Partner Sex - Part 7

18.4K 388 13
                                    

Heloooooo >,<

Kangen gak sama saya? wahaha..

Maaf atas terlambatnya posting, dan terimakasih atas komen penyemangat kalian yang sungguh membuat saya terharu biru *lebaykumat*, terimakasih juga kalian yang nagih gada bosen-bosennya sama nih cerita nista yang abstraknya keterlaluan. Juga terimakasih pada pembaca setia PS *wkwkwk sumpah nulis ini malah senyum-senyum gaje, ketauan banget gila*

Pokoknya terimakasih untuk semuanyaaaaaaa, lope u dah.. saya kasian yang nunggu ceritanya malah harus baca curhatan saya yang gak jelas, wahaha Maaf, Gomen, Mianhae, and Sorry.

Yuk kita baca, saya takut di gebuk massa. Oh ya, ini saya dedikasiin buat orang yang komennya panjang yang berhasil buat saya nulis lagi, thankyu kawan~~~

Ingat! u/ 18 plus plus plus

-Happy Reading-

***

Malam ini, seperti sebelumnya. Denis mungkin memutuskan lembur di kantor. Aku tahu jika dia sedikit stress dengan pekerjaannya, belum lagi karena tekanan dari kakeknya. Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku segera bangkit dan memakai jaket coklatku, aku hanya ingin menenangkan Denis. Ya walaupun aku juga ingin mengodanya tapi aku tahu dimana moodnya sedang bagus atau tidak.

Aku segera mengambil kunci mobil beserta alat-alat lain yang kuperlukan, kurasa aku tak perlu menjelaskannya karena aku yakin wanita di sana pasti mengerti. Dengan baju seadanya yaitu dress putih gading selutut dipadu dengan jaket coklat, aku rasa ini cukup untuk menjemput Denis. Segera kusetir mobil sambil mendengarkan lagu-lagu klasik yang menenangkan, yeah lagu klasik selalu mengingatkanku dengan pertemuan pertamaku. Aku tersenyum senang, mengingat apa yang terjadi padaku dan Denis yang tanpa tujuan jelas dan yeah berakhir aku dan dia saling memiliki rasa, aku senang, senang sekali.

Setelah sampai, aku memarkirkan mobil dengan tergesa, aku tidak sabar untuk bertemu Denis, dan aku yakin pasti dia akan sangat terkejut karena kedatanganku yang tiba-tiba. Aku tersenyum selama perjalanan menuju ruangannya, membayangkan yang well, mungkin terjadi semakin membuat senyumku melebar.

Ting!

Bunyi lift menandakan aku telah sampai pada lantai yang kutuju, memang sedikit sepi walaupun terisi beberapa karyawan yang masih bekerja. Ah, aku tidak menyangka mereka rela menghabiskan waktu mereka di depan komputer dan mengurusi berkas-berkas yang tiada hentinya, aku saja malas jika sudah berurusan dengan dokumen, aku lebih suka merangkai desain-desainku dengan proposal yang tidak begitu ribet tapi cukup dimengerti semua.

Ketika aku sudah berada diujung koridor tempat Denis bekerja, aku melihat meja sekretarisnya kosong, kurasa Denis pasti menyuruhnya pulang. Walaupun Denis terlihat cuek, keras kepala dan ehem! sedikit pecandu seks, aku.. aku.. yakin dia sebenarnya baik, ya kurasa.

***

PLAK!

Terdengar suara tamparan dari tempatku berdiri, tepatnya di depan pintu kerja Denis saat ini. Aku ingin sekali masuk, tapi terdengar suara lain yang membuat tubuhku kaku seketika.

“AKU TIDAK INGIN KAU MENIKAH DENGAN PELACUR!! BODOH!!” umpatan itu terdengar jelas di telingaku.

“DIA BUKAN PELACUR!! TUA BANGKA!!”

“BRENGSEKK!!!” suara tamparan terus mengema ditelingku.

Tamparan-tamparan itu terdengar sangat memilukan, aku tahu sebenci-bencinya Denis, dia tak akan berani memukul kakeknya sendiri.

“Aku sudah berusaha baik padamu untuk bermain-main dengannya.”

“DIA BUKAN MAINAN!!”

“DAN! AKU BERSYUKUR DIA TIDAK BISA HAMIL KARENA AKU TAK SUDI MENERIMA CUCU DARINYA!!”

“Dengar! Aku tidak peduli kau ingin berseks dengan siapapun, asal kau nikahi Missa dan punya keturunan darinya, setelah itu kau puas berhubungan dengan siapapun.”

“Tidak, aku bisa mengadopsi anak bersama Hanny.”

“AHA! Tidak ada penolakan atau aku akan  memecatmu jadi cucu.” Ancaman kakek Denis mengakhiri  perkelahian mereka, dan aku masih berdiri kaku di depan pintu.

Klek!

Pintu terbuka dan seketika wajah merendahkan kakek Denis membuat hatiku ngilu, sebegitu bencikah dia padaku.

“Jangan dekati Denis lagi jika tidak ingin ia menderita.” Ancamnya, dengan sengaja mendorong badanku dengan kuat, entah karena aku terlalu ringan atau aku terlalu lemah setelah mendengar secara langsung pertengkaran antara kakek daan cucu membuat aku limbung dan jatuh seketika. Aku mendengar Denis segera berlari ke arahku dan dia terlihat panik.

“Apa kau baik-baik saja?” tanyanya khawatir. Aku menatapnya dengan penuh ketakutan dan kesedihan yang aku tidak bisa ungkapkan, hanya setetes demi setetes air matalah yang membuktikan aku begitu terluka.

“Huks.” Menggigit bibirku menahan isakan dan memeluk Denis dengan erat, baru saja aku merasa bahagia dengan Denis, sekarang timbul masalah lebih serius yang membuatku terus-menerus merasa bersalah padanya.

***


“Aku rasa—”

“Tidak, aku sudah katakan berkali-kali. Kita tetap berhubungan, dan jangan pikirkan si tua bangka itu.” Potong Denis sebelum aku mencicit memohon padanya seperti kemarin, aku tahu jika Denis pasti sangat kesal karena aku terus saja membela kakeknya, aku takut jika Denis menyesal karena aku, aku tidak ingin menjadi penghancur keluarga, dan aku tahu pasti, Denis hanya memiliki seorang kakek.

“Tap—”

“Stop, aku tidak ingin mendengar apapun.” Katanya begitu frustasi. Dia segera bangkit dari sofa dan segera mengambil jaket kemudian membanting pintu dengan kasarnya, aku menengok ke arah jam. Ini tepat tengah malam, aku yakin Denis pasti pergi ke club. Ah, Tuhan! Aku sungguh delima dengan ini semua. Aku tahu jika ini semua adalah cobaanmu.

“ARGHHH!!” aku mengerang frustasi. Andai saja aku hamil, aku tidak akan susah-susah meminta pertanggungjawaban Denis dan aku yakin Denis pasti akan langsung menikahiku, tunggu. Jika aku dan dia tetap berhubungan seperti biasa, itu artinya dia tidak mengikatku dan kita sama sekali tak ada ikatan. OH MY! Mengapa omonganku semakin abstrak, dan mengapa Denis tidak langsung menikahiku, semua pasti bereskan? Tidak ada perjodohan! Tidak ada paksaan si tua bangka –sebutan kakek oleh Denis- dan hidupku dan Denis bahagia dengan anak-anak adopsi kami. Hey! Itu hanya hayalanmu Hanny! Bangun dan sadarlah. Kenyataannya adalah Denis menikah dengan Missa, bisnis mereka bertambah luas, mempunyai anak kandung, dan mereka –Kakek, Denis, dan Missa- bahagia. Dan satu-satunya orang yang menjadi penghalang itu semua adalah kamu Hanny.

Kamu…

Kamu…

Kamu…

-------------------------------------------------

Jangan lupa votmen nyaaa :)

22-08-14, 17.41

Partner Sek*sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang