bukan pria yang romantis. Tapi tidak bisakah kau melihat ketulusanku saat memberi perlakuan padamu?” katanya dengan lembut. Aku ingin menjawab tapi dia kembali bicara.

“Oke, masalah kau partner sex atau bukan itu akan kujelaskan disini dengan sejelas-jelasnya.”

“Pertama, mari kita ke kamar dan bercerita di kasur. Aku tidak ingin masuk angin dan sakit. Oke?” aku tersenyum dan mengangguk. Denis bangkit dari tempatnya dan mengendongku, membawaku ke kasur. Ahh.. aku jadi ingat, rasanya sudah lama sekali aku tidak melakukan seks dengannya.

“Kedua, kurasa aku harus mengganti pakaian. Dan jika kau ingin tetap begitu atau..” dia menyeringai saat melihat tubuhku. Aku dengan tajam menatapnya dan segera masuk kedalam ruang ganti.

***

Memang dipikiranku, aku begitu merindukan Denis. Tapi aku tidak ingin langsung berseks ria tanpa kejelasan. Jelas aku masih menyimpan rasa marah, cemburu padanya. Dan sialnya, dia malah yang mengintrogasiku.

Partner Sek*sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang